House of The Spirits adalah film tentang pemberontakan dan ikatan keluarga yang sangat mengesankan bagi saya.
Sumber: http://brianrowereviews.com/tag/winona-ryder/ |
Film ini saya tonton ketika masih kuliah unyu-unyu sebanyak
dua kali di bioskop, sekali bareng teman-teman kos, sekali bareng gebetan.
Uhuk! Asiknya lagi, durasi film ini tiga jam, jadi bisa lamaan. Heheheee....
Baru-baru ini ketemu lagi dengan makhluk yang dimaksud itu dan penampilannya tetep
keren seperti dulu hahaaa... sementara saya udah tante-tante banget. Ya
sudahlah, yang penting tetap berteman baik. Oya, teman-teman yang penasaran
tiga jam itu saya ngapain aja, ya serius dong nyimak filmnya. Dih, kayak nggak
tau saya aja.
House of The Spirits adalah film serius pertama yang saya
tonton di bioskop. Kalau nonton bareng teman-teman di bioskop, biasanya saya
cari yang menghibur. Tapi waktu itu studio lainnya memutar film action, jadilah
kami cewek-cewek ini memilih House of The Spirits.
Film ini diambil dari novel pertama Isabel Allende yang
langsung meledak meski sebelumnya ditolak oleh berpuluh-puluh penerbit. Makanya teman-teman yang pengin jadi penulis terkenal, tetap semangat ya. Dibintangi
Merryl Streep, Jeremy Irons, Glen Close, Winona Ryder dan Antonio Banderas,
House of The Spirits menjanjikan kualitas terbaik dari segi peran maupun
sinematografi. Sangat jarang ada film berdurasi hingga tiga jam, tapi skrip
yang menawan membuatnya sulit untuk dipenggal jadi dua jam.
Berlatar kediktatoran Chile, sepanjang cerita memperlihatkan kekerasan para tokoh laki-lakinya dan bagaimana perempuan-perempuan yang bertutur lembut melakukan pemberontakannya.
Laki-laki digambarkan seperti sifat
umumnya, yaitu pekerja keras dan pengejar kesuksesan. Esteban memiliki semua
karakteristik laki-laki yang egois. Baginya yang penting adalah bekerja keras,
mengumpulkan harta dan menjadi senator yang sukses. Hal-hal sentimentil tidak
pernah masuk dalam pikirannya.
Bagi Esteban, seorang pemimpin rumah tangga adalah yang
mampu menjamin kenyamanan keluarganya, selebihnya adalah urusannya sendiri.
Apapun yang dilakukannya, membunuh orang atau mendatangi PSK, bukan urusan
keluarganya. Esteban melimpahi istrinya dengan kehidupan mewah, hasilnya
banting tulang membuka lahan sebagai tuan tanah. Namun dibalik itu, kehidupan
keras di pertanian membuat Esteban menjadi laki-laki yang ambisius dan tidak
mau dibantah.
Clara, istri Esteban yang lembut, memang bukanlah cinta
pertamanya. Esteban menikahi Clara setelah patah hati karena calon istrinya,
kakak Clara, meninggal. Clara tahu jika suaminya punya perempuan simpanan di
pertanian bernama Pancha hinggga punya anak dan tahu bahwa suaminya sering
mengunjungi seorang PSK bernama Transito. Ada gitu ya, perempuan bernama
Transito? Mungkin karena sering jadi tempat transit. Clara tidak pernah
mengungkit itu hingga suatu hari Esteban menamparnya dan mengusir anak mereka,
Blanca, yang menjalin cinta dengan Pedro, anak buruhnya. Clara melakukan
perlawanan dengan diam. Clara tetap melakukan aktivitasnya sehari-hari,
termasuk melayani Esteban, tapi Clara tidak pernah bicara lagi. Esteban
tersiksa.
Blanca tak ubahnya seperti sang ibu yang lembut dan bertutur
kata halus. Namun cintanya pada Pedro membuat Blanca memberontak pada sang
ayah. Blanca bahkan berani meninggalkan Jean yang disodorkan Esteban untuk
menikahinya ketika ketahuan hamil dengan Pedro diluar nikah. Esteban menjadi
politikus yang sukses ditengah karut marut keluarganya. Namun Esteban menjadi sangat
kesepian, apalagi kemudian istrinya meninggal dalam diam dan kesedihan.
Adalah Alba, anak Blanca, yang akhirnya bisa menyatukan
ikatan keluarga tersebut. Blanca yang pulang setelah disiksa oleh saudara
tirinya, anak hasil hubungan gelap Esteban dengan Pancha, yang saat itu telah dewasa dan menjadi
tentara militer yang kejam setelah melakukan coup d’etat, diterima kembali oleh
Esteban. Alba menjadi jembatan yang mengikat kembali keluarga tersebut, hingga
Esteban mau membantu Blanca bersatu dengan Pedro yang lari ke Canada karena
kejaran militer. Alba pula yang menghidupkan kembali roh Clara di hacienda
(semacam ranch) milik mereka.
Sumber: http://brianrowereviews.com/tag/winona-ryder/ |
Selama tiga jam, kisah ini sama sekali tidak membuat ngantuk
karena alurnya yang padat dengan makna. Meski berlatar diktator militer, tapi
sebenarnya ini adalah sebuah drama keluarga, yang memberi inspirasi bahwa
apapun yang terjadi, ikatan keluarga tidak akan pernah putus. Keluarga bisa saja
tercerai berai karena ambisi, tapi suatu saat ia akan kembali rekat.
Kisah ini, mungkin karena penulisnya perempuan, menggambarkan bagaimana perempuan-perempuan bisa begitu teguh dalam menentukan sikap, bahkan lebih kuat dari laki-laki yang tampak luarnya sekeras baja.
Keteguhan hati memang tidak perlu ditunjukkan dengan kata-kata yang meledak-ledak, karena kadang itu hanya luapan emosi seseorang yang membutuhkan perhatian. Jadi jika kita menginginkan sesuatu atau sebaliknya tidak menyukai sesuatu, yang terpenting bukan sekedar ekspresi kemauan, tapi kegigihan untuk bertahan pada keinginan tersebut. Dalam kisah ini juga ditonjolkan tentang pencarian cinta. Bahwa cinta sebenarnya adalah yang mampu mengikat ambisi-ambisi dan hati yang patah bersatu kembali untuk merelakan yang telah terjadi.
14 Comments
Saya masih ngedraft...
ReplyDeleteKapan2 kalau ketemu mau dunk pinjem CDnya mbak...
Hayuk masih ada waktu
Deleteceritanya bagus mbak, pingin nonton, cari ah DVDNya mudah-mudahan ada. Wynonanya masih muda banget ya disini
ReplyDeleteKadangkala perempuan yang tampaknya lemah malah lebih "perkasa" dari laki-laki. Aku nggak pernah nonton film ini *eh tapi emang jarang sih nonton bioskop :D
ReplyDeletecari ah mak di yutub udah ada blm yaa
ReplyDeleteUdah ada banyak :D
Deletebelumm nonton niihhh.. >.<
ReplyDeleteGlenn Close itu kalau ga salah yang main di 101 dalmations itu ya mbak...wah nggemesin banget aktingnya waktu itu *pingin nyubittt...
ReplyDeleteterus kalau di film ini jadi gimana ya...berbalik 180 derajat kayaknya... :)
Hampir sama, membawakan karakter jutek heheheee.....
DeleteBelum lama ini aku baru nonton di HBO maklus, baguss...aku suka film2 bersetting beginih.
ReplyDeleteBoleh nich ntar aku cari di you tube
ReplyDeleteAku baru nonton Everest, dan itu film benar-benar mengajarkan kalau segala hal itu harus pakai perjuangan, bukan datang tiba-tiba :)
ReplyDeleteDrama kayak gini saya demen banget...
ReplyDeleteKok kelewat yaks nonton yang ini, perasaan sezaman kita mak lusi *uhuk
kebayang saya terbawa dalam konfil dan cerita di dalamnya deh..
actornya juga keren2 ituuh
3 jam kaya film india mbak, tapi kalau kita nonton sampai lupa waktu berarti film ini amat sangat wajib ditonton, makaish ya mbak atas partisipasinya
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji