Saat yang paling membuat kita tersadar bahwa anak-anak sudah besar adalah ketika travelling bareng si remaja.
Tiba-tiba koper tidak muat lagi untuk dua orang, masing-masing harus bawa sendiri-sendiri. Tiba-tiba suasana mobil jadi bising karena masing-masing menggunakan penutup telinga agar bisa mendengarkan dan mengikuti lagu-lagu k-pop kesukaan mereka. Tiba-tiba kasur twin bed tak muat lagi untuk berempat. Kemana perginya waktu?
Ketentuan booking hotel. Remaja masuk ke kategori adult. |
Sebentar lagi keluarga-keluarga Indonesia akan berjuang untuk mudik ke kampung halaman menggunakan berbagai alat transportasi. Selain alat transportasi yang jadi rebutan, kamar-kamar hotel di dekat rumah kakek nenek dan di daerah-daerah wisata juga akan penuh.
Tiap tahapan usia anak punya cerita seru tersendiri tiap bepergian bersama keluarga. Khusus untuk remaja, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar perjalanan keluarga nyaman.
1. Beri Semangat
Yang khas dari remaja adalah mereka cepat bosan. 12 jam naik mobil atau kereta api akan membuat mereka bete hanya dengan membayangkannya saja. Mereka akan pilih hangout bersama teman-temannya atau dirumah saja main gadget. Ajak mereka untuk menyusun itinerary agar rencana perjalanan itu menjadi milik mereka juga, bukan hanya karena sudah ditetapkan oleh orangtuanya. Jangan paksa untuk mengikuti kegemaran kita meski untuk alasan demi menempa mereka. Misalnya si ibu suka keluar masuk hutan, tak otomatis si anak harus menyukainya juga meski demi untuk mengenalkan cinta alam. Masih banyak cara lain untuk memupuk kecintaan terhadap lingkungan. Remaja itu semakin dipaksa semakin antipati.
2. Beri Peran
Seringkali orangtua menguasai semua rencana sekaligus pelaksanaannya dari A sampai Z dan anak-anak harus menurut karena travelling dianggap sebagai sesuatu yang besar, yang bukan urusan anak-anak. Anak-anak sudah diplot untuk bermain dan bersenang-senang tanpa mencemaskan apapun. Padahal remaja seringkali pula merasa idenya lebih baik dan menjadi tidak sabar jika terjadi sesuatu yang diluar rencana. Supaya mereka merasa terlibat, beri tanggung jawab sesuai dengan minatnya. Misalnya hobi memelototi gadget, mintalah ia bertanggung jawab mengamati google map atau waze. Misalnya hobi jajan, beri tanggung jawab padanya untuk googling wisata kuliner khas yang ada di tempat tujuan.
4. Packing Bersama
Meski remaja seringkali punya keinginan sendiri tapi itu tidak termasuk packing. Heheheee.... Jangankan remaja, bagi orangtua saja packing adalah bagian dari traveling yang paling tidak diminati. Dengan packing bersama, remaja akan belajar untuk menentukan prioritas dan mengukur kemampuan menentengnya. Tak lama lagi mereka akan mandiri (Duh, kok sedih ya jadinya?). Jadi, mereka harus belajar untuk mempersiapkan keperluan mereka sendiri. Dengan packing bersama juga untuk menghindari membawa perlengkapan terlalu banyak karena bisa sharing.
5. Menyiapkan Kartu Indentitas
Berkat gizi yang lebih baik, remaja sekarang itu badannya besar-besar dan bisa jadi masalah untuk masuk bandara atau stasiun. Belakangan masuk stasiun malah lebih sulit daripada bandara. Pihak pengelola selalu meminta kartu identitas yang masih berlaku, sedangkan seringkali remaja belum cukup umur untuk memiliki KTP dan SIM meskipun besar badannya sudah melebihi orangtuanya. Daripada capek meyakinkan petugas bahwa sebenarnya mereka belum cukup umur, lebih baik siapkan kartu pelajar atau passport. Mungkin Kartu Keluarga bisa, tapi kurang praktis.
6. Hitung Sebagai Dewasa
Nah, ini yang orangtua sering tidak terima. Heheheee.... Masa masih anak-anak kok dihitung dewasa? Tapi begitulah, dunia akomodasi tidak melihat dari pantas atau tidak pantas tapi besarnya konsumsi kebutuhan umum seperti air, kebersihan, sarapan dan sebagainya yang dianggap sama dengan orang yang benar-benar sudah dewasa. Lha badannya saja sudah lebih tinggi dari orangtuanya, masa masih mau dihitung free breakfast aja? Jadi, mau nggak mau bugdet harus dinaikkan.
7. Lebih Teliti Membaca Syarat dan Ketentuan
Saya sering melewatkan syarat dan ketentuan ketika memesan tiket atau booking hotel. Ah paling-paling gitu, demikian pikir saya. Memang, jika sudah sering bepergian, syarat dan ketentuan tiket pesawat atau kereta api dan booking hotel kurang lebih hampir sama. Tapi itu untuk keadaan "normal", yaitu dengan peserta anak-anak dan orang dewasa. Tapi bila ada "anak-anak bukan, dewasa juga bukan" ini butuh ketelitian lebih. Anak-anak yang sudah remaja tak bisa lagi dipaksakan sharing dalam satu ranjang single. Nanti malah ribut karena dorong-dorongan saking sempitnya.
Yang tadinya pesan twin bed untuk berempat, harus mengubah jadi kamar triplet ditambah extra bed, twin double bed atau pesan dua kamar dengan connecting door. Baca juga ketentuan sarapan karena ada hotel yang tidak perhitungan dengan jumlah penghuni kamar, semua boleh ikut sarapan. Kadang kalau ada tamu berkunjung (tak lebih dari satu, kalau serombongan namanya ngadain arisan) juga saya ajak sarapan. Tapi ada pula hotel yang sangat perhitungan dan minta extra charge yang biasanya lebih mahal. Saya selalu menandai hotel-hotel yang demikian untuk kepentingan kunjungan selanjutnya.
8. Oleh-oleh Yang Adil
Kalau dulu sering membawa oleh-oleh serba keripik, kerupuk dan dodol, sekarang bisa memasukkan oleh-oleh untuk teman-teman si remaja lebih banyak. Biasanya ibu-ibu, apalagi yang bekerja, membeli oleh-oleh dalam kardus-kardus besar untuk tetangga sekomplek dan teman sekantor. Nah, si remaja juga harus mendapatkan kuota lebih banyak. Kalau dulu hanya untuk teman dekat, sekarang bisa untuk teman sekelas. Tidak perlu terlalu mahal, bisa membeli dalam bentuk pack atau grosir yang murah meriah. Biarkan si remaja memilih. Mereka paham kok untuk memilih yang murah meriah tanpa harus kita minta.
9. Have Fun Together
Sewaktu anak-anak kecil, ibu-ibu seringkali hanya duduk dipinggir kolam renang pegang piring dan sendok atau lari mengejar-ngejar si kecil yang berlarian di taman, tetap sambil pegang wadah makanan dan sendok. Ketika anak-anak remaja dan tidak terlalu membutuhkan kita di tempat-tempat seperti itu, saatnya untuk bersenang-senang bersama. Jangan menjadi orang yang tua dan membosankan di pinggir kolam renang jaga tas, bermain-main air bersama si remaja akan seru sekali. Sewaktu ikut lava tour, ada peserta yang tampak gembira sekali menyewa jeep yang mengangkut seluruh keluarga termasuk nenek-nenek.
10. Bahagia Itu Hak Privat
Kita boleh beralasan berbagi kebahagiaan, tapi bagi remaja tidak demikian. Remaja lebih rumit. Yang selalu mereka wanti-wanti adalah "jangan malu-maluin". Heheheee.... Meski ada pula remaja yang cuek, tapi banyak pula yang sangat menjaga image mereka di depan teman-temannya. Orangtua harus memperhatikan reaksi si remaja, tidak boleh asal share perjalanan tersebut ke media sosial. Cobalah share ketika si remaja berada didekat kita. Jika si remaja tersenyum, berarti dia setuju dan share bisa dilanjutkan. Jika si remaja mengatakan, "Mamah lebay." Sebaiknya kita berhenti, tak peduli sebagus apa momen dan obyek yang mau di share.
Sebenarnya travelling yang paling disukai keluarga saya adalah perjalanan darat menggunakan mobil pribadi. Dengan mobil pribadi, perjalanan lebih santai dan ikatan yang renggang dengan anak-anak akibat kesibukan sekolah bisa dieratkan lagi. Lagi-lagi alasan anak-anak saya yang sudah remaja beda lagi, yaitu karena mereka tak perlu terlalu ketat menyortir perlengkapan yang bisa dibawa, tinggal tumpuk saja di bagasi. Prestasi perjalanan darat kami adalah dari Jogja ke Pekanbaru selama seminggu, melewati 10 propinsi dimana saya dan suami menyetir bergantian.
Mobil yang kami gunakan sehari-hari, termasuk untuk tour Jawa-Sumatra adalah jenis multi purpose vehicle (MPV).
Kami bukan keluarga kaya raya. Kami menghemat dalam banyak hal, terutama hal-hal yang konsumtif dan trendy. Kami jarang ke mall. Kalaupun tiba-tiba kami sering ke mall, berarti saya sedang ikut pameran untuk Ladaka Handicraft. Kami tidak mengikuti mode apalagi mengkoleksi merk tertentu, bahkan sangat jarang beli baju lebaran. Gadget pun kalau tidak mati tidak akan beli baru. Tapi untuk kebutuhan-kebutuhan penting, kami pasti akan berusaha keras mendapatkan yang terbaik.
Tahun depan si sulung sudah boleh punya SIM, saatnya memikirkan kendaraan baginya karena selama ini saya antar jemput, termasuk jika hangout dengan teman-temannya. Kami sedang membanding-bandingkan mobil yang sesuai untuk si remaja. Wow, masih remaja mau dikasih mobil? Ini baru rencana tapi benar-benar akan kami usahakan, paling tidak untuk kegiatan luar sekolah karena siswa tidak diperbolehkan membawa mobil ke sekolah. Jika sampai saatnya belum ada rejeki, saya ikhlas tetap mengantar jemput si sulung kemanapun. Ini juga sama sekali tidak ada hubungannya dengan gengsi, melainkan semata-mata demi safety. Saya masih miris karena dua anak remaja teman saya tewas karena kecelakaan sepeda motor.
Kriteria mobil bagi si sulung yang sudah kami tetapkan adalah:
- Murah dan ekonomis karena kami bukan orang yang kaya raya.
- Lebih kecil dari mobil saya karena halaman parkir rumah mungil kami yang terbatas. Lagipula kami tinggal dikampung yang jalanannya tidak terlalu lebar.
- Model, warna dan safety yang sesuai dengan jiwa remajanya.
Safety
Karena akan digunakan remaja yang jiwanya masih bergelora, maka yang pertama saya cek adalah faktor safety.
Interior
Berikutnya, interior menjadi perhatian untuk menjamin kenyamanannya. Maklumlah, anak perempuan. Heheheee....
Audio
Remaja nggak mungkin tanpa audio. Ketika mobil pertama saya ganti audio dengan perangkat yang lebih mahal di sebuah bengkel aksesoris, hasilnya malah mengecewakan.
23 Comments
hehehehe...saya juga jarang ke mall mak *nelangsa banget yak di Siak hahaha*
ReplyDeletesama,saya dan suami juga suka toyota tapi meskipun sekarang punyanya merek H tapi tetep,kalo ngayal ngobrolinnya sering toyota hahahaha...
dari kejauhan kayak si kembar itu mbak... btw toyota emg ngirit sih katanya
ReplyDeleteAsyik juga ya Mbak jalan2nya seru ya baraeng si ABG... Apalagi jalan2nya pake si Agya lebih seru lagi ya...
ReplyDeletewah iya, anak2 sdh remaja skrg. Biasanya klo nginep di hotel, kruntelan satu kasur ber 4, papanya tidur dibawah. Sekarang sepertinya harus pesen 2 kamar nih :)
ReplyDeletePascal ALvin udah mulai komplain juga mbak soal foto yang di share. Kalau foto yang ada di blog berarti sudah lulus izin untuk sharenya :)
ReplyDeleteMbak ajari cara packing dpng supaya ringkes apalagi aku bawa dua anak, kadang maunya serba dibawa :)
ReplyDeleteWaaaah aku juga nggak pandai tp insya Allah tak cari info & bandingin dg pengalaman di postingan2 selanjutnya
Deletebelum kebayang rasanya anak-anak remaja nanti..*countingdown* ...tp seru juga ya jadi bepergian spt dengan teman
ReplyDeleteAnakku juga baru umur 2,8 bulan udah dihitung tarif dewasa, hiks....
ReplyDeleteWaduh. Aku inget jaman dulu tiket anak2 seat sendiri itu dapat potongan 10% smp 12th. Sekarang memang apa2 tambah mahal.
DeleteTernyata bepergian membawa anak kecil dan anak remaja berbeda di budget ya mak.. dan jadi inget pas sudah remaja, mau diajak pergi lebih susah daripada pas masih kecil ya.. hehehehe
ReplyDeletebener, ponakanku juga masih kecil tapi berhubung kalau naik kreta pengen duduk juga kasian jadinya beli tiket juga deh...
ReplyDeleteoiya, sama mbak saya juga jarang ke mall...bukan anak mall hahha...
sip banget kiatnya, mak.
ReplyDeleteohya soal packing, saya sudah membiasakan anak sejak kelas 5 SD utk memilih dan menyiapkan pakaiannya (sesuai kebutuhan) sendiri, menyiapkan saja, saya yang packing, tapi ketika kelas 6 mereka mulai packing sendiri. 1 anak 1 tas/ransel jadi tanggung jawab sendiri.
yup, budgetnya mesti ekstra hehe ...
btw Agya buat keluarga kecil ya, mak, kalo yang anaknya lebih dari 2 musti yg gedean.
nuhun share nya, ya, mak Lusi.
kemarin mampir di blog ku baca upacara adat jd roaming yaa
i like traveling!...belum asyik kalo belim jalan-jalan. tapi memang beda ya traveling jaman anak-anak kecil yang serba ribet dan traveling sekarang saat mereka sudah remaja. malah bulan Mei kemaren mereka traveling ke bali dan pertama kali kami ajarin tanpa mama papanya lagi.aku, kami sepaket maksudnya, anak mall banget mak Lusi. nge mall nya bisa untuk brunch,makan siang, ngeteh sore paling sering, makan malam, dan belanja grosir mingguan. yah...begitulah urusan kerjaan maak ketemu klien dan biasanya sih hasil jumpa-jumpita temen-temen di mall berbuah kerjaan desain. horeee...oh iya, nyetir bersama Toyota nya di permahir ya supaya kalo aku traveling ke kotamu bisa diajak dirimuh jalan-jalan ya maak.
ReplyDeleteWuih seru, mak, bisa travelling bareng abg. Sesama cewek2 bisa kompakan. Aku juga tar mo kayak gitu aaaaah... :)))
ReplyDeleteEnakan travelling bareng anak yg udah gede. Bisa bawa barang sendiri. Kalau sama balita, semua emaknya yang bawa, haha
ReplyDeleteKebayang Mak, berapa pengeluaran setiap kali traveling bareng dua anak. Semua pengeluaran sudah dihitung dewasa, pulak!
ReplyDeleteKalo pakai mobil sendiri, lebih hemat kali ya. Tapi waktunya harus banyak dan longgar. Bener, 12 jam perjalanan pastinya remaja milih maen sama temennya atau maenan gejet. Hihihi..
aaaaah keren sudah bisa nyetir tapi masih bs nahan unt gk nyetir yaaaah :)
ReplyDeleteuntuk packing dan unpacking adalah hal yg paling males saya lakuin nih mbak hihihi *curcol
wouwwww...si kakak sdh bisa nyetir tho Mbak? *jadi pengen malu neh saya, yg br bisa nyetir maju duang.
ReplyDeleteBeliiiiii,....sudah beberapa bulan ini menikmati hadiah agya dr suami, sejauh ini gak mengecewakan maklus. Ayooo beliin buat buah hati ^_^
ReplyDelete*ikut ngomporin kayak mbak irma...beli hayo beliiii *ambil pom pom
ReplyDeletehihihihi belii..beliii.....asik ya mba udah gede2 gituu...
ReplyDeleteBeliiinn si mbakk, buat kuliahh <3 <3
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji