Seulawah, adalah nama sebuah pesawat yang merupakan cikal bakal berdirinya maskapai penerbangan komersial pertama di negeri ini, Garuda Indonesia.
Nama Seulawah yang merupakan nama sebuah gunung di Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Nangroe Aceh Darussalam, diberikan kepada pesawat jenis Douglas DC3 Dakota tersebut oleh Presiden Soekarno sebagai penghargaan atas semangat bela negara warga Aceh. Warga
Aceh pada tanggal 16 Juni 1948 , melalui sebuah kepanitiaan yang dikoordinir oleh Djuned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsji dari Organisasi Saudagar Aceh (Gasida), berhasil mengumpulkan sumbangan yang setara dengan 20 kilogram emas. Uang dari hasil sumbangan inilah yang dibelikan pesawat RI-001 Seulawah.
Seulawah menyatukan
Indonesia lewat langit dengan dibukanya penerbangan Jawa-Sumatra. Pada Desember 1948, Seulawah melakukan perjalanan panjang
dari Maguwo (Yogyakarta) untuk berkeliling Sumatra dan berakhir di Kutaraja.
Dari Kutaraja, Seulawah melanjutkan perjalanan ke luar negeri pertama
kalinya menuju Kalkuta, India, untuk melakukan perawatan. Selanjutnya, Seulawah terbang ke Ranggon,
Burma. Namun, Seulawah tidak bisa kembali ke tanah air karena terjadi Agresi Militer
Belanda II di Indonesia.
Di Burma, Wiweko Supono memprakarsai pendirian maskapai penerbangan komersil Indonesia pertama, dengan nama Indonesian Airways.
Tugas perdana Seulawah adalah menjadi pesawat carter (sewa).
Kini, Garuda Indonesia merupakan flag carrier Indonesia dengan misi menjadi salah satu maskapai terbaik di dunia. Garuda Indonesia menjadi yang terdepan dalam mengantarkan dan melayani kebutuhan masyarakat melalui udara, baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.
Berkembang pesatnya maskapai nasional
Garuda Indonesia ini juga tidak terlepas dari majunya teknologi, baik dalam
teknologi penerbangan maupun internet sebagai pendukung operasional. Dalam teknologi penerbangan, Garuda
Indonesia menggunakan pesawat baru jenis Boeing
777-300, yang memiliki kapabilitas untuk terbang dari Indonesia menuju destinasi di kawasan Eropa non-stop alias tanpa
transit.
Kemajuan internet memudahkan konsumen dalam mengenal Garuda Indonesia lebih jauh, selain juga membuat sistem keagenan berkembang pesat sehingga mudah diakses konsumen dari berbagai jenis gadget.
Agen-agen, mulai dari local agent hingga agen online berbondong-bondong bermitra dengan Garuda
Indonesia. Contohnya situs Traveloka dan Utiket yang
beberapa tahun belakangan ini melayani konsumen Garuda Indonesia dalam mencari jadwal,
menemukan harga terbaik hingga dapat menikmati pelayanan premium. Ini semua tentunya dapat memberikan keuntungan bagi berbagai pihak.
Pada bulan Maret 2014, Garuda Indonesia memperkuat perannya di dunia penerbangan internasional dengan resmi menjadi anggota aliansi global
SkyTeam. Garuda Indonesia bersama sekitar 19 anggota SkyTeam lainnya telah melayani rute penerbangan ke lebih dari 1000 kota tujuan di 177
negara, membuat
total penerbangannya mencapai angka 16,323 setiap harinya.
Dengan pelayanan yang semakin baik dari tahun ke tahun, tak heran jika maskapai ini diganjar beragam penghargaan. Contohnya pada bulan Juni 2013, Garuda Indonesia meraih “The World’s Top 10 Airlines” yang diperolehnya dalam pameran kedirgantaraan “Paris Air Show” dan menempati posisi ke-8. Bahkan pada tahun berikutnya, posisinya naik satu peringkat untuk penghargaan yang sama. Kebanggaan tersebut masih ditambah dengan predikat awak kabin terbaik dunia di World Airline Awards.
Dari berbagai penghargaan tersebut, yang terutama tetaplah kehadiran penumpang.
Karenanya, Garuda tak berhenti memperbaiki pelayanannya, termasuk kemudahan dalam mendapatkan tiket. Selain banyaknya agen tiket pesawat Garuda Indonesia yang
bertebaran di berbagai kota di Indonesia, kehadiran online travel agent juga turut membantu dan memudahkan calon penumpang untuk mendapatkan tiket yang
diinginkan.
By the way or ngomong-ngomong, sudah booking tiket mudik Lebaran atau belum? Hish, cepatan berburu ke agen-agen tiket gih.
UPDATE:
Jiaaah artikel baru sehari sudah ada update-nya ya heheee.... Ini untuk menjawab pertanyaan mbak Lidya Fitrian: Kalau Seulawah nggak bisa pulang dari Rangoon, lalu kemana dong pesawat itu sekarang?
Nah, kelanjutannya seru tuh, mestinya difilmkan. Sebagai pesawat carter, Seulawah menjadi lebih leluasa bergerak dan digunakan untuk menyelundupkan sejata dari Burma ke Aceh. Seulawah terus berjasa pada negeri ini sampai kemudian teknologinya dianggap tertinggal karena usia. Untuk menghargai jasanya, didirikanlah Monumen Perjuangan Pesawat Dakota RI-001 Seulawah di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Replikanya juga bisa ditemui di Anjungan Aceh TMII dan Museum Ranggon, Burma atau yang sekarang dikenal sebagai Myanmar.
9 Comments
Mbak pesawat seulawah tidak bisa kembali ke Indonesia ,lalu sekarng masih ada dimana ya? aku penasaran dengan sejarah pesawat ini
ReplyDeletebaru tau tentang informasi ini mak lus...dan seulawah masih asing ditelingaku :)
ReplyDeleteDulu, setiap kali nganter kakek ke bandara, saya selalu mikir, "Kapan ya bisa naik pesawat?" Dan, saya gak pernah ngerasain Garuda yang berwarna merah-putih itu. Baru ngerasainnya setelah berwarna biru :D
ReplyDeleteohh baru tahu ceritanya kalau Seulawah ini cikal bakal garuda...ini bahasa Aceh ya Mbak?
ReplyDeletepertanyaannya nyindir aku bangettt hahaha. belum booking tiket mak,masih curi2 harga hehehe
ReplyDeleteMak Lusi mau kemana nih libur lebaran nanti? Aku masih belum tau, yang pasti mudik ke rumah ortu. Btw di Jember sudah melayani penerbangan pake Garuda, tapi masih Jember Sby aja sepertinya :)
ReplyDeleteHebat bisa jadi top ten ya.
ReplyDeleteAku pingin mudik ke Sumbawa, Kak. Hihihi
Aku udah booking tiket mudik mbak.. ihihih... tp gak sama garuda sih.. ahahaa..
ReplyDeleteManajemen Garuda memang oke, gak heran mereka jd yg terdepan ya.. :)
Jadi begitu ya sejarahnya Garuda, awalnya hanya berupa pesawat carteran yang membawa logistik senjata. Ckckck..
ReplyDelete*tepuk tangan*
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji