Saya punya obsesi bahwa suatu saat Kamus Indonesia Jawa yang disusun oleh Sutrisno akan sejajar dengan Kamus Inggris Hassan Shadily.
Membandingkan orang itu mestinya apple to apple, bukan cassava alias tela to apple. Wkwkwkk.... Tapi begitulah gambaran perbedaan antara Sutrisno, bapak saya dan Hassan Shadily. Bapak saya cuma lulusan SMP, ditambah beberapa pendidikan dari kantor BUMN tempat beliau bekerja. Sedangkan Hassan Shadily jika menurut wikipedia adalah ahli perkamusan atau leksikograf.
Kalaupun ada yang sama adalah karena beliau berdua sama-sama keturunan Madura, meskipun heran juga keduanya tidak membuat kamus bahasa Madura. Heheee.... Tapi begitulah, usia, pendidikan dan apapun alasan bisa dicari bagi orang yang nggak niat. Sedangkan bagi orang yang punya keinginan kuat, itu semua tidak berarti.
Bapak saya mulai menulis sejak pensiun, betul, di saat sudah kakek-kakek. Orang bilang itu adalah waktu yang sangat telat untuk memulai profesi baru. Tapi bagi bapak saya, menulis tidak disandang sebagai profesi, melainkan hanya menulis sebagai sebuah kegiatan. Sebagai mantan pekerja yang sangat disiplin, beliau menerapkan pengalaman tersebut dalam menulis. Semua pekerjaan menulisnya dimulai dengan sebuah ide, kerangka, timeline dan harus ada output-nya. Bandingkan juga dengan saya yang sering meninggalkan ide ditengah jalan, akhirnya output tak pernah tercapai.
Dalam kurun waktu pensiun ini, bapak saya sudah menghasilkan 2 buah kamus (Indonesia Jawa dan Jawa Indonesia) serta 5 buku. Semuanya dengan penerbit besar yang berbeda-beda, artinya itu bukan lagi keberuntungan seorang pemula. Lagi-lagi bandingkan dengan saya yang sudah ikut beberapa komunitas menulis, diskusi dan kelas disana-sini. Apa hasilnya? Baru satu buku saja, meskipun juga penerbit besar. Itupun kadang saya merasa terlalu tua untuk menggebu-gebu dan terlalu garing untuk berpromosi.
Kamus Indonesia Jawa ini adalah masterpiece bapak saya. Durasi panjang dan ketelitiannya benar-benar menguras energi. Apalagi beliau seorang perfeksionis dan Gramedia sebagai penerbit juga punya standar yang sangat tinggi. Kloplah editingnya jadi lama banget. Hahahaa.... Perlu percaya diri yang tinggi untuk menggarap kamus ini karena Gramedia mendampingkan bapak dengan editor yang secara akademis sangat mumpuni di bidangnya. Bapak membekali diri dengan banyak-banyak membaca dan bertukar pikiran dengan teman-temannya sesama pecinta budaya Jawa.
Tela to apple itu kemarin saya saksikan berdampingan di meja Best Seller utama, tepat di depan pintu masuk Toko Buku Gramedia Sudirman Jogja, bukan di lantai 3, seperti obsesi saya. Bahkan terwujud sangat cepat, hanya beberapa bulan sejak diterbitkan. Terharu sekali melihatnya. Setelah memotret, saya bukannya mendekati kamus bapak saya, melainkan menghampiri kamus Hassan Shadily. Tertulis disitu: Kamus Terlaris di Indonesia, Terbaru Edisi ketiga. Susah pula saya bayangkan sudah berapa kali Kamus Hassan cetak ulang karena kamus tersebut seolah jadi kamus Inggris Indonesia dan Indonesia Inggris wajib bagi para pelajar sejak dulu kala. Hampir selalu ada di rumah-rumah kita.
Menjalani hari pensiun itu tidak mudah, pensiunan BUMN sekalipun, ditengah kelesuan ekonomi. Dengan penghasilan yang minim, alangkah nikmatnya jika ketekunan menulis ini bisa menghasilkan uang. Namun demikian, saya beruntung karena bapak tidak semata-mata mengejar uang. Beliau selalu berusaha menghasilkan buku terbaik agar kami bisa turut membanggakannya sampai waktu yang cukup lama.
Buku bisa menjadi warisan yang tak akan ada habisnya, bahkan bisa terus menerus memberikan manfaat bagi orang lain.
Saya pun ingin memberikan warisan seperti yang dilakukan bapak saya dan Hassan Shadily, yaitu menulis atau menyusun buku yang timeless. Tapi sebelum sampai kesana, sebaiknya rajin menulis dulu kali ya? Nggak apa-apa yang populer dulu, ntar kan lama-lama ketemu masterpiece-nya. (Paragraf terakhir ini ngomong sama diri sendiri untuk ngayem-ngayem ati. Wkwkwkkk....
14 Comments
iya ya... ada buku yang sejak aku kecil hingga sekarang tetap dipakai orang seperti buku pengantar sosiologi.. atau tanya jawab A. Hassan.. atau bahkan buku-buku karangan buya hamka... itu luar biasa loh, pahalanya terus mengalir meski mereka sudah meninggal dunia... dan entah mungkin akan terus terpakai hingga waktu yang entah... Masya Allah sekali ya... forever young itu namanya... nama mereka yang terus menerus muda dan tidak tergerus waktu... bahkan ini yang masuk ke 3 kategori pahala yang terus mengalir setelah kita meninggal dunia.
ReplyDeletemasterpiecenya mbak lusi ya blog beyourselfwoman.com-nya... semangaaaat...
ReplyDeleteWaaah iya ya. Semangat aaah
DeleteKamus Bahasa Inggris yang satu itu memang legenda. Tapi, anakku pernah nanya lho waktu lihat kamus itu di rak buku di rumah. Anak-anak sekarang tahunya emang Google Translate. Hehehehe...
ReplyDeleteBtw, Bapaknya Mak Lusi keren ih. Telaten banget pasti. Bikin kamus kan... wuih kebayang deh. :)
Saya mengacungkan 2jempol wes buat ayahanda tercinta yang menaruh perhatianbesar pada kelestarian budaya jawa*gak kebayang betapa tinggi perjuangan membuat kamus apalagibahasa daerah yangteramat rumitdan susah.
ReplyDeleteWahhhh... Salut deh sama bapak nya mbak lusi, usianya boleh menua, tapi semangatnyaa tetep.. Kebayang beliau menulis kamus yang detail diusianya yang tua, pasti sangat ga mudah diusia segitu.. Semoga beliau sehat trs ya mbak..
ReplyDeletebapak ama anak sama2 hebat,sudah bisa menghasilkan karya buku, penerbit besar lagi, karena bpak lebih senior kali ya jadi bukunya lebih banyak, kapan2 kenalin ama pakdhe sutrisno donk, ntar saja aja selfie breng bliau :D
ReplyDeleteIh kamus bahasa jawa, kok yaaa bikin binggung hahahaha
ReplyDeleteBapak aja semangat lho. Anak jangan sampai kalah.
ReplyDeleteKereen Bapake, Mbak. ;)
kagum sama bapak mbak Lusi, gigih menulis. Aku ingin punya buku solo maju mundur maju mundur niatnya
ReplyDeleteSalut buat Bapak mak Lusi, butuh waktu yang panjang dan ketelatenan sampai bisa terwujud sekarang ini ya. Keren, bentar lagi karya putrinya menyusul :D
ReplyDeleteduhhhh Bapak Sutrisno, salam hangat dari Bogor. saya kagum sama bapak yang mau membuatkan kamus bahasa daerah. itu penting banget pak, warisan budaya.
ReplyDeleteKalau boleh request, bisa tidak membuat kamus tulisan indonesia ke tulisan jawa, yang seperti kaligrafi itu pak. saya sedih, mengapa jepang korea india mesir masih mewariskan tulisan itu tetapi indonesia malah punah. sejak kecil saya tidak pernah tau tulisan itu pak
Kalau Bapak belum sempat, mungkin Mbak Lusi yang akan mewariskannya *eh*
nice quote buat saya yang belum punya buku mbak, semakin tercambuk untuk mebuat hehea
Bapaknya mba Lusi keren bangeettt.. jaman SD dan SMP, saya suka pake kamus pepak bahasa jawa.. semoga buknya selalu bermanfaat ya mbaa...
ReplyDeleteKereeeen mbaaa.. Bapak luar biasaa lho masih komit dengan karya terbaiknyaaa.. Selamaat yaaa
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji