Tulisan tentang Groups Yang Merenggut Waktumu ini terinspirasi di artikel ibu dari 6 putra putri yang keren, @emakschool atau Siti Hairul, yang dimuat di Gado-gado Femina.
Mak Irul mengupas dengan renyah serba-serbi beliau dalam groups yang beliau ikuti. Di tulisan ini, saya pengin ngobrol bagaimana groups telah merenggut sebagian besar waktu kita.
Dengan bantuan smartphone, kita tergabung dalam grup-grup, baik grup sosial media maupun chat group.
Groups ini diikat oleh kesamaan komunitas, hobi, kepentingan, alumni, tempat tinggal dan sebagainya. Ada yang memang mencari group yang sesuai dengan kebutuhannya, ada pula yang masuk karena ditarik oleh admin group tersebut. Ada yang kemudian aktif dalam group tersebut, ada yang silent reader, ada yang tidak peduli, ada yang tidak tahan dengan aktivitas group lalu keluar.
Chemistry itu tidak hanya ada pada hubungan antar kekasih, tapi juga pertemanan. Ikatan yang tidak terbentuk karena darah itu membuat beberapa orang yang merasa "klik" satu sama lain membentuk group. Kadang, meski sudah ada chesmistry dalam satu group, masih ada lagi yang ikatannya lebih erat dibandingkan dengan anggota group lain sehingga terbentuklah kelompok-kelompok kecil. Kelompok kecil ini akan terlihat ketika salah satu anggotanya berkomentar, maka anggota lainnya akan cepat merespon. Tak jarang, kelompok kecil ini mendominasi sebuah group, sehingga meski anggotanya 100, tapi hanya 10 orang yang selalu muncul.
Blood is thicker than water. Kutipan tersebut sesuai untuk menggambarkan ikatan pertemanan yang kadang tidak bisa sekekal ikatan keluarga. Groups yang ada bisa berubah atau terpecah sesuai dengan ikatan baru yang ditemukan oleh beberapa anggota groups tersebut.
Ikatan-ikatan tersebutlah yang mempengaruhi seberapa banyak waktu kita yang terenggut oleh groups.
Update All Day Long
Yang lagi kompak, selalu asik ngobrol, bisa seharian muncul dalam group berbalas komentar. Meskipun orang tersebut mengatakan sambil bekerja, sambil ngurus rumah dan sebagainya, rasanya kok sulit percaya ya? Karena setelah dipraktekkan sendiri, setengah jam chat tanpa jeda itu tidak terasa dan tangan sulit untuk nyambi pekerjaan lain. Tak terbayang yang pagi nongol, lalu terus nongol sampai siang, lalu diterusin sampai jam tidur malam. Mungkin sempat juga mandi, makan atau sholat. Tapi untuk pekerjaan lain? Yang benar saja.
Ketika awal-awal ikut groups, saya itu yang pagi-pagi sekali mengucapkan selamat pagi dan mengucapkan selamat malam sebelum tidur. Heheheee.... Seolah ada kewajiban mengikat seperti keluarga begitu ya? Tapi kemudian saya membatasi diri, hanya membuka groups pertemanan jika benar-benar ada waktu luang, mematikan notifikasi dan merespon apa yang didepan mata ketika membuka groups tersebut, tidak scroll. Notifikasi yang tetap saya nyalakan hanya group keluarga, group orangtua murid dan group tetangga.
Di group keluarga inilah saya rutin menyapa dari mulai seluruh anggota keluar rumah sampai sebelum kembali ke rumah. Group orangtua murid tidak saya matikan notifikasinya karena untuk berjaga-jaga jika ada informasi panting dari sekolah, lagipula para ortu tidak pernah posting sesuatu untuk iseng atau copas dari group tetangga. Group tetangga jelas penting untuk update kondisi sekitar rumah yang patut diperhatikan, terutama bersangkutan dengan keamanan. Sedangkan untuk olshop saya, tidak membuat group karena pelanggan saya layani secara individual.
Di group keluarga inilah saya rutin menyapa dari mulai seluruh anggota keluar rumah sampai sebelum kembali ke rumah. Group orangtua murid tidak saya matikan notifikasinya karena untuk berjaga-jaga jika ada informasi panting dari sekolah, lagipula para ortu tidak pernah posting sesuatu untuk iseng atau copas dari group tetangga. Group tetangga jelas penting untuk update kondisi sekitar rumah yang patut diperhatikan, terutama bersangkutan dengan keamanan. Sedangkan untuk olshop saya, tidak membuat group karena pelanggan saya layani secara individual.
Tak Cukup Online
Keakraban di group chat biasanya menjadi tidak cukup dan diperluas dengan kopdar. Sekali kopdar menyenangkan, lalu dilanjutkan dengan kopdar rutin. Kopdar rutin tambah asik, lalu digunakanlah arisan untuk mengikat, agar mau nggak mau diadakan pertemuan rutin. Hati-hati dengan ini.
Sebagai muslim, saya mempercayai kekuatan dan berkah silaturahim. Namun demikian, berhati-hatilah ketika mengikatkan diri dalam kewajiban-kewajiban baru. Perlu kita pikirkan apakah kewajiban-kewajiban yang sudah ada masih bisa ditambah dengan kewajiban baru. Ini tidak hanya terkait dengan uang, tapi utamanya tenaga dan waktu. Harus dipertimbangkan juga apakah keluarga kita tidak keberatan atas waktu dan tenaga yang terambil.
Selain kegiatan rutin yang harus diwaspadai, juga kegiatan-kegiatan singkat lainnya. Perhatikan seberapa sering kegiatan tersebut kita ikuti dalam seminggu. Jika sudah terlalu sering, kita harus tau benar manfaat yang kita dapat. Jika manfaatnya hanya untuk update gosip, sebaiknya keluar saja dari group tersebut.
Yang menjadi anggota groups itu adalah kita sebagai individu. Tapi begitu kita melangkah ke offline, keluarga jadi terlibat, baik mereka ikut hadir maupun ditinggal dirumah. Meski kita sudah atur semuanya, tapi bukan berarti semua baik-baik saja, Mungkin saja karena tidak berani menentang kemauan kita. Jadi, yakinkan dulu bahwa keluarga benar-benar ikhlas.
How Many Are Too Many
Berapa batasan banyaknya groups itu terpulang pada kebutuhan masing-masing, karena groups itu bisa beranak-pinak tanpa kita sadari, meskipun kita tidak menambah group yang sama sekali baru. Misalnya yang terjadi pada para ibu yang putra-putrinya sudah sekolah. Tadinya ibu tersebut bergabung dalam groups wali murid kelas anaknya. Ketika ada kegiatan kemah pramuka, terbentuklah group tenda anaknya. Ketika jadi panitia field trip kelas si kecil, terbentuk pula group panitia. Begitu terus, tiba-tiba sudah punya 5 group sempalan dari group utama. Terlalu banyak itu apabila jadi susah move on. Karena group kecil tersebut kompak, kemana-mana bersama, maka setelah acara selesai, group tersebut tetap dipertahankan. Bayangkan kalau itu terjadi pada beberapa group kecil karena group kecil itu minim konflik sehingga lebih nyaman. Jadi sibuk banget, kan? Apalagi jika grup-grup kecil ini juga punya kegiatan offline, hmmm berapa persen waktu yang tersisa untuk kegiatan lain dirumah dan di lingkungan sekitar rumah?
Dunia ini akan tetap berputar, dengan atau tanpa kita. Karena itu harus tegas memilah mana yang benar-benar penting dan mana yang untuk hiburan saja. Yang benar-benar penting itu antara lain berkaitan dengan tugas kita sebagai ibu, kewajiban terhadap pekerjaan yang menafkahi kita dan memiliki manfaat bagi yang kekurangan. Selebihnya, hati-hati mengikatkan diri, baik secara formil maupun dengan alasan silaturahim. Karena jika kita tak bisa mengukur diri, groups akan merenggut waktu kita.
Dunia ini akan tetap berputar, dengan atau tanpa kita. Karena itu harus tegas memilah mana yang benar-benar penting dan mana yang untuk hiburan saja. Yang benar-benar penting itu antara lain berkaitan dengan tugas kita sebagai ibu, kewajiban terhadap pekerjaan yang menafkahi kita dan memiliki manfaat bagi yang kekurangan. Selebihnya, hati-hati mengikatkan diri, baik secara formil maupun dengan alasan silaturahim. Karena jika kita tak bisa mengukur diri, groups akan merenggut waktu kita.
Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak memotongnya (memanfaatkannya) maka ialah yang akan memotongmu. Imam Syafi'i Rahimullah
13 Comments
harus pinter bagi waktu ya mbak, kalau gak bisa tergoda :)
ReplyDeletesetjuju sekali mbak Lusi...yang paling penting keluarga kemudian tetangga... :)
ReplyDeletesetujuuuu..mana yg benar2 penting, mana yg benar2 mmbrikan manfaat bwt kita...
ReplyDeleteaku bru aja out dr dua grup yg menurutku gk penting, krn isinya cuma gosip sajooo
Aku memilih ga terlalu banyak ikut grup2 kaya gini mbak.sepanjang hari udah dikantor kalo malem masih sibuk sama grup2 itu ga da waktu buat nadia deh. Biasanya aku silent reader trs ngilang perlahan hehehhe...biarlah dikira sombong aku punya prioritasku sendiri :)
ReplyDeletemanagement waktu emang penting ya kak., salam kenal ^^
ReplyDeleteSetuju. Kasian lah kalau kebanyakan gabung di group, kasian duo F :(
ReplyDeleteSosial media bisa menjadi negatif ketika tidak di atur waktunya, tiap detik menit pun selalu di pantau... kegiatan yang nyata jadi terabaikan, kesenjangan sosial pun akan terjadi. karena terlalu fokus sama sosmed...
ReplyDeleteAku juga mulai menyeleksi group...beberapa group aku memilih utk left krn ngerasa wasting time aja
ReplyDeletesepertinya emang kita hrus bisa mengatur waktu, antara keluarga, pekerjaan, rumah tangga, apalagi sosial media yg selalu online :)
ReplyDeletequote terakhir betul banget mak...jadi pengenbebenah biar waktunya makin manfaat
ReplyDeleteDuuuh...ini yang memangkas waktu saya jadi pendek setiap harinya.
ReplyDeleteSetujuuuu beraaat.. Makanya saya selalu ingat dan ingat lagi untuk rearrange priorities.. Kalau tidak ngg cukup2 waktu yang adaaa
ReplyDeleteaku sama kayak pemikiranmu mak...miris lagi, di bb saya pernah dimasukin ke group macem2 sama temen. pas kulihat ternyata anggotanya sama. cuma ada beberapa orang yang nggak dikuitin. nah, disitulah kesempatan buat ngrasani. kalau udah begitu, saya mending nggak usah ikut2an, buang2 waktu.
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji