Menekat di Bulan Pusaka Pekanbaru 2014? "Menekat" dibaca dengan huruf "e" seperti jika membaca "dekat", bukan seperti "tekad". Menekat adalah kegiatan membuat kerajinan perpanduan antara bordir manual, payet dan aplikasi. Ini adalah kerajinan khas Melayu. Hari ini saya berkesempatan melihatnya di Gramedia pusat Pekanbaru, Jl Sudirman, bersempena dengan Bulan Pusaka Pekanbaru 2014 yang ditaja Riau Heritage.
Bulan Pusaka Pekanbaru 2014 ini diadakan selama sebulan penuh, tanggal 18 April hingga 18 Mei 2014 untuk menggugah kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya Melayu Riau. Karena sudah datang sebelumnya, saya tidak ingat bahwa Bulan Pusaka Pekanbaru 2014 masih berlangsung. Tadi siang tujuan saya ke Gramedia semata-mata hanya mencari buku bacaan. Ketika menginjakkan kaki di lantai dua, berbinarlah saya melihat spanduk Bulan Pusaka 2014 yang masih terpasang.
Rupanya, panitia telah mengatur satu ruangan yang digunakan khusus sebagai ruang peraga kerajinan Riau. Jika sebelumnya saya sudah mencoba membatik ala Riau, sekarang saya berkesempatan melihat orang menekat sekaligus merusak, eh mencobanya. Jika ada event seperti ini, teman-teman jangan sampai lewatkan ya. Sayang lo kalau sampai tidak datang ke Bulan Pusaka Pekanbaru 2014. kapan lagi bisa melihat proses pembuatan kerajinan bernilai seni tinggi warisan leluhur dan diperbolehkan mencobanya?
Seperti biasa, saya pun sok akrab dengan para pengrajin heheheee.... Saya mengajak berkenalan kak Dwi yang sedang asik memasang payet seperti foto diatas. Yang berwarna orange itu adalah kain beludru. Untuk satu kain seperti ini, kak Dwi bisa menyelesaikannya dalam dua hari. Setelah selesai dipasangi aplikasi, payet, manik dan bordir berwarna emas dengan benang emas, kain ini akan dijahit untuk pelaminan Melayu.
Pelaminan Melayu itu big deal, wajib menggunakan kain tekat, tidak seperti pengantin Jawa yang bisa menggunakan pelaminan apa saja asal ada beberapa perangkat wajib yang disertakan. Kain di foto tersebut hanya sebagian dari keseluruhan pelaminan. Biasanya orang atau perias akan memesan satu set, tinggal besar kecilnya pelaminan disesuaikan dengan kemampuan penyewa. Satu set perlu waktu sekitar sebulan untuk mengerjakannya. Selain itu, tekat juga digunakan untuk membuat kotak sumbangan, kotak tisu dan souvenir.
Jika tidak sedang menjadi peraga seperti ini, kak Dwi bekerja di sanggar Encik Asnah di Tanjung Batu. Sayang tidak disediakan brosur atau kartu nama seperti Gerai Batik Semat tempo hari. Kak Dwi cuma memberi ancar-ancar, letaknya didekat pom bensin Tangjung Batu, Pekanbaru. Kalau teman-teman penasaran, mungkin bisa ditanyakan ke Riau Heritage sebagai panitia.
Sanggar Encik Asnah tidak hanya mengerjakan tekat tapi juga membuat tenun Siak. Encik Asnah memiliki empat alat tenun tradisional dirumahnya dan siap menerima pesanan sesuai dengan permintaan. Selama ini kebanyakan pemesan adalah dari kantor-kantor untuk seragam. Kata kak Dwi, sebelumnya mereka juga telah memperagakan tenun di Bulan Pusaka Pekanbaru 2014. Duh, menyesal sekali telah melewatkannya.
Seperti waktu bertema batik lalu, di tema menekat ini pun panitia menyediakan kain khusus untuk pengunjung yang ingin mencoba. Ini dilakukan agar pengunjung tidak sekedar menonton tapi juga berinteraksi dan menikmati proses kreatif dari kekayaan warisan budaya Melayu.
Setelah puas melihat kak Dwi menekat, saya berdiri dan baru menyadari ada banyak foto yang digantung di rak-rak buku. Karena fotonya tidak terlalu besar dan bingkainya tidak terlalu mencolok, banyak orang yang melewatkannya. Padahal itu tidak sekedar foto karena dibawahnya ada keterangan foto yang menunjukkan peninggalan-peninggalan sejarah dan budaya Melayu Riau yang harus mendapatkan perhatian lebih banyak lagi.
Jadi, jika teman-teman datang ke Bulan Pusaka Pekanbaru 2014, tak perlu ragu atau jaim, ajak ngobrol para peraga kerajinan atau kesenian untuk mendapat sebanyak-banyaknya informasi tentang budaya Melayu Riau, lalu sebarkan agar diketahui masyarakat seluas-luasnya. Jangan ragu pula untuk menyentuh, meraba dan mencoba sendiri membuatnya setelah minta ijin dulu. Jadikan ini pengalaman tak terlupakan dan menambah kecintaan kita pada budaya Melayu Riau. Jika benda yang ditampilkan terlalu berharga untuk disentuh, pasti akan diberitahu.
Nah, teman-teman ayo kita kenali budaya tempat kita menginjakkan kaki. Tak peduli asalmu dari mana, budaya Melayu Riau harus kita pelihara. Dimana kaki berpijak, disitulah langit dijunjung.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Blog: Bulan Pusaka Pekanbaru 2014
9 Comments
Aku kemarin datang pas lagi menenun mak, takjub lihat gerakan dan mesinnya. Hihi
ReplyDeleteKain melayu ini khas dengan warna2 yang nge jreng ya, kalau lihat kadang pengen di beli tp ga mungkin pd make warna bgtu :p
Semoga selanjutnya makin banyak acara yg memperkenalkan adat budaya setempat ya Mak.
Btw itu sepertinya nikahan adat sumbar klo dilihat dr mempelai wanita nya
Aku pikir tadi typo mak, ternyata emang ada kata menekat ya :D
ReplyDeletesaya pengen lihat cara membuat kerajinan kain sumatera secara langsung
ReplyDeleteKetekad itu sama dengan gebyok ya Mak Lusi
ReplyDeletewarna kainnya bagus banget mbak orange
ReplyDeleteWah, ada acara di gramedia pekanbaru ya.. Mudah2 nanti bisa kesana
ReplyDeleteMbaaak, di minggu terakhir ada pemutaran video pembuatan Sampan dan sampan nya juga berpose di GM.. mampir lagi mbak :))
ReplyDeleteSaya pernah lihat jenis kain ini di Museum Nasional ya.. memang orang Indonesia itu sebetulnya jiwa seninya tinggi.. indah2 sulamannya.. :)
ReplyDeleteWah,,,,, acara enekat bulan pusaka Pekanbaru 2014 seru banget ya Mba, jadi bisa mengenal lebih dekat tradisi dan budaya masyarakat Melayu dari hasil kerajianannya di sana.
ReplyDeleteSalam
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji