Ini bukan persoalan beres-beres kasur ya, tapi tentang merapikan hal-hal yang bersifat digital. Bagi anda yang bekerja di kantor dan menggunakan laptop atau komputer sebagai alat kerja, mungkin sudah familiar dengan istilah housekeeping. Kalau di kantor saya dulu tiap tiga bulan sekali. Waktu itu kami bekerja lima hari dalam sepekan. Tapi tiap tiga bulan sekali, kami masuk pada hari di Sabtu khusus untuk melakukan housekeeping. Karena saya bekerja di bagian production planning and inventory control, boleh dibilang data saya termasuk sangat berat dibanding bagian lain. Kalau tidak dilakukan housekeeping secara rutin, bisa-bisa saya mendapat masalah tanpa saya sadari, entah karena full capacity, virus, salah letak folder atau malah ter-delete.
Photo by Lisa Fotios from Pexels |
Semalam ketika nonton NCIS Los Angeles, salah seorang agen diledek teman-temannya karena rajin melakukan housekeeping akun facebook-nya setahun sekali. Agen kok mainan facebook? Begitu ledek teman-temannya. Namun pikiran saya langsung nyangkut ke persoalan housekeeping tersebut. Jika sewaktu bekerja dulu saya memandang wajib melakukan housekeeping, apakah secara digital, yang notabene hanya untuk pergaulan, perlu juga dilakukan housekeeping?
Meski kita wara-wiri di media sosial hanya untuk pergaulan, tapi tak sedikit yang justru malah membuka lebar kehidupan pribadinya, dari mulai foto narsis setiap hari, mengabarkan setiap kakinya melangkah, hingga aktivitas pribadi keluarga. Katakanlah anda punya akun facebook sejak 2010, kira-kira berapa banyak foto dan aktivitas yang anda beberkan ke publik hingga akhir 2014 ini?
Dengan data sebanyak itu, anda tak akan ingat lagi apa yang sudah anda bagikan ke publik. Jangankan mengingatnya, scroll pun males ya, nggak berhenti-berhenti. Dan apa yang terjadi ketika tidak ingat lagi apa milik kita? Yang terjadi adalah kita juga tak akan sadar ketika milik kita itu diambil orang, misalnya foto kita didownload atau dicopas. Dengan data yang banyak dan urut selama empat tahun itu, orang juga bisa melakukan mapping terhadap anda dan keluarga anda, lengkap. Okelah anda memang tidak mau menyembunyikan apa-apa dan memang ingin dikenal orang melalui personal branding. Tapi personal branding adalah tentang karya anda, bukan tentang pergerakan anda dan keluarga anda yang membuat anda seperti novel hidup atau film true story bagi orang lain. Ingat selalu keamanan diri.
Kalau anda mengetik digital housekeeping di google, blogger asing sudah biasa melakukannya seperti halnya agen NCIS terhadap akun facebook-nya. Kita di Indonesia belum terbiasa melakukannya. Bahkan anehnya, tindakan menghapus status atau foto lama seringkali ditengarai sedang menghapus jejak dan sebagainya. Kalau misalnya sedang twitwar, mungkin saja itu dilakukan. Tapi jika yang dihapus sudah berusia enam bulan keatas, seharusnya itu wajar saja, tak usah pedulikan anggapan orang.
Kadang kita merasa sayang menghapus twit lama. Yaaah siapa tahu akun twitter kita dalam pengamatan agen brand. Heheheee.... Kalau dihapus dan record tweet anda sedikit, anda takut dinilai tidak terlalu aktif ngetwit. Melayanglah bakal calon job kita. Nah, kalau sudah begini, ya harus berani repot memilah mana yang akan dihapus seperti orang sedang mencari kutu. Atau anda bisa juga mencari aplikasi untuk menghapus twit dalam kurun waktu tertentu sehingga tweets anda bisa bertahan dalam jumlah tertentu, sementara yang lama dihapus secara otomatis.
Belakangan saya mencoba melakukan digital housekeeping. Ternyata sama sekali tidak mudah. Dihapus disini, masih muncul disana, karena seperti itulah cara kerja digital. Begitu kita publish secara bebas, maka akan tersebar kemana-mana tanpa kendali kita. Digital housekeeping yang sudah saya coba adalah email, blog, facebook, twitter, bbm dan whatsapp. Instagram dan path tidak punya. Hasilnya masih jauh dari yang saya harapkan. Untuk email misalnya, karena kebiasaan pop up di blackberry, folder-folder tidak pernah dibuat berdasarkan kategori, padahal sudah bertahun-tahun punya email dan setiap hari ada email. Untuk facebook tinggal sedikit lagi dan umumnya warga facebook tidak segila warga twitter dalam hal stalking, jadi tidak ada yang nyinyir. Untuk blog juga kurang beberapa tahap lagi. Sedangkan twitter lumayan sulit karena harus menggunakan aplikasi dan twit lama bisa tersembunyi atau stuck dalam database twitter.
Sebenarnya tidak ada ukuran berapa memory yang sehat bagi para aktivis digital (cieeeh), hanya pastikan saja anda tahu atau ingat meletakkan apa, dimana dan siapa saja yang bisa mengakses. Housekeeping yang rutin akan membantu anda mengingat kembali tentang diri anda sendiri yang terekam secara digital. Seperti halnya makanan, diri anda pun bisa kedaluarsa secara digital, yang membuat anda kehilangan kontrol terhadap diri anda sendiri. Lebih baik dirapikan, disimpan atau dihapus.
26 Comments
Aku menerapkan digital housekeeping walaupun belum secara berkala. Suka banget dgn kalimat mak Lusi, personal branding itu tentang karya. Haissh, makjleb bingit :))
ReplyDeleteKadang kalau udah keluar malesnya, akhirnya nyari data atau link apapun susah krn nggak rapi :(
Deletesetelah ikut arisna ilmu kemarin plus baca tulisan ini makin kepikiran, buka2 file foto lama fb n blog,bersihin yang perlu di delete, krn khawatir ada yang terlalu personal dan secara ga sadar membuka identitas diri terlalu lebar...digital housekeeping itu delete langsung apa pake soft ware khusus mak, atau bisa juga deleta langusung ya kalau foto di fb atau blog
ReplyDeleteUdah diblog belum Arisan Ilmunya mak? Kalau twitter ada software-nya, googling aja banyak. Tapi belum ada yg pas menurutku.
Deletekadang semuanya butuh mak,,,antara dirapikan, disimpan atau dihapus,,,tergantung dgn masalah yg kita hadapi waktu itu,,untuk saat ini punyaku masih disimpan dan dirapikan,,,
ReplyDeletePenginnya bukan karena masalah mak, tapi karena apapun memory itu punya titik optimalnya, selebihnya hanya menyemak aja :)
DeleteAq dulu di inventory jg mak..*siapa yg nanya?
ReplyDeleteBtw, aku cuma rutin housekeeping wa doang..bbm kaga aktif, fb buat media digital jd eman2 dihapus..*alesan
Fokusku nggak di inventory sih, lebih ke planningnya. Tp utk mem-planning aku harus menguasai inventory :)
DeleteBaru pertama kali dengar ini Mak. Dan langsung clingukan nentuin mana dulu yg mau dihapus.
ReplyDeleteTerima kasih untuk sharenya Mak.
Sama-sama :))
Delete2 tahun yg lalu kayaknya saya beberes FB dan email. Tapi nggak tahu yg namanya digital house keeping, baru sekarang :)
ReplyDelete2 tahun lalu? Udah lama itu mak heheheeee
DeleteDigital housekeeping ini kalo di Indonesia mungkin baru bayak dilakukan sama orang yang baru putus ya, bersihin foto2 berdua sama mantan :v
ReplyDeleteIya mak, lebay banget itu. Harusnya ini juga utk yg profesional.
DeleteSama seperti Sary, nerapin juga digital housekeeping ini, tapi nggak rutin :)
ReplyDeleteKalau rajin sebulan sekali, kalau malas bisa sampai 3 bulanan.
Emailku sudah dikategori, tapi masih aja ada yang lewat :D
Email aku masih payah banget. Banyak banget :(
DeleteUntuk album keluarga dan personal di facebook sudah byk yg ku private dan ku hapus mak...
ReplyDeleteHeheheee... apalagi mak nengnong banyak penggemarnya nih :))
Deletesaya juga suka digital housekeeping wlaopun gak rutin, Mak. Tp sebelum upload biasanya suka mikir dulu aman atau enggak :)
ReplyDeleteBaiknya sih memang mikir dulu mak. Tapi sering belakangan baru nyadar. Manusia :(
Deleteuntung aku belum memiliki PD tinggi, jadi yang di share masih yang umum-umum, termasuk foto, meski ada sih beberapa yang pribadi tapi cuma dikitt kok, mau jajal lah kapan2 ;)
ReplyDeleteMacak ciiih? :)) Etapi mak Icoel makin cakep aja
Deletewah, makasih infonya mak...
ReplyDeletemau rapih2 ah... paling facebook doang, itupun yg dulu, krn udah lama bgt ga pernah share hal2 pribadi...
Iya mak, yuk :))
DeleteBaru tau istilah ini, kalo aku udah 2 th yg lalu hapus2in foto di FB, Sekarang cuman main blog ama twiter aja
ReplyDeletePenasaran sama dihapus :))
DeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji