Kedai makan milik Merry ini tempatnya tersembunyi, di lingkungan pecinan yang sepi, dideretan ruko tutup karena tidak laku. Enggak banget untuk membuka bisnis, apalagi bisnis makanan yang selalu mencari lokasi strategis dekat keramaian. Tapi cobalah datang di jam istirahat di hari kerja, bakalan antri karena ramai pembeli, terutama karyawan. Memangnya jualan apa sih?
Menu di kedai makan prasmanan ini biasa saja seperti warung makan atau restoran prasmanan lainnya, terdiri dari nasi, sayur, lauk, pelengkap dan camilan. Nasi di kedai Merry memberi pilihan pada karyawati yang diet dengan menyediakan nasi merah. Sayur yang disediakan dari jenis yang mudah dimasak dan tidak mudah basi yaitu tumis-tumisan. Lauk juga terdiri dari menu yang awet dan bisa bolak balik dihangatkan misalnya aneka gulai dan semur. Untuk pelengkap, disediakan berbagai jenis kerupuk. Sedangkan camilan terdiri dari jenis yang sering kita temui di pecinan seperti bapao, cakue dan pia.
Jika melihat menu saja, keunggulannya adalah di nasi merah yang tidak disediakan di kedai atau restoran lain. Dari segi rasa, membuat kita teringat dengan masakan ibu dirumah karena rasanya yang mantap seperti masakan rumahan. Sebagai muslimah, meskipun ada keunggulan yang mendukung diet kita, bukankah beresiko makan di lingkungan pecinan? Bagaimana jika mengandung minyak babi atau daging babi?
Kebanyakan kedai makan di daerah pecinan memasang tulisan “halal” untuk menghapus keraguan konsumen muslim. Tapi kedai Merry melakukan dengan lebih baik. Di kedai itu tidak ada tulisan halal, tapi mereka mempekerjakan karyawati yang sebagian besar berjilbab. Tidak seperti sebagian karyawati di toko-toko lain yang berjilbab tapi bercelana jeans ketat, karyawan disitu diberi seragam yang rapi dan sopan. Dari pada menulis “halal” tapi masih saja diragukan, kehadiran karyawati-karyawati muslimah ini mempertegas jaminan halal mereka dan memberi ketenangan ketika makan.
Tapi kan bisa saja bohong? Tidak, karena mereka menerapkan sistem dapur terbuka. Kita bisa melihat kegiatan meracik dan memasak yang sedang dilakukan didapur. Bagian belakang dapur adalah pintu menuju jalan yang juga terbuka, sehingga tidak ada kesempatan untuk menyembunyikan sesuatu dibelakang dapur. Berbeda dengan dapur restoran yang umumnya serba kusam karena asap yang terus-menerus mengepulkan panas, dapur disini bersih seperti dapur kita dirumah.
Jadi yang ingin saya ceritakan disini bukan soal muslim atau non-muslim, tapi bahwa dalam menjual makanan tidak harus mengikuti trend sekarang yang memberi nama menu aneh-aneh atau berlomba-lomba menerapkan strategi marketing yang unik dan agresif. Menu sehari-hari dirumahpun bisa disajikan, ditambah dengan keunggulan yang selalu kita harapkan ketika makan, yaitu halal dan bersih.
1 Comments
jadi lebih mantap ya mak kalo mau makan di sana. Btw Pecinan kota mana nih? di Semarang ada Pecinan juga loo
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji