Content Writer sejatinya adalah profesi. Tapi di Indonesia masih sedikit yang menganggapnya sebagai pekerjaan tetap. Masih banyak yang menganggapnya sebagai pekerjaan sampingan. Sebabnya macam-macam. Antara lain karena masyarakat Indonesia belum banyak yang mengenal atau terbiasa dengan pekerjaan yang tidak ngantor. Selain itu penghargaan terhadap content writer juga belum sepadan, walaupun sebagian juga dikarenakan belum memuaskannya hasil kerja content writer itu sendiri.
Photo by Judit Peter from Pexels |
Media content writer itu bermacam-macam, membahasnya akan panjang sekali. Tapi kita ngobrol dulu tentang content writer untuk website. Website saat ini menjadi tulang punggung kehumasan maupun promosi. Kemudahan dan kecepatan akses baik dari komputer, laptop maupun smartphone membuatnya lebih banyak mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap sesuatu dibandingkan dengan media lain.
Oleh karena kecepatan akses itu pula, pemilik website memerlukan content yang selalu update / diperbaharui untuk mempertahankan para pengunjungnya, yang pada akhirnya diharapkan bisa menjadi pengikut program yang sedang didengungkan atau menjadi klien terhadap produk yang sedang dipromosikan. Ada pula untuk mengupdate konten monetizing blog, yaitu membuat konten dengan topik tertentu sesuai dengan tema blog tersebut.
Yang harus diingat dalam menulis konten untuk website adalah pembaca website itu melakukan skip reading atau membaca cepat dan sepintas. Baru setelah pembaca tersebut menemukan topik yang benar-benar penting, maka akan dibacanya dengan detil tapi khusus dibagian itu saja. Maka hindari menulis dengan kata berbunga-bunga yang tidak perlu. Jadi isi artikel harus menyesuaikan dengan kebutuhan klien, apakah berupa review, promosi atau sekedar update artikel. Tentusaja konsekuensinya ada pada upah artikel yang biasanya dihitung per sekian kata. Artikel yang fresh apalagi bersifat advertorial tentu dihargai agak tinggi.
Dimana bisa mendapatkan job sebagai content writer? Paling banyak adalah dari rekomendasi. Tapi hunting sendiripun sekarang bisa, baik langsung ke pemilik website maupun agen. Sama seperti bisnis lain, agen juga ada untuk menjembatani antara klien dan content writer. Saat ini agen sudah sangat banyak baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, search saja di google. Namun untuk sementara permintaan masih didominasi untuk content berbahasa Inggris. Tapi hati-hati juga dengan reputasi agen tersebut.
Untuk skala internasional, profesi ini sudah terbuka, tidak malu-malu atau bahkan sembunyi-sembunyi seperti di Indonesia. Misalnya seorang content writer dari Amerika yang pernah saya simak, tapi sudah lama sekali dan lupa saya bookmark. Dia memiliki blog pribadi non-monetize sebagai etalase artikel-artikelnya yang terus diupdate-nya. Dia memuat foto diri dan curriculum vitae untuk memperkuat kualifikasinya. Selain itu, diperlihatkan pula portofolio dengan jelas, di website mana saja dia menjadi content writer. Ya, professional sekali, bukan sekedar sampingan.
Berminat? Mari kita sama-sama belajar. Silakan berbagi informasi di kolom komentar.
Oleh karena kecepatan akses itu pula, pemilik website memerlukan content yang selalu update / diperbaharui untuk mempertahankan para pengunjungnya, yang pada akhirnya diharapkan bisa menjadi pengikut program yang sedang didengungkan atau menjadi klien terhadap produk yang sedang dipromosikan. Ada pula untuk mengupdate konten monetizing blog, yaitu membuat konten dengan topik tertentu sesuai dengan tema blog tersebut.
Yang harus diingat dalam menulis konten untuk website adalah pembaca website itu melakukan skip reading atau membaca cepat dan sepintas. Baru setelah pembaca tersebut menemukan topik yang benar-benar penting, maka akan dibacanya dengan detil tapi khusus dibagian itu saja. Maka hindari menulis dengan kata berbunga-bunga yang tidak perlu. Jadi isi artikel harus menyesuaikan dengan kebutuhan klien, apakah berupa review, promosi atau sekedar update artikel. Tentusaja konsekuensinya ada pada upah artikel yang biasanya dihitung per sekian kata. Artikel yang fresh apalagi bersifat advertorial tentu dihargai agak tinggi.
Dimana bisa mendapatkan job sebagai content writer? Paling banyak adalah dari rekomendasi. Tapi hunting sendiripun sekarang bisa, baik langsung ke pemilik website maupun agen. Sama seperti bisnis lain, agen juga ada untuk menjembatani antara klien dan content writer. Saat ini agen sudah sangat banyak baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, search saja di google. Namun untuk sementara permintaan masih didominasi untuk content berbahasa Inggris. Tapi hati-hati juga dengan reputasi agen tersebut.
Untuk skala internasional, profesi ini sudah terbuka, tidak malu-malu atau bahkan sembunyi-sembunyi seperti di Indonesia. Misalnya seorang content writer dari Amerika yang pernah saya simak, tapi sudah lama sekali dan lupa saya bookmark. Dia memiliki blog pribadi non-monetize sebagai etalase artikel-artikelnya yang terus diupdate-nya. Dia memuat foto diri dan curriculum vitae untuk memperkuat kualifikasinya. Selain itu, diperlihatkan pula portofolio dengan jelas, di website mana saja dia menjadi content writer. Ya, professional sekali, bukan sekedar sampingan.
Berminat? Mari kita sama-sama belajar. Silakan berbagi informasi di kolom komentar.
0 Comments
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji