Tahu Hero di lantai bawah mall Malioboro kan? Karena saya kesana hanya setahun sekali, jadi tidak tahu sudah banyak perubahan. Ketika hendak belanja, otomatis yang saya cari adalah tempat penitipan tas karena saya juga membawa tas plastik isi baju yang barusaja saya beli. Ternyata, tidak ada penitipan tas disana. Karena tidak tahu harus bagaimana, saya ikuti saja bule-bule didepan saya yang melenggang masuk membawa ransel-ransel besar. Mungkin mereka turis backpackeran ya.
Supermarket itu biasanya yang paling paranoid terhadap pengutil. Jika supermarket besar mengandalkan kamera CCTV, maka supermarket kecil menugaskan karyawannya untuk melek lebar-lebar. Yang bikin kesal adalah karyawan yang benar-benar paranoid, mengikuti kemanapun konsumen bergerak tanpa bermaksud apa-apa, semata-mata untuk mengawasi. Namun semua mewajibkan konsumen untuk menitipkan tas besar mereka dan hanya memperbolehkan handbag untuk dibawa. Hero merupakan pengalaman pertama saya masuk ke sebuah supermarket yang tanpa penitipan tas. Kalau bawaan banyak bagaimana? Ya udah, taruh saja di kereta dorong.
Beberapa hari setelahnya, saya masuk ke sebuah toko baju baru didekat pasar Lempuyangan. Saya jarang masuk ke toko baju seperti itu, biasanya saya ke mal karena pilihan lebih banyak dan bebas. Tapi toko baru dan besar ini tampak menjanjikan, lagipula musim liburan dan malam, ogah banget ke mal di Jogja. Jangankan parkir, jalanan sudah pasti macet.
Jadi, ketika masuk, saya disambut dua orang satpam di pintu. Wuih, mewah banget, toko dengan produk baju-baju murah itu sanggup membayar dua satpam sekaligus untuk membuka pintu. But wait! Saya yang melangkah yakin tiba-tiba dipanggil oleh satpam tadi, diarahkan ke penitipan tas. Apa???!!! Saya hanya membawa handbag yang tidak besar dan penuh berisi tab, 2 smartphone, kamera, dompet perhiasan dan dompet uang. Tak akan bisa menyelipkan apapun disana. Hmmm... celana dalam mungkin bisa ya? Saya spontan mengomel marah. Tapi mereka keukeuh karena sudah perintah dari juragan.
Akhirnya saya mengalah karena kondisinya kepepet, baju anak saya habis kotor semua, maklum jalan terus belum sempat cuci baju selama liburan itu. Meski begitu, saya menolak untuk menitipkan tas di penitipan. Kalau hilang, siapa yang mau nanggung? Membawa printilan segitu banyak tentu repot sambil memilih baju. Jadi saya cuma mengambil dompet, selebihnya dibawa anak saya kembali ke mobil. Ini memang tidak umum, karena biasanya toko baju lebih bebas, tidak seketat supermarket. Mungkin sang juragan sudah benar-benar paranoid.
Seberapa besar sih pentingnya inventory? Penting banget! Dulu saya sering "memaafkan" beberapa barang yang tidak jelas statusnya. Suatu ketika saya bertemu dengan seorang pengusaha silver yang sudah sepuh. Beliau sudah keliling dunia tanpa crew tapi bersama asosiasi membawa produknya yang hanya sekotak. Hanya sekotak? Yup, tapi beliau mengajarkan bahwa sekotak itu cukup jika kita ketat dengan inventory. Lain waktu ketika produk saya dipinjam untuk pameran oleh teman saya. Karena waktunya lama, catatan saya sudah acak adut kemana-mana. Untungnya ada copy yang rapi di teman saya itu. Saya pernah pameran bareng dengannya dan teman saya itu selalu menghitung barang-barangnya sebelum buka stan di pagi hari dan sebelum disimpan di malam hari.
Sudah pernah ke Stroberri dong? Iya, itu outlet aksesoris yang diluarnya banyak cowok dan bapak-bapak manyun karena yang cewek-cewek didalam enggak keluar-keluar hahahaaa.... Meski operasional mal itu tutup di jam 22.00, biasanya jam 21.30 sudah pada tutup aja. Tapi Stroberri tidak, jam 21.00 rolling door sudah diturunkan, tidak menerima pembeli baru, tinggal menyelesaikan yang ada didalam. Berarti mereka pulang awal? Tidak, sebelum pulang, karyawan akan menghitung display. Itu kan banyak? Yup, dan kalau ada yang hilang mereka mendapat sanksi.
Inventory adalah modal utama retail. Para pengusaha yang sukses salah satunya didukung dengan inventory yang akurat. Mestinya ini bukan hal baru bagi saya mengingat dulu saya pernah memegang tanggung jawab inventory beberapa gudang sebuah perusahaan dari Jerman sebagai bagian dari PPIC (Production Planning Inventory Control) Department. Tapi nyatanya, usaha sendiri itu godaannya mudah memaafkan diri sendiri jika ada ketidaksesuaian, bahkan jika tidak dikontrol selama berhari-hari. Yang ini jangan ditiru ya, teman-teman.
10 Comments
paling tidak nyaman kalau belanja di buntuti SPGnya mbak
ReplyDeleteAih, Mak, kalo bukan karena terpaksa, pasti udah balik kanan grak seraya manyun yak? hihi
ReplyDeleteBener2 nyebelin emang kalo ketemu situasi yang spt itu. Belanja jd ga nyaman.
Sepakat Mak, bhw inventory control management memang sgt penting. Thanks for share. :)
Kalo saya mak, saya balik ngebuntutin SPG nya, trus saya nanya, minta ambilin barang ini itu hihihi *biasanya sih gantian, SPG nya yg sebel* hahaha :D
ReplyDeleteiya ya mbak, sebal banget kalo ada satpam atau pegawai mall yang seperti itu. saya juga pernah punya pengalaman yang sama, diikuti terus-terusan sama pegawai mall. risih banget n bikin belanja jadi ngga nyaman
ReplyDeletekalo ama satpam belum pernah sih...kalo ama spg sering dideketin dan "dirayu" untuk pilih produk nya :P
ReplyDeletemungkin itu hanya satpam yang mau minta kenalan
ReplyDeleteWaaah, segitunya tuh satpam ya, Mba. Kalau emang gak percaya pada para pengunjung, mending ada pengumuman saja sih, ya. Semacam warning gitu. Kan jadinya pengunjung paham tuh. Gak kek gitu caranya. Hehehehe
ReplyDeletesaya pernah menitip jual baju kaos desain sendiri ke beberapa distro, saat tretutr barang suka ada yang miss. Beberapa baju nga diretur tapi ngga ada catatan terjual juga. Temen yang punya distro juga cerita kyk gitu pasi selalu aja ada barang yang ilang
ReplyDeletesaya pernah mak,ishhh saya kesel d liatin bak pengutil aja,padahal saya orgnyaa tipe belanja paling lama dan kebanyakan timbaang menimbang sebelum beli,alhasil malah saya isengin balik aja saya bawa mereka keliling"bak bodyguard hihihi :D
ReplyDeleteXOXO
http://leeviahan.blogspot.com
Inventory! oh, ini aku yg kedodoran. emang sih di awal2 rapi. makin kebelakang, makin kendor, dan "yasudahlah ngga papa" setiap kali menemukan ketidak sesuaian. glek! pasti ini yg mbuat usahaku nggak maju2. mulai...laris...kendor..mati, mulai lagi sampe mati lagi. doh!
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji