Jangankan R & D yang berdiri sendiri, pemilik masih harus merangkap beberapa fungsi. Kesibukan mengurus hal-hal operasional membuat pemilik tidak punya waktu untuk merenung dan mempelajari apa yang akan ditawarkan momen dihadapan atau setahun kemudian. Yang terjadi kemudian, produk mulai jenuh tapi produk pengganti belum ada. Atau akhirnya mencari mudahnya dengan menjual produk yang banyak dipasaran dan terseret dengan banting-bantingan harga dan akhirnya mengorbankan brand-nya karena tidak memiliki sesuatu yang khas.
Idealnya, katakanlah enam bulan lagi Lebaran, sekarang sudah memikirkan produk yang tepat untuk Lebaran dan mulai melakukan persiapan produksi. Di industri-industri kecil sudah mulai melakukan hal itu, seperti di Pekalongan, Jogja atau Solo. Sayangnya, ketika tiba masanya, banyak sekali produk yang sama. Mereka seperti menciptakan trend yang sebenarnya bukan trend melainkan produsen-produsen yang mengekor beberapa brand yang sedang trend. Lalu ada istilah misalnya kerudung A dengan harga terjangkau, yang sebenarnya adalah contekan dari kerudung A dengan mutu dibawahnya. Brand A akan tambah popular dengan banyaknya penyontek tapi keuntungan juga harus dibagi karena konsumen bisa saja memilih yang lebih murah. Bagi penyontek, akan sulit berkembang karena brandnya sendiri tak dikenal.
Meriset dan mengembangkan sendiri sebenarnya penuh resiko karena pikiran masih dipengaruhi keinginan konsumen saat ini, sementara harus memikirkan apa yang mungkin diinginkan konsumen dimasa yang akan datang. Data pasar dan prediksi trend dari para ahli tidak dikuasai dengan baik. Meski demikian, saya nekad melakukannya juga. Saya sudah beberapa kali mencoba mengembangkan produk Ladaka sendiri dan sejauh ini belum ada yang booming atau setidaknya menyamai produk-produk regular yang best seller. Di hati selalu ada perasaan, "Sudah 3 tahun jualan produk yang sama kok jadi ingin memegang sesuatu yang baru."
Jadi keputusan akhirnya adalah nekad! Jika ini tak berhasil, maka akan ada kenekadan-kenekadan berikutnya. Bukankah itu modal utama pemilik usaha? Kreatif tanpa henti? Selama ini banyak pengrajin yang menawarkan kerjasama. Sayangnya, mereka tak lebih dari para pengekor itu. Jika saya terima kerjasama itu, maka itu artinya saya membiarkan R & D saya dipegang oleh orang-orang tersebut. Wah, gawat. Akhirnya saya terima seorang pengrajin yang memberi tawaran berbeda, yaitu siap mencoba hal-hal baru.
Awalnya, seperti pengrajin lain, dia berusaha menggiring saya untuk mengambil yang ada saja. Saya katakan tidak dan saya menjamin akan membayar berapapun cost yang keluar dari percobaan tersebut karena sudah pasti dia tidak bisa mendapatkan harga ekonomis. Pengrajin Pekalongan ini menenun mendong merah pesanan saya, lalu saya minta mencoba beberapa motif lukis. Karena kesulitan mencari pelukis tenun kontemporer, akhirnya malah mendapatkan pelukis kaos untuk mengerjakannya heheheee....
Setiap satu motif selesai, foto dikirimkan pada saya. Ada yang bagus, ada pula beberapa kurang bagus. Pengrajin itu agak khawatir. Tapi saya katakan, "Kalau tidak mencoba, saya tidak tahu bagus tidaknya motif-motif baru itu. Dan saya tidak mau berperang harga dengan motif-motif yang sudah ada dipasaran. Capek! Kalau bagus, kita produksi massal. Kalau kurang bagus, bisa untuk tambahan koleksi motif saja."
Saya tahu proses ini akan panjang dan tidak langsung ada hasilnya, bahkan mungkin perlu membuang beberapa. Tapi untungnya, saya menikmati proses ini. :)
2 Comments
harus penuh ide ya mbak, jauh2-jauh hari harus sudah dipersiapkan
ReplyDeleteAww..suka yg motif mawar buu.. *teuteupmaniakmawar*
ReplyDeleteKalau sy rajin melakukan R & D meski hanya sbg pembuat aksesori hand made dg skala 'tergantung sikon' hehe... Didorong oleh rasa sedih krna sudah capek2 bikin, tapi hasilnya selalu dibandingkan dg produk serupa dg harga yg murah di pasaran. Saya amati tren di tempat penjualan aksesoris, mulai abang jepit keliling sampai mall. Browsing model terbaru di internet dan mengamati orng2 di jalan yg memakai aksesoris. Hasilnya, sy kemudian dapat ide bikin aksesoris yg modelnya tidak akan sama persis dg produk grosiran. Biasanya pada model serupa sy menambahkan aksen yg lain. Yah mirip2 sedikit ya wajarlah, tehnik pembuatannya kan sama. Yg penting hasil karya sy ga ada yg sama persis sama aksesoris grosiran yg diproduksi masal *pede*
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji