Apa bedanya hobi menulis dengan berprofesi sebagai penulis? Mungkinkah masalah waktu dan income? Seseorang yang berprofesi sebagai penulis adalah yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk menulis dan hidup dari hasil menulis. Seseorang yang hobi menulis adalah yang mendedikasikan waktunya diluar pekerjaan utamanya untuk menulis. Tapi pada akhirnya, semua orang yang sering menulis ingin disebut penulis. Namun, apakah yang mengesahkan seseorang untuk disebut sebagai penulis? Menurut saya adalah publikasi atas tulisannya. Bisa dalam bentuk buku, e-book, artikel di majalah, dan sebagainya.
Saya percaya bahwa penulis yang baik tumbuh dari tradisi membaca yang baik pula. Tapi bagaimana meningkatkan tradisi membaca jika tidak banyak buku tersedia? Ini seperti tentang ayam dan telur. Bagaimana memperbanyak pilihan buku bacaan? Tentu saja dengan menerbitkan banyak buku, yang disuplai oleh banyak penulis. Menerbitkan banyak buku dari banyak penulis berarti memberi banyak pilihan atau keragaman bacaan bagi para pembaca, sehingga memberi gairah untuk terus membaca.
Menerbitkan buku bagi para pemula, apalagi yang samasekali tidak memiliki koneksi di penerbitan, adalah jalan panjang berliku, butuh segudang ketabahan. Menerbitkan buku adalah investasi padat modal yang perlu kehati-hatian sebagaimana investasi dibidang lain. Meskipun penulis yakin bahwa tulisannya luar biasa bagus dan lain dari yang lain, tim penerbit akan membumikan penulis, mempertemukan dengan kenyataan, apakah pembaca juga akan menyukainya. Memang, penerbit tidak selalu benar. Banyak draft buku yang mereka tolak, justru menjadi best seller ketika berhasil dicetak oleh penerbit lain. Menjaga mutu, mengedit teknis penulisan, menghitung biaya produksi dan promosi, membuat proses menerbitkan satu judul buku saja bisa sedemikian panjang.
Jadi masalahnya bukan hanya apakah cukup banyak penulis tersedia, tapi juga apakah cukup banyak penerbit?
Bagi penulis yang belum menerbitkan buku seperti saya, yang menonjol adalah ego dan ketidaksabaran. Begitu karya selesai, yang saya lakukan adalah mengagumi karya saya sendiri dan ingin menjadikannya buku dalam sekedip mata. Kenyataannya, ketika berhadapan dengan penerbit, perlu waktu berbulan-bulan hanya untuk membuatnya disetujui akan diterbitkan, belum lagi proses editingnya. Padahal bagi penulis, itu seperti orang menahan napas. Sekian waktu kosong untuk menunggu kepastian, pikiran tersita, tidak bisa segera beralih dan berkonsentrasi untuk project lain. Apalagi jika pertama kali bertemu dengan editor, perlu waktu untuk saling percaya, dan itu sulit didapat pada buku pertama.
Beruntunglah bagi yang langsung cocok, apalagi yang sudah kenal sebelumnya, sehingga meminimalisir proses saling menyakiti ketika editor membabat isi tulisan, atau ketika penulis mencoba bernegosiasi heheheee… Hampir seperti orang pacaran, memang. Namun bagi penulis yang tidak memiliki semangat yang cukup tinggi, akan patah semangat ketika baru diawal pendekatan, termasuk saya. Belum lagi untuk terbit di koran atau majalah, juga harus bersaing dengan banyak penulis-penulis yang sudah punya nama.
Nah, ketika ada yang memberi kesempatan menerbitkan buku, tanpa proses yang sedemikian panjang, bahkan tanpa edit terhadap isi tulisan, bukankah ini seperti memberi tempat bagi ego dan rasa haus akan wadah berekspresi pada para penulis? Apalagi konsepnya sudah disiapkan, berikut dengan covernya. Alangkah indahnya, tinggal menulis sesuai tema saja. Itulah yang diberikan oleh www.nulisbuku.com dan langsung disambut banyak penulis.
Dalam buku E-Love Story ini, saya sangat beruntung berada di buku pertama dan halaman terdepan. Ini bukan apa-apa, mungkin kebetulan saja saya mengirimkan naskah pertama kali. Bersama saya masih ada 13 penulis lain. Tema buku ini adalah kisah cinta dengan media internet. Membaca cerpen karya penulis lain, saya merasakan betapa sebenarnya kita sangat kaya dengan penulis bagus. Meski tema sama, ternyata tiap penulis bisa mengembangkannya secara unik, dengan karakter masing-masing yang sangat kuat. Rasanya aneh juga membaca beberapa cerpen di koran atau majalah yang sepertinya biasa-biasa saja tetapi bisa dimuat, sementara karya-karya dibuku ini yang tanpa seleksi bisa sebagus ini. (Agar tidak subyektif, saya tidak membahas cerpen saya).
Ada kekhawatiran terhadap mutu tulisan yang dibukukan tanpa seleksi seperti ini. Tapi cobalah membaca kumpulan cerpen ini, maka kita akan melihat kekhawatiran tersebut samasekali tidak beralasan. Karena mereka yang bersemangat dan berani mengumpulkan tulisan, kebanyakan memang memiliki minat yang sangat kuat terhadap tulis-menulis. Saya juga sudah melakukan tes, dengan memberikan satu buku pada teman-teman saya yang sedang menjaga suatu pameran sebagai pengisi waktu. Buku ini dibaca bergantian. Saya amati tiap ada yang sedang membaca dan ekspresinya. Ternyata yang paling tampak terhanyut malah seorang teman, laki-laki dewasa, meskipun buku ini kisah cinta, yang biasanya didominasi perempuan.
Mereka yang benar-benar berbakat menulis akan terbukti dengan sendirinya pada proses selanjutnya. Ketika pertama kali menyentuh buku yang didalamnya ada tulisan saya, semangat untuk menulis lebih banyak lagi langsung muncul. Pada beberapa teman penulis saya lihat, kumpulan cerpen kolaborasi tidak lagi cukup. Dengan tidak adanya halangan berarti untuk berkarya, mereka ingin menerbitkan buku atas nama mereka masing-masing. Pada proses inilah, seleksi alam akan terjadi. Mereka yang benar-benar menulis dengan baik dan penuh dedikasi akan bertahan dan dikenal banyak orang. Pada akhirnya, bisa saja penulis tersebut tidak perlu berkeliling menawarkan tulisan mereka atau menerbitkan buku sendiri, tapi justru penerbit besar yang akan melamar mereka. Amin.
Nah, tentang tulisan saya sendiri, Cinta Antar Planet, pernah saya unggah diblog saya ini. Jika anda pengujung setia blog saya ini, pasti ingat kisahnya. Namun untuk keperluan happy ending, akhir kisah yang menggantung waktu itu, saya tuntaskan berakhir bahagia di buku ini. Penasaran? Pesan saja bukunya, tidak perlu kemana-mana, akan diantar langsung kerumah atau kantor anda.
Buku E-Love Story volume 1 ini, bisa dipesan dengan harga Rp 45.000,- belum termasuk biaya kirim di:
www.nulisbuku.com atau email ke writers4indonesia@gmail.com atau bisa email ke admin@nulisbuku.com .
Nah, ketika ada yang memberi kesempatan menerbitkan buku, tanpa proses yang sedemikian panjang, bahkan tanpa edit terhadap isi tulisan, bukankah ini seperti memberi tempat bagi ego dan rasa haus akan wadah berekspresi pada para penulis? Apalagi konsepnya sudah disiapkan, berikut dengan covernya. Alangkah indahnya, tinggal menulis sesuai tema saja. Itulah yang diberikan oleh www.nulisbuku.com dan langsung disambut banyak penulis.
Dalam buku E-Love Story ini, saya sangat beruntung berada di buku pertama dan halaman terdepan. Ini bukan apa-apa, mungkin kebetulan saja saya mengirimkan naskah pertama kali. Bersama saya masih ada 13 penulis lain. Tema buku ini adalah kisah cinta dengan media internet. Membaca cerpen karya penulis lain, saya merasakan betapa sebenarnya kita sangat kaya dengan penulis bagus. Meski tema sama, ternyata tiap penulis bisa mengembangkannya secara unik, dengan karakter masing-masing yang sangat kuat. Rasanya aneh juga membaca beberapa cerpen di koran atau majalah yang sepertinya biasa-biasa saja tetapi bisa dimuat, sementara karya-karya dibuku ini yang tanpa seleksi bisa sebagus ini. (Agar tidak subyektif, saya tidak membahas cerpen saya).
Ada kekhawatiran terhadap mutu tulisan yang dibukukan tanpa seleksi seperti ini. Tapi cobalah membaca kumpulan cerpen ini, maka kita akan melihat kekhawatiran tersebut samasekali tidak beralasan. Karena mereka yang bersemangat dan berani mengumpulkan tulisan, kebanyakan memang memiliki minat yang sangat kuat terhadap tulis-menulis. Saya juga sudah melakukan tes, dengan memberikan satu buku pada teman-teman saya yang sedang menjaga suatu pameran sebagai pengisi waktu. Buku ini dibaca bergantian. Saya amati tiap ada yang sedang membaca dan ekspresinya. Ternyata yang paling tampak terhanyut malah seorang teman, laki-laki dewasa, meskipun buku ini kisah cinta, yang biasanya didominasi perempuan.
Mereka yang benar-benar berbakat menulis akan terbukti dengan sendirinya pada proses selanjutnya. Ketika pertama kali menyentuh buku yang didalamnya ada tulisan saya, semangat untuk menulis lebih banyak lagi langsung muncul. Pada beberapa teman penulis saya lihat, kumpulan cerpen kolaborasi tidak lagi cukup. Dengan tidak adanya halangan berarti untuk berkarya, mereka ingin menerbitkan buku atas nama mereka masing-masing. Pada proses inilah, seleksi alam akan terjadi. Mereka yang benar-benar menulis dengan baik dan penuh dedikasi akan bertahan dan dikenal banyak orang. Pada akhirnya, bisa saja penulis tersebut tidak perlu berkeliling menawarkan tulisan mereka atau menerbitkan buku sendiri, tapi justru penerbit besar yang akan melamar mereka. Amin.
Nah, tentang tulisan saya sendiri, Cinta Antar Planet, pernah saya unggah diblog saya ini. Jika anda pengujung setia blog saya ini, pasti ingat kisahnya. Namun untuk keperluan happy ending, akhir kisah yang menggantung waktu itu, saya tuntaskan berakhir bahagia di buku ini. Penasaran? Pesan saja bukunya, tidak perlu kemana-mana, akan diantar langsung kerumah atau kantor anda.
Buku E-Love Story volume 1 ini, bisa dipesan dengan harga Rp 45.000,- belum termasuk biaya kirim di:
www.nulisbuku.com atau email ke writers4indonesia@gmail.com atau bisa email ke admin@nulisbuku.com .
0 Comments
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji