Subcont (sub-contractor), makloon, pengrajin, pemborong, apapun namanya itu sudah lumrah di dunia usaha, baik kelas rumah tangga maupun eksportir. Bagi konsumen awam yang tidak familiar dengan sistem ini pasti akan menanyakan, "Bikinan sendiri, kan?"
Bagi agen, reseller dan dropshipper yang takut kemahalan akan menanyakan hal yang sama. Bagi pengusaha sendiri sebenarnya itu hanya masalah efisiensi saja. Harga yang mereka keluarkan akan tetap sepadan dengan pelayanan yang diberikan.
Subcont, makloon, pengrajin, pemborong dan sebagainya itu hanya istilah yang lazim diucapkan oleh bidang usaha tertentu. Subcont banyak disebutkan oleh eksportir berbagai produk. Makloon biasanya terdengar di usaha percetakan atau garmen. Pengrajin sering disebutkan dalam industri kerajinan. Pemborong ada di usaha properti. Mungkin masih ada istilah lain.
Brand terkenal dunia juga menggunakan sistem tersebut. Hanya saja mereka punya aturan yang ketat yang berhubungan dengan legalitas, kesejahteraan tenaga kerja dan kelestarian lingkungan. Mereka mengijinkan para pemenang tender untuk menggunakan subcont agar kapasitas terkejar, tapi harus memenuhi syarat-syarat tersebut. Meski demikian, tak lantas mereka bebas menginspeksi subcont sampai kerumah-rumah pengrajin. Sebaliknya, mereka juga harus menghormati sistem kerja pemenang tender.
Jadi tak usah bingung menjawab jika pembeli menanyakannya. Jawab saja sampai sejauh mana teman-teman ingin membuka proses produksi teman-teman ke konsumen. Paling enak itu jika teman-teman punya show room untuk display produk, sehingga teman-teman punya tempat jika konsumen ingin membuktikan bahwa usaha tersebut nyata. Seringkali yang mengejar sampai ke proses produksi adalah reseller nakal yang ingin menembus sendiri ke tingkat pengrajin dengan berpura-pura sebagai pembeli.
Tugas dan kewajiban subcont adalah menyelesaikan sesuai order yang kita berikan. Setelah selesai, produk tersebut menjadi hak kita. Kita bebas memberi label sesuai dengan nama usaha kita dan menetapkan marjin yang kita inginkan. Marjin tersebut sudah harus diluar semua pengeluaran kita antara lain: biaya transportasi dan komunikasi dengan subcont, biaya development, biaya presentasi, pengeluaran promosi, dan biaya packing. Maka otomatis harganya akan lebih tinggi dari harga subcont.
Mengapa makloon / maklun, subcont, borongan, dan lain-lain dilakukan?
1. Untuk efisiensi biaya operasional. Makin tingginya upah, sewa pabrik, tagihan listrik dan belanja bahan, membuat sistem ini dibutuhkan. Tak sanggup membayar gaji bulanan karyawan bukan berarti tak bisa usaha. Malah kita bisa memberikan order menjahit pada para ibu rumah tangga, misalnya. Ibu-ibu bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus meninggalkan rumah.
2. Bagi pengusaha supaya bisa berkonsentrasi pada pengembangan. Memang bagus jika teman-teman mengerjakan sendiri produk yang dijual. Tapi ketika produk sudah disukai, teman-teman sebaiknya berpikir tentang pengembangan. Pengembangan tak akan terjadi jika teman-teman sibuk menjahit sendiri, misalnya. Waktu tersita, teman-teman capek dan kapasitas tak bertambah.
3. Bagi subcont supaya bisa mengejar kapasitas. Keunggulan yang dimiliki subcont adalah ketrampilan dan kapasitas. Tak jarang subcont lebih pandai mewujudkan design yang disodorkan dibandingkan si pengusaha penerima pesanan. Tapi banyak subcont yang tidak mau berhubungan langsung dengan konsumen akhir (end user). Meraka tidak mau pusing dengan cashflow seicrit-seicrit dan bolak balik. Mereka lebih senang berurusan dengan beberapa pembeli besar dan rutin. Mereka juga tidak mau repot dengan penataan produk baik offline maupun online agar disukai konsumen. Bukannya tidak bisa, tapi ini juga terkait dengan efisiensi karena berarti mereka butuh orang yang khusus menangani hal ini dan itu berarti tambahan biaya operasional.
Jenis order kepada makloon atau subcont bermacam-macam tergantung kebutuhan.
1. CMT (Cut, Make, Trim) yang biasa dilakukan di bidang garmen. Makloon hanya menyediakan tenaga kerja. Semua bahan dan alat produksi berasal dari pemberi order. Biasanya ini melalui kontrak jangka panjang. Tapi ditengah persaingan usaha saat ini, one time order juga ada yang melayani.
2. Mengerahkan pekerja rumahan. Pemberi order akan mendatangi dusun sentra untuk mendistribusikan bahan ke rumah-rumah penduduk dan akan mengambil kembali di tanggal yang telah ditentukan.
3. Mitra binaan. Ini sering dilakukan oleh industri yang cukup besar. Mereka memberikan pelatihan dan meminjamkan peralatan, seperti alat tenun, mesin jahit, mesin bubut dan lain-lain kepada warga yang dibina, lalu memberikan order sesuai dengan kebutuhan perusahaan jika warga sudah terampil.
6. Barang setengah jadi. Penerima order hanya mengerjakan sebagian proses produksi untuk kemudian digabung (assembling) dengan proses lain. Untuk proses ini, pemberi order harus memastikan semua sesuai schedule. Jika tidak, banyak jam kerja yang akan terbuang karena menunggu barang setengah jadi dari proses sebelumnya sehingga pesanan akan terlambat selesai.
5. Barang jadi. Pemberi order hanya membawa design atau menggunakan design yang sudah ada pada makloon / subcont. Seluruh pembelian bahan, proses produksi sampai siap kirim menjadi tanggung jawab makloon / subcont.
Ada berbagai macam bentuk kesepatakan kerjasama. Misalnya ada perjanjian bahwa subcont tidak diperkenankan memperbanyak produk yang diorderkan kepadanya tanpa seijin pemilik brand. Biasanya ini adalah hasil development brand tersebut. Jika terjadi pelanggaran, akan berbagai sanksi yang telah disepakati, misalnya denda, pemutusan kontrak secara sepihak dan sebagainya.
Untuk produk yang sudah umum dipasaran, subcont bebas menerima order darimanapun juga dengan model yang persis sama dalam waktu yang bersamaan. Sebaliknya, pemberi order juga bebas menempelkan merk apapun juga ke produk tersebut. Hubungan "putus" setelah order selesai, order dikirim dan pembayaran dilakukan.
Subcont yang baik tidak akan menerobos jalur produksi dan distribusi yang sudah dibangun pemberi order. Jika dia ingin mandiri, dalam artian menjalankan seluruh fungsi usaha sendiri dari mulai development, pengadaan bahan, produksi, delivery, marketing hingga customer service, dia harus membangun jaringan sendiri diluar jaringan pemberi order. Meski tak ada yang melarang subcont untuk mencari pasar seluas-luasnya tapi kenyataannya dunia usaha itu cukup sempit, saling mengenal satu sama lain di bidang yang sama. Lebih baik menjaga reputasi supaya kelangsungan usaha bisa bertahan lebih lama.
21 Comments
Mak, berarti sistem di bidang usaha itu bentuknya macam2 ya. Jadi tahu banyak nih, termasuk istilah yg berbeda2. Kapan ya bisa kayak Mak Lus yg menguasai dunia usaha.
ReplyDeleteJiaaaah cepet banget komennya mak. Thank you. Saya juga terus belajar pada siapapun kok :D
ReplyDeletebaru tau istilah istilah tersebut Teh..Makloon sih pernah dengar,..Subcont baru denger. heheh..
ReplyDeletenambah ilmu niwh
Sama2 mak :)
Deleteistilahnya banyak bangeeet ya mak...jadi inget jaman-jaman masih di kantor swasta asing dulu, banyak subcon kita...sampai ratusan :)..itu gambar alat tenun lurik ya maaak...jadi pengen nambah koleksi kaiiin :)
ReplyDeleteIya mbak, itu untuk lurik Jogjanan sogan :))
DeletePunya pengalaman dengan subcon yang nggak amanah. Kita yang desain kerudung, dia yang jahit. Eh, desain kita dijual diam-diam :(
ReplyDeletemendengar kata subcont jadi langsung ingat mata kuliah pengendalian produksi hehehe. BW kesini jadi menambah wawasan lagi deh Mak untuk istilah tersebut :)
ReplyDeleteaku malah baru tau istilah2 ini mak plus definisinya hahaha plus penjabarannya lengkap lagi...yg aku tau cuma ukm binaan itu saja hehehe
ReplyDeleteAhhh jadi inget waktu aku usaha baju menyusui mak, aku melakukan hal di atas, memberi order pada subcont, aku dulu salah istilahnya, aku sebutnya outsourcing, padahal yang benar subcont yaa.
ReplyDeleteMakasih sharenya mak. Duu waktu gadis sy suka gambar2 baju trus jahitin ke tukang jahit. Belum terpikir sih sekarang mau usaha..tapi siapa tahu ya mak suatu hari info inii akan bermanfaat sekali :)
ReplyDeletebeneran baru tahu pas habis baca ini hehe,sering denger itu mitra binaan, di tv2 hehehe
ReplyDeleteBaru tau kalo ada istilah kayak begini
ReplyDeleteBagus sekali ini mak, inspiratif.. jadi bikin pembaca tahu banyaj tentang dunia usaha. Termasuk saya, jadi ingin belajar membuka lapak sendiri dan punya usaha sendiri...
ReplyDeleteKarena saya harus cerna rada pelan arti dari istilah ini. Wlaopun lumayan sering denger, sih. Thx, ya :)
ReplyDeleteBaru ngeh tentang hal ini, Mbak.. Ihik.
ReplyDeleteMakloon aku pikir istilah apa mbak.
ReplyDeleteHihiiii....baru baca istilah makloon Baca judul pertama saya kira nama makanan ;)
ReplyDeleteistilahnya beragam ya... makloon itu salah satu anggota KEB juga kah? #eh
ReplyDeleteSalah satu tema artikel yang aku suka dari mak Lusi : dunia usaha
ReplyDeletekarena selalu memberi wawasan baru ;)
penting ini perlu di bookmart. makasih sharingnya mak Lusi.
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji