Kebalikan dengan itu, teman saya, Carra, pernah ngetwit tentang komunitas yang isinya penjual semua, "Kalau semua jualan, yang beli siapa?"
Komunitas saat ini sedang naik daun. Didalamnya terdapat individu-individu yang ingin mewujudkan keinginan yang sama. Tapi bagi pemilik usaha, tak semua komunitas harus diikuti, harus pandai memilih yang bermanfaat agar waktu yang dimiliki bisa digunakan secara efisien. Kebanyakan pemilik usaha adalah orang-orang yang sibuk mencari peluang dan berinovasi. Apalagi jika ia seorang ibu yang harus mengurus keluarga juga.
Belajar dari pengalaman teman saya yang seorang pemilik usaha di Jogja, komunitas yang sejenis usahanya tidak perlu dihindari asal jelas manfaatnya. Komunitas yang diikutinya selalu dekat dengan asosiasi-asosiasi yang sering bekerjasama dengan pemerintah maupun NGO, yang memberikan bantuan teknis maupun mengajak pameran roadshow. Karenanya, meski usahanya tergolong kecil, teman saya itu bisa ikut pameran hingga ke Jakarta, Bandung, Pekanbaru, bahkan Malaysia.
Komunitas-komunitas yang sifatnya online, sering lebih banyak berisi curhatan, bagi-bagi tips dan bagi-bagi info. Meski jarang bisa memfasilitasi pemilik usaha untuk memasarkan produknya, baik melalui penjualan online maupun pameran, tak ada salahnya diikuti jika ada waktu. Tapi seperti kata Carra tadi, jangan mengharapkan penjualan langsung dari sana.
Akan halnya bu Madya tadi, komunitas tidak dalam posisi diikuti melainkan didatangi. Beliau menempatkan komunitas-komunitas yang ada sebagai pasar atau konsumen. Kejelian memilih komunitas sebagai pasar harus diasah, agar sesuai dengan produk yang kita punyai dan bisa kita jangkau atau bisa kita akses.
0 Comments
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji