Jeung, jeung, sekali-sekali jalan-jalanlah ke blog-blog masakan. Oh, atau sudah setiap hari kali ya, untuk mencari resep? Oke, kalau begitu saya akan cerita apa yang saya lihat dari blog-blog masak selain resep. Dalam masak-memasak saya termasuk pemberani heheheee…. Maksudnya, saya bukan tipe orang yang ketakutan masakan tidak jadi dan terus-menerus menatap resep sambil memasak. Saya hanya perlu menangkap inti resep itu apa, insya Allah masakan itu akan jadi. Hanya cake yang kadang-kadang meleset sedikit dan menghias yang agak kurang tertarik. Namun demikian, saya jarang masak karena tidak punya banyak waktu dan tenaga.
Dua hari ini saya menghabiskan waktu dengan jalan-jalan ke blog-blog masakan. Ini dipicu oleh upload foto kue arisan buatan teman saya di facebook. Tidak sulit membuat bitterballen dan kue ketan hitam. Tapi teman saya itu menyajikannya dalam cup-cup kecil untuk sekali emplok, eh lahap. Tampilannya menjadi sangat cantik. Kue-kue itu adalah pesanan seseorang.
Jaman dulu makanan adalah usaha padat karya dan modal. Dapur harus besar, peralatan harus banyak dan karyawan juga sangat banyak, bahkan harus punya toko roti segala. Usaha makanan kebanyakan dilakukan turun-temurun karena orang yang tidak terbiasa melihat kegiatan usaha ini pasti capek dulu hanya dengan membayangkannya saja. Kegiatan usaha makanan dimulai dari perencanaan, belanja, meracik, memasak dan mengemas. Semua itu berdurasi panjang dan penuh keringat. Tapi jaman sudah maju, asal terampil, siapapun bisa mempunyai usaha makanan, bahkan jika tidak punya satupun asisten. Bagaimana bisa?
Usaha makanan bisa menggunakan dapur kita sendiri dan kita kerjakan sendiri. Cara teman saya itu tadinya hanya upload foto kue buatannya untuk anaknya di facebook. Tapi dia cerdik. Foto itu dijadikan satu album khusus hasil masakannya, tidak tercampur dengan foto narsis lainnya. Karena uploadnya rutin dan memang bagus-bagus, akhirnya ada yang bertanya. Setelah bertanya, selanjutnya ada yang memesan. Dari satu pemesan, sekarang album itu isinya foto pesanan semua. Karena cara dia menawarkan santai seperti itu, pesanan yang diterimanya juga satuan dan bisa dikontrol sesuai dengan kemampuannya karena mengerjakan sendiri pesanan tersebut.
Apakah sanggup mengerjakan pesanan sendiri? Tergantung kondisi kita sehari-hari. Jika memiliki balita, tentu harus pandai-pandai membagi waktu. Pernah melihat Nanny 911? Si nanny mengajari bagaimana seharusnya si ibu membagi perhatian antara 3 anaknya yang nakalnya luar biasa dan usaha makanan yang pesanannya diterima melalui email dan dimasak sendiri. Si nanny bahkan mengajak si ayah untuk membantu meski si ayah juga kerja kantoran. Intinya memang pendelegasian tugas dan pengertian.
Selain itu, sekarang sudah banyak peralatan memasak yang canggih. Adonan yang dulu harus dipukul-pukul, sekarang separuh pekerjaan itu bisa dilakukan alat. Standing food processor juga mempermudah pekerjaan memasak dari mulai mencacah daging, membuat adonan kue, sampai menghaluskan bumbu. Semua tenaga yang perlu gaji itu bisa diringkas dengan alat-alat. Meski kelihatannya mahal, tapi beberapa blog memberi tips mana yang perlu kita beli dulu berdasarkan kebutuhan saat ini, perbandingan spesifikasi dan perbandingan harganya.
Soal pemasaran, sama dengan memasak, perlu ketekunan seperti teman saya tadi dengan upload di media sosial atau membuat blog. Sesekali bisa meminta saya untuk mencicipi dan mereview, nanti hasil reviewnya saya sebarkan ke teman-teman saya heheheee….
Karena terkesan dengan usaha teman saya itu, saya jadi penasaran dan jalan-jalan ke blog-blog memasak. Tadinya saya singgah ke blog teman-teman saya dulu seperti www.masukdapur.com dan www.dapurhangus.wordpress.com untuk melihat-lihat resep keren mereka. Lalu saya jalan-jalan ke blog yang menjual masakan. Ada yang unik dari para penjual makanan ini, yaitu mereka tidak ragu berbagi resep dan tips. Lho kok tidak takut dijiplak? Entahlah, tapi sepanjang yang saya perhatikan, justru usaha mereka semakin berkembang pesat, dilihat dari upgrade alat-alat memasak dan kemasan yang mereka miliki, serta semakin banyaknya foto pesanan yang mereka upload.
Memang jika kita perhatikan, meski resep sama, jadinya belum tentu sama. Bisa lebih bagus, tapi kebanyakan tidak sebagus karya pemilik resep. Jadi jika mau menjiplak, tetap dibutuhkan kemampuan modifikasi. Selain itu, kita semakin terdiferensiasi dalam karier masing-masing, sehingga bagi sebagian perempuan memasak bukan lagi kegiatan utama, melainkan banyak yang sudah mendelegasikan ke pembantu atau membeli dan memesan kepada ahlinya. Lagipula, semakin banyak kita berbagi, Allah tak akan mengurangi rejeki, malah akan menambah jika kita tetap tekun berusaha.
Lalu saya terjebak di www.cakefever.com karena menemukan tips membeli oven. Dulu saya pernah punya oven tangkring merk Hock yang pecah dan penyok karena pindah rumah, padahal oven murah meriah ini sangat penuh pengabdian cieee….. Saya berencana untuk membeli oven listrik sederhana untuk keperluan sehari-hari. Tips itu memberi petunjuk apa saja yang perlu diperhatikan ketika membeli. Lalu saya menemukan resep kue ketan hitam seperti yang dibuat teman saya tadi. Saya senang karena cara memasaknya dikukus, kebetulan karena memang tidak punya oven.
Dengan semangat saya membongkar kardus berisi food processor yang sudah 5 tahun tidak pernah saya buka. Alhamdulillah kondisinya masih bagus dan memutar seperti seharusnya. Perlu diketahui (Eh siapa yang perlu ya?) bahwa ini juga pertama kalinya saya membuat kue lagi setelah 5 tahun. Lha saya kemana saja? Heheheee…. Dan ternyata kemampuan saya masih oke, kuenya sukses, enak, legit, cocok untuk penganan hari Minggu.
Bagaimana jeung? Sudah terinspirasi? Terinspirasi memasak atau terinspirasi usaha makanan?
2 Comments
jadi inget ovenku jarang terpakai nih mbak
ReplyDeleteMalu deh blogku disebut ihihihi... emang harus blogwalking ya biar semangat posting :D. Makasih mak...
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji