Photo by Artem Beliaikin from Pexels |
Ada beberapa macam tipe pengrajin, yaitu pengrajin mandiri, pengrajin maklun dan pengrajin yang juga merupakan karyawan perusahaan/pengusaha kerajinan. Pengrajin mandiri adalah pengrajin yang menjual langsung produknya. Dia memiliki workshop dan outlet. Biasanya mereka tidak bekerja sendiri, kadang memiliki anak buah atau mengkaryakan keluarganya. Pekerjaannya memang sangat kompleks, dari mulai menjual langsung, menerima pesanan, membeli bahan, sampai mengerjakannya sendiri. Oleh karena itu, biasanya usahanya tidak cukup besar karena keterbatasan energinya sendiri. Namun banyak yang memilih fungsi ini dengan berbagai alasan, antara lain ingin memiliki kendali atas semua aspek usaha, merasa cukup dan tidak mau ngoyo, ingin mensinergikan usaha dan keluarga, dan sebagainya.
Pengrajin maklun atau pocokan atau borongan ini bisa dilihat dari dua sisi. Kebanyakan yang menjadi pengrajin jenis ini adalah ibu rumah tangga, anak-anak sekolah dan pegawai yang memerlukan kerja sampingan, meskipun pengangguran juga tidak sedikit. Dengan system ini, pengrajin tidak perlu meninggalkan rumah dan memiliki waktu yang fleksible untuk mengerjakan pesanan. Dari sisi pengusaha, sistim ini meringankan karena kerajinan bukan kebutuhan pokok konsumen dan kreatifitas itu sangat personal sehingga fluktuasinya cukup tajam, bisa tiba-tiba banyak order, bisa tiba-tiba sepi order.
Pengrajin ada juga yang menjadi karyawan suatu perusahaan atau pengusaha. Pengrajin seperti ini jumlahnya sangat banyak. Mereka terampil membuat kerajinan tapi tidak memiliki kemampuan untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen. Biasanya dikarenakan keterbasan komunikasi, mobilitas dan modal, padahal mereka adalah pencari nafkah keluarga. Dengan menjadi karyawan, pengrajin tersebut tidak perlu memikirkan hal lain selain membuat produk yang telah ditugaskan.
Sekarang kita bicarakan pihak lain yang mengambil manfaat dari kerajinan selain pengrajin itu sendiri. Definisi pengusaha kerajinan bisa juga bermacam-macam, tentu saja usaha utamanya adalah kerajinan. Ada tipe pengusaha yang memiliki pabrik dan showroom, ada pula tipe pengusaha yang berkonsentrasi pada penjualan dan menerapkan sistem maklun. Ciri yang hampir sama adalah pengusaha memikirkan semua proses dari mendapatkan pesanan sampai proses produksi, namun dalam pelaksanaannya dia tidak turun tangan langsung seperti pengrajin mandiri. Pengusaha lebih fokus pada menstabilkan arus usaha dibandingkan dengan ikut langsung dalam kerja skillnya.
Kita juga mengenal trader dan agent. Biasanya ini berhubungan dengan pesanan skala besar seperti ekspor. Fungsi ini ada karena konsumen memerlukan produk dalam jumlah masal, sementara konsumen tersebut tidak memiliki source yang cukup untuk mencari pengusaha kerajinan yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Atau dengan kata lain, ingin terima bersih saja. Sebagai pemilik modal, konsumen berhak menentukan bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhan mereka. Konsumen ini lalu menugaskan agent, yang biasanya bertanggung jawab atas sourcing, quality assurance, delivery, sampai payment.
Fungsi trader juga muncul karena kebutuhan konsumen dalam jumlah masal. Ini disebabkan satu pengusaha atau satu pengrajin mandiri tidak bisa memenuhi seluruh pesanan konsumen. Trader adalah pengorganisir dari pihak produsen. Trader ini bertanggung jawab membuat sample, membuat offer sheet dan melakukan approach ke konsumen atau agent potensial. Karena sifatnya yang masal, tidak semua pengrajin mandiri sanggup menjalankan fungsi tersebut, terutama untuk ketrampilan berkomunikasi, bernegosiasi, mengorganisasi dan tentu saja modal. Trader bisa berhubungan langsung dengan konsumen atau melalui agent.
Pedagang dan penjual adalah pihak yang tidak melakukan proses produksi. Fungsinya ya hanya menjual dan menerima pesanan, tidak terlibat dalam proses produksi sama sekali. Fungsi ini jenisnya macam-macam. Ada pedagang yang hanya menjual dalam partai besar atau lebih dikenal sebagai pedagang grosiran dan ada pula pedagang yang menjual dalam jumlah bijian atau lebih dikenal sebagai retailer. Mereka memiliki outlet atau toko yang mudah diakses langsung oleh konsumen. Mereka juga berfungsi sebagai pemberi umpan balik pada produsen tentang apa saja yang diinginkan konsumen. Karena sifatnya penjualan langsung, mereka harus memiliki etos pelayanan yang baik.
Lalu ada pula istilah makelar yang diributkan teman saya tadi. Makelar ini sering dikonotasikan negatif karena sering dianggap hanya modal abab (bau mulut) alias pinter omong saja, tidak keluar keringat, tidak keluar dana. Makelar ini tumbuh subur di era perkembangan pesat teknologi komunikasi. Dengan hanya mengangkat telepon, seorang makelar bisa menghubungkan pengrajin / penjual dengan pembeli, lalu mendapat komisi penjualan. Namun jika ditelaah, networking saat ini juga menjadi modal utama, bukan hanya modal kapital saja.
Yang definisinya agak tidak jelas adalah yang berjualan secara online. Mereka tidak memproduksi, tidak menyimpan stok, namun bukan berarti mereka tidak melakukan apa-apa. Para penjual online ini menghabiskan banyak waktu untuk memfoto produk kerajinan milik pengrajin / pengusaha, membuat website yang bagus agar banyak pengunjung dan memaintain website tersebut. Baru setelah mendapat pesanan, mereka menghubungi pengrajin / pengusaha. Namun ada juga yang kemudian membuat stok dalam jumlah minimal terutama untuk produk premium.
Apapun fungsinya, semua memiliki porsi sesuai dengan kebutuhan dan keterbatasannya masing-masing. Pengrajin bisa melakukan sendiri atau menggunakan fungsi lain untuk menguangkan produk buatannya, fungsi lain memerlukan produk tersebut untuk menguangkan jasanya, sementara konsumen memiliki uang untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi semua senang, kan.
Saya sendiri di fungsi mana? Saya dulu pernah bergelut di sebagian besar aspek produksi kerajinan. Karena suatu keperluan, saya harus berpindah kota. Namun pengetahuan saya tentang proses produksi, pemasaran dan hubungan saya yang masih baik dengan para produsen, saya manfaatkan untuk membuka outlet di kota tempat tinggal saya sekarang dan menjadi pemasar produk-produk tersebut baik secara langsung melalui outlet saya di suatu mal maupun secara online melalui blog saya. Memiliki pengrajin sendiri di daerah yang bukan sentra kerajinan masih merupakan suatu kemustahilan, entah dimasa mendatang. Silakan baca juga bagimana sulitnya saya membina pengrajin tempatan. Alhamdulillah, produk yang saya perkenalkan tersebut banyak disukai, terutama dikalangan ibu-ibu, dan sekarang mulai dilirik juga untuk interior perkantoran.
Dari semua itu, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa saling membantu untuk kesejahteraan bersama. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan kerja keras, bukan saling cerca. Yuk berusaha!
0 Comments
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji