Iya, sengaja judulnya provokatif supaya pada mampir ke blog ini. Tergelitik ingin menulis tentang buku ketika ada pertanyaan di twitter (saya lupa siapa yang tanya) tentang budget kita membeli buku selama sebulan. Ada yang tidak pernah menghitung, ada yang jika butuh saja, ada yang kisaran 250 ribu hingga 500 ribu, ada yang sampai satu jutaan dan sebagainya. Kalau saya sekitar 200 ribu sampai 300 ribu sebulan. Sebenarnya masih kurang jika dilihat dari kebutuhan ilmunya, tapi juga sayang jika ditambah karena waktu untuk membacanya terbatas. Jalan keluarnya membaca mobile internet meskipun kebanyakan informasinya tidak full story tapi step by step atau tutorial.
Dari berbagai jawaban itu jadi berpikir, jika sebulan seseorang membeli 4 buku, dalam setahun bisa terkumpul 48 buku. Belum lagi jika dirumah ada anak-anak sekolah yang berarti kebutuhan buku bertambah banyak. Itu baru satu orang. Okey, boleh juga satu rumah. Bayangkan jika dikalikan beberapa orang atau rumah. Rasanya tidak ada alasan bagi bangsa ini untuk tidak punya akses terhadap buku.
Saya sendiri karena nomaden, menyimpan buku dalam kardus-kardus. Sebaliknya yang sudah menetap mungkin menyusunnya lebih rapi di rak-rak atau dalam lemari. Tapi coba kita pikirkan, buku disebut sebagai sumber ilmu bukan karena bentuknya, tapi karena isinya. Jika disimpan dalam kardus atau dipajang dalam rak, apakah masih bisa disebut bermanfaat isinya? Dalam sebulan saja, berapa buku yang kita raih dari rak-rak itu lalu kita baca lagi? Sepertinya untuk buku fiksi, kita cenderung membaca yang baru. Sementara yang non fiksi tergantung kebutuhan untuk daftar pustaka tulisan kita atau mencari info tertentu.
Nah, untuk menghidupkan buku sebagai sumber ilmu, janganlah hanya kita menjadikan buku sebagai koleksi, tapi kita buat isinya kembali bermanfaat. Caranya, yang pertama, buku yang sudah selesai kita baca sebaiknya disumbangkan saja. Dengan demikian, isi dari buku itu akan terus hidup dan bergulir ke orang lain yang tidak sanggup membeli. Banyak orang yang akan sangat bersyukur kita beri buku meski bekas, misal pembantu rumah tangga, tetangga, panti asuhan atau komunitas-komunitas seperti Hibah Buku yang menyalurkan bantuan buku ke daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Kadang memang ada perasaan sayang untuk menyumbangkan buku-buku kita. Tak apa. Pilih saja yang tanpanya kita bisa sekarat untuk disimpan heheheee…. Selebihnya, berpikirlah bahwa buku-buku itu tak akan kita bawa mati. Sayang sekali puluhan tahun hanya dipajang, sementara orang lain membeli satu buku saja harus menabung. Mau diwariskan? Okey, itu ide yang menarik. Tapi berapa juga kemampuan dan ketersediaan waktu anak-anak kita untuk membacanya?
Jika kita ingin tetap menyanding buku-buku kita, jadikan saja perpustakaan pribadi. Tidak harus buka secara rutin seperti perpustakaan umum, tapi dengan mendeklarasikan kepada tetangga dan teman-teman, mulai dari anak-anak sampai nenek-nenek bahwa mereka boleh meminjam buku dari kita atau membacanya dirumah kita pada waktu tertentu ketika kita sedang santai. Atau meminta mereka sms dulu sebelum kerumah. Resiko rusak atau hilang pasti ada, seperti perpustakaan pada umumnya. Tapi dari satu buku yang hilang, kita mungkin sudah menghidupkan ilmu dari 10 buku lainnya. Bandingkan jika ilmu-ilmu itu kita bekap saja dalam buku tertutup dan akhirnya kotor terkena debu atau dimakan rayap.
Selain itu di dunia per-blogger-an, giveaway berupa buku sudah sering dilakukan meski kebanyakan masih buku baru karya penyelenggaranya. Bisa dicoba dengan hadiah buku bekas dengan syarat lomba yang lebih sederhana tentusaja, karena niatnya menggulirkan ilmu dalam buku itu. Katakanlah harga buku itu di pasaran 50 ribu. Jika baru sekali kita baca, tentunya belum lecek sekali untuk dijadikan hadiah, meskipun kesannya memang kurang bergengsi. Apalagi ongkos kirim ditanggung penyelenggara.
Nah, yang suka ngulik bisnis, bisa dibuat semacam garage sale tapi buku dan online. Mungkin ini hanya bisa dilakukan didalam komunitas yang sudah saling kenal dan saling percaya. Tapi bisa juga dicoba untuk umum.
Wah, banyak juga ya ide menggulirkan isi buku agar tidak terbekap begitu saja. Teman-teman ada ide lain.
1 Comments
saya mau mbak dihibahin buku ... #lhoh :))) mayan sih buku saya... ada 3 lemari kecil :P ngoleksi sejak SMP...
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji