Dompet Dhuafa mempelopori gerakan menuju keadaan yang lebih
baik bagi Indonesia dengan mengkampanyekan Indonesia Move On selama tahun 2014
ini. Berapa orang yang diperlukan untuk mendukung perubahan tersebut? Semua
orang, seluruh warga negara Indonesia. Sekelompok orang yang tidak peduli sudah
cukup membuat langkah satu bangsa ini berat dan lambat. Sayangnya, kesulitan
hidup masing-masing membuat kita kadang mementingkan diri sendiri. Tak sedikit
pula yang tidak tahu bagaimana harus berperan.
Notes: pemenang hiburan.
Menemukan peran bagi diri sendiri untuk mendukung tujuan
mulia itu bisa dimulai dari diri sendiri. Sebagai seorang ibu, kita bisa
menggali peran kita mulai dari posisi tersebut. Apalagi belakangan banyak kasus
kekerasan anak yang bermunculan, membuat peran ibu menjadi sangat kritis.
Mau tidak mau, tiap ada kekerasaan anak, peran ibulah yang
dipertanyakan. Apa saja kerja ibunya? Tidak bisakah mengawasi anaknya? Mengapa
anaknya nakal sekali? Mengapa membiarkan anaknya diasuh orang baru? Dan
berbagai pertanyaan menyudutkan lainnya.
Ibu dan Keluarga
Tiap keluarga punya pertimbangan dan pilihan tersendiri
dalam membesarkan dan mendidik anaknya. Rumah tangga adalah wilayah yang tak
boleh disentuh orang luar. Tapi justru karenanya, ibu memiliki otoritas yang
harus digunakan untuk menanamkan nilai-nilai terbaik pada anak-anaknya. Awal
kehidupan dalam lingkup terkecil ini akan memberi sumbang sih yang sangat
menentukan bagi masa depan bangsa lewat anak-anak mereka.
Anak-anak yang kreatif dan mengerti semua konsekuensi
tindakannya akan memberikan harapan besar pada kemajuan bangsa dengan
berkurangnya, bahkan kalau bisa menghilangkan sama sekali kenakalan anak-anak
dan remaja. Sikap permisif, misalnya mengijinkan mengendarai motor sebelum
waktunya atau membuatkan akun media sosial dengan tanggal lahir yang dituakan
hanya supaya gaul dengan sebayanya, akan membuat si anak selalu berusaha
mencari celah disetiap peraturan yang ada.
Ibu yang mengerti bakat dan kemampuan anaknya, tidak akan
memaksa si anak untuk mengejar prestasi hanya demi prestise, melainkan
memberikan fasilitas sesuai dengan bakatnya itu agar si anak berkembang.
Anak-anak yang menekuni bidang yang mereka sukai akan berprestasi tanpa batas
dan menjadi contoh bagi teman-temannya untuk berprestasi di bidang
masing-masing.
Ibu dan Lingkungan Rumah
Secara tradisional, seorang ayah mempunyai tanggung jawab
mencari nafkah dan seorang ibu bertugas mengasuh anak-anak. Tapi pada
perkembangannya, banyak ibu yang juga cemerlang dalam pekerjaan, banyak ibu
yang terpaksa bekerja sebagai pencari nafkah juga, beberapa ibu memiliki
halangan fisik atau sakit dan sebagainya. Tugas-tugas mengasuh anak harus
dibagi dengan asisten rumah tangga, baby sitter, keluarga, bahkan tetangga.
Idealnya, dalam masyarakat itu bisa saling mengawasi dan
saling menjaga sehingga kekurangan tiap-tiap keluarga bisa ditutup dengan
lingkungan yang baik. Misalnya, dalam pengawasan terhadap anak-anak yang ibunya
sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, tetangga bisa mengambil alih peran
tersebut tanpa perlu diminta. Warga di lingkungan yang baik akan mengenal wajah
dan nama anak-anak tetangganya. Jika si anak tetangga tersebut main terlalu
jauh dan kebetulan dilihatnya, ia bisa mengajak anak itu kembali ke lingkungan
dekat rumah, lalu melaporkannya pada si ibu agar berhati-hati.
Namun, beratnya beban dan tuntutan hidup masyarakat sekarang
ini membuat rumah hanya sebagai tempat untuk istirahat tanpa gangguan. Acara-acara
warga sering dilewati agar bisa tidur lebih lama. Jangankan mengenali wajah dan
nama anak-anak tetangga, jangan-jangan tidak tahu pula siapa nama tetangga
sebenarnya, hanya tahu nama panggilannya saja. Tak jarang pula warga tidak
punya nomor telepon tetangga sendiri, tapi punya daftar lengkap akun teman di
media sosial yang tinggalnya jauh diluar negeri. Kalau ada keadaan darurat
dirumah, siapa yang paling penting untuk ditelepon?
Ibu dan Perkembangan Dunia
Menjadi ibu masakini harus bisa menyelaraskan diri dengan
perkembangan jaman dan arus informasi yang ada. Menambah wawasan dan menyadari
potensi diri akan sangat membuat seorang ibu turut berkembang bersama dengan
lingkungannya, baik didalam rumah, di lingkungan sekitar rumah, maupun
lingkungan yang lebih luas.
Suatu ketika saya sedih melihat teman saya, sesama ibu-ibu,
bertanya apa itu pedofil. Sedih karena teman saya itu tidaklah berpendidikan
rendah, tidak tinggal didesa, punya gadget yang lebih canggih dari saya dan dia
bukanlah orang yang tidak mau bergaul. Sayangnya, pergaulannya tidak membuka
wawasannya. Seharusnya, pergaulan yang didukung fasilitas lengkap mampu membuat
seorang ibu mengetahui isu-isu penting. Padahal masalah itu disebut hampir tiap
menit di televisi, koran dan semua kanal media sosial. Isu tersebut sangat
penting karena sudah menjadi masalah darurat nasional sehingga semua ibu wajib
mengevaluasi pengamanan bagi anak-anaknya dan memicu kepedulian terhadap
anak-anak lain yang dijumpainya.
Keleluasaan akses yang dimiliki ibu-ibu sekarang juga bisa
digunakan untuk meluaskan perannya diluar rumah tangga dan lingkungannya.
Misalnya dengan bergabung dengan berbagai komunitas sesuai dengan minatnya.
Saya sendiri karena tidak leluasa bepergian, memilih untuk bergabung dengan
komunitas online yaitu Kumpulan Emak Blogger. Di komunitas tersebut, kami
berbagi pengetahuan dan pengalaman di banyak bidang, misalnya tentang masalah
kesehatan, pendidikan dan sosial. Melalui blog, kami mampu menyebarkan konten
positif tanpa batas ruang dan waktu. Kami berharap konten positif tersebut
dapat menggugah semangat bangsa Indonesia untuk terus bersatu meningkatkan
kesejahteraan bersama.
Para ibu bisa berperan membuat Indonesia Move On lebih
cepat. Masalah terbesar bangsa Indonesia bukanlah mengalahkan bangsa lain,
melainkan mensejahterakan dirinya sendiri. Masalah kita ada didalam diri kita
sendiri. Para ibu pasti bisa menemukan perannya untuk membantu bangsa ini
berubah ke arah yang lebih baik.
9 Comments
Hebat mak, keren dan top abis. Komplit dan lengkap, semoga peran ibu semakin nyata dan ibu akan semakin sadar dan mengerti posisinya hingga ia bisa membuat Indonesia benar-benar move on. Semoga menang lombanya mak
ReplyDeleteYa ampun sampai belum reply hihiii... Iya mak, kita hebat :))
Deletelike this mak "Masalah terbesar bangsa Indonesia bukanlah mengalahkan bangsa lain, melainkan mensejahterakan dirinya sendiri. Masalah kita ada didalam diri kita sendiri."
ReplyDeleteIya, yuk instropeksi bareng
Deletebetul mak... sebetulnya pondasi utama masa depan negara ada di tangan seorang ibu. Menjadi seorang ibu harus memiliki wawasan/ilmu pengetahuan yang luas, walaupun ibu tsb berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Tapi ada juga lho... ibu2 yg bekerja tapi wawasan kalah luasnya dgn ibu rumah tangga. Jadi disini tak perduli apapun profesi seorang ibu, ketika ibu mendidik anaknya, ibu itu sendiri pun sebenarnya sedang mendidik dirinya sendiri.
ReplyDeleteIya mak, status pendidikan ataupun status sosial sering tidak berbanding lurus dengan wawasan. Yuk kita perluas.
DeleteSelamat tulisannya menang mak Lusi...aku juga seneng bisa ikut mejeng hehehe... :)
ReplyDeleteIya, berkat mak Arin nih jadi menang hihihiii
DeletePerempuan selalu membawa inspirasi tersendiri bagi saya, terima kasih sudah berbagi kisah ini :)
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji