Ulah para mamah demi sedekat mungkin mendampingi buah hati memang ada-ada saja. Meski sudah ada panitia dari pihak sekolah, mereka terus berusaha agar ada perwakilan dari orangtua dengan
berbagai alasan. Alasan utama yang digunakan biasanya adalah agar bisa mengawasi jalannya kegiatan, agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Semacam steering committee. Tapi nanti prakteknya, seringkali panitia bayangan ini datang dengan membawa macam-macam titipan dari para orangtua lain, umumnya makanan dan minuman.
berbagai alasan. Alasan utama yang digunakan biasanya adalah agar bisa mengawasi jalannya kegiatan, agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Semacam steering committee. Tapi nanti prakteknya, seringkali panitia bayangan ini datang dengan membawa macam-macam titipan dari para orangtua lain, umumnya makanan dan minuman.
Sudah dikasih tahu kalau orangtua tidak boleh bolak-balik menjenguk sang anak yang sedang kemah, tetap saja berusaha nongol diluar jam yang telah ditentukan. Kalau perlu pagi, siang dan malam datang ke lokasi untuk memastikan makanan yang sehat dan bergizi sudah dikonsumsi. Jika perlu, sang mamah ikut masuk ke tenda menata baju anak-anak seregu (iya, seregu, nggak cuma anaknya sendiri) yang berserakan atau membersihkan dapur darurat. Secara alamiah memang ibu-ibu begitu ya, nggak tahan turun tangan memastikan semua berjalan dengan baik dimanapun.
Baca juga: Survival Tips Untuk Macan Ternak Dalam Tugas
Baca juga: Survival Tips Untuk Macan Ternak Dalam Tugas
Kadang, mamah-mamah tak kurang akal dan bekerja sama, gantian datang ke lokasi 3x sehari agar tidak kelihatan terlalu sering. Yang mendapat giliran datang, akan mengumpulkan titipan dari para orangtua lain. Karena itu jangan heran seandainya melihat di dapur tenda pramuka ada ayam cepat saji, susu coklat dan pizza. Lebih enak daripada dirumah, cuma beda tempat tidur saja.
Tapi mah, kalau seperti itu berarti mamah menggagaltotalkan tujuan para guru mengadakan kemah tersebut. Yakin deh mamah sudah tahu tujuannya, yaitu agar anak-anak berani dan bertanggung jawab, tapi mamah nggak peduli kan? Dalam pikiran mamah yang penting anak-anak senang dan sehat. Karena itu harus dipastikan makan enak dan tendanya hangat. Jangan-jangan ada yang sampai ikut heboh mendirikan tenda segala nih? Ngaku saja.
Meski sulit melepas anak, terutama anak-anak perempuan, kita coba yuk mah untuk percaya pada para guru, alam dan Allah SWT yang akan menjaga mereka. Supaya hati lebih mantap, coba yuk kita membuat berbagai persiapan.
Kuatkan hati mamah. Baper itu sepertinya hampir bisa dipastikan, tak tahan membayangkan cuaca malam yang dingin, siang yang panas menyengat, alas tidur yang keras, kamar mandi yang seadanya, apalagi kalau kehujanan. Oh God, mamah mungkin punya keinginan mendemo sekolah agar kemah dibatalkan. Tapi mah, ingatlah bahwa dunia diluar itu sungguh kejam. Anak-anak harus dipersiapkan untuk menjadi pribadi yang tangguh. Masih bagus tempaannya dibawah bimbingan para guru, daripada langsung berhadapan dengan tantangan kehidupan yang sebenarnya. Lebih baik dilatih dari sekarang daripada shock tak tahu harus berbuat apa untuk survive ketika harus terjun ke masyarakat lepas dari orangtuanya kelak.
Memotivasi buah hati. "Kemah itu gak enak, hujan, basah, dingin." Hwaaa.... mamah pasti tambah baper luar biasa. Supaya mamah nggak tambah remuk hatinya, coba deh memotivasi si anak. Anak yang bersemangat akan membuat mamah kuat juga. Jangan terlalu fokus pada peralatan keselamatan dan kesehatan meski itu penting karena akan membuat anak-anak cemas memikirkan kondisi minim di lokasi.
Membuat daftar kontak. Daftar kontak ini paling utama adalah nomor telepon guru pendamping dan wali kelas. Jadi jangan hanya satu guru saja untuk jaga-jaga jika salah satu tidak bisa dihubungi karena lowbat atau masalah lain. Ingat ya mah, jangan dikit-dikit telpon. Kalau satu orangtua begitu, alangkah repotnya bu guru melayani semua orangtua murid. Kalau bisa sih sms saja tapi jangan senewen kalau tidak dibalas. Beliau pasti sibuk banget. Lebih baik lagi punya group WA atau BBM dengan orangtua murid lain supaya tidak menanyakan hal yang sama pada pendamping.
Kemah, bukan mau kos. Kemah anak sekolah yang bukan jambore umumnya hanya tiga hari, bahkan persami (perkemahan Sabtu Minggu). Jadi persiapannya tak perlu seperti anak kos, semua dibawa karena takut si anak merana. Siapkan sesuai dengan jadwal kegiatan dari panitia. Bolehlah ada kaos cadangan, kaos kaki cadangan dan sebagainya, tapi tak usah berlebihan karena si anak akan kerepotan juga merapikan barang-barangnya. Pengin mengantar sih oke aja kalau diijinkan panitia, malah seru sekalian piknik keluarga. Tapi nggak perlulah pakai drama karena sekali lagi ini cuma kemah beberapa hari, bukan kos yang bisa ketemunya tiap tanggal merah aja.
Bantu anak untuk efisien. Aturlah agar barang-barang pribadi bisa diambil berurutan per hari sehingga tidak perlu mengaduk-ngaduk seluruh isi tas. Mamah bisa menggulung tiap stel baju untuk memudahkan mengambil tanpa perlu memilih. Siapkan peralatan mandi dan kesehatan pribadi dalam kemasan kecil secukupnya. Jika si anak diperbolehkan membawa gadget, cukup membawa handphone saja. Kadang anak-anak teledor meletakkan gadget diruang terbuka. Kemah itu kegiatan alam terbuka, jadi sesuaikan dengan perlengkapan anak-anak, utamanya yang serba anti air. Jika tidak punya, paling tidak dari bahan yang mudah kering. Jika tak punya tas ransel yang memadai, pakai saja yang ada atau mamah usahakan meminjam, syukur bisa beli. Tapi kalau beli, pikirkan berapa kali backpack akan dipakai jika tidak hobi traveling atau naik gunung. Meski seadanya, hindari memakai tas trolley ya, karena rodanya bisa stuck di lumpur. Emang ada yang bawa koper trolley waktu kemah? Jawabnya, ADA!
Nah, sekarang mamah sudah siap melepas ananda kemah, kan? Belum juga? Hadeh, udah capek ini nulisnya masa nggak ada hasilnya, ya?
Meski sulit melepas anak, terutama anak-anak perempuan, kita coba yuk mah untuk percaya pada para guru, alam dan Allah SWT yang akan menjaga mereka. Supaya hati lebih mantap, coba yuk kita membuat berbagai persiapan.
Kuatkan hati mamah. Baper itu sepertinya hampir bisa dipastikan, tak tahan membayangkan cuaca malam yang dingin, siang yang panas menyengat, alas tidur yang keras, kamar mandi yang seadanya, apalagi kalau kehujanan. Oh God, mamah mungkin punya keinginan mendemo sekolah agar kemah dibatalkan. Tapi mah, ingatlah bahwa dunia diluar itu sungguh kejam. Anak-anak harus dipersiapkan untuk menjadi pribadi yang tangguh. Masih bagus tempaannya dibawah bimbingan para guru, daripada langsung berhadapan dengan tantangan kehidupan yang sebenarnya. Lebih baik dilatih dari sekarang daripada shock tak tahu harus berbuat apa untuk survive ketika harus terjun ke masyarakat lepas dari orangtuanya kelak.
Memotivasi buah hati. "Kemah itu gak enak, hujan, basah, dingin." Hwaaa.... mamah pasti tambah baper luar biasa. Supaya mamah nggak tambah remuk hatinya, coba deh memotivasi si anak. Anak yang bersemangat akan membuat mamah kuat juga. Jangan terlalu fokus pada peralatan keselamatan dan kesehatan meski itu penting karena akan membuat anak-anak cemas memikirkan kondisi minim di lokasi.
Membuat daftar kontak. Daftar kontak ini paling utama adalah nomor telepon guru pendamping dan wali kelas. Jadi jangan hanya satu guru saja untuk jaga-jaga jika salah satu tidak bisa dihubungi karena lowbat atau masalah lain. Ingat ya mah, jangan dikit-dikit telpon. Kalau satu orangtua begitu, alangkah repotnya bu guru melayani semua orangtua murid. Kalau bisa sih sms saja tapi jangan senewen kalau tidak dibalas. Beliau pasti sibuk banget. Lebih baik lagi punya group WA atau BBM dengan orangtua murid lain supaya tidak menanyakan hal yang sama pada pendamping.
Kemah, bukan mau kos. Kemah anak sekolah yang bukan jambore umumnya hanya tiga hari, bahkan persami (perkemahan Sabtu Minggu). Jadi persiapannya tak perlu seperti anak kos, semua dibawa karena takut si anak merana. Siapkan sesuai dengan jadwal kegiatan dari panitia. Bolehlah ada kaos cadangan, kaos kaki cadangan dan sebagainya, tapi tak usah berlebihan karena si anak akan kerepotan juga merapikan barang-barangnya. Pengin mengantar sih oke aja kalau diijinkan panitia, malah seru sekalian piknik keluarga. Tapi nggak perlulah pakai drama karena sekali lagi ini cuma kemah beberapa hari, bukan kos yang bisa ketemunya tiap tanggal merah aja.
Bantu anak untuk efisien. Aturlah agar barang-barang pribadi bisa diambil berurutan per hari sehingga tidak perlu mengaduk-ngaduk seluruh isi tas. Mamah bisa menggulung tiap stel baju untuk memudahkan mengambil tanpa perlu memilih. Siapkan peralatan mandi dan kesehatan pribadi dalam kemasan kecil secukupnya. Jika si anak diperbolehkan membawa gadget, cukup membawa handphone saja. Kadang anak-anak teledor meletakkan gadget diruang terbuka. Kemah itu kegiatan alam terbuka, jadi sesuaikan dengan perlengkapan anak-anak, utamanya yang serba anti air. Jika tidak punya, paling tidak dari bahan yang mudah kering. Jika tak punya tas ransel yang memadai, pakai saja yang ada atau mamah usahakan meminjam, syukur bisa beli. Tapi kalau beli, pikirkan berapa kali backpack akan dipakai jika tidak hobi traveling atau naik gunung. Meski seadanya, hindari memakai tas trolley ya, karena rodanya bisa stuck di lumpur. Emang ada yang bawa koper trolley waktu kemah? Jawabnya, ADA!
Nah, sekarang mamah sudah siap melepas ananda kemah, kan? Belum juga? Hadeh, udah capek ini nulisnya masa nggak ada hasilnya, ya?
13 Comments
aseg, makash tipsnya mbk lusi, pasti kepakek kalok si ken udh gede nnti dan mau pergi kemah.
ReplyDeleteSiap banget mbak....Jadi inget anakku pas kemah dpt jatah bawa bedcover dan tyt pas kemah hujan...nggak jd deh tidur di tenda
ReplyDeleteAku siaaapppp,
ReplyDeleteDUlu Aida kemah gak pernah nengokin. Azka kelas 4 dan saat kelas 5 ini juga kemah, dan sukses kami gak nengok. Di kasih perlengkapan tambahan (selain list dr sekolah), antipati gak mau bawa. Ribet jarene:(
aku n suami juga suka kegiatan out door kayak gini mbak, rencana pengin ngajak kemah juga dalam waktu dekat..bermanfaat bgt postingannya
ReplyDeleteHahahah ibuku banget itu. Aku mau kemah di kampung sebelah aja rempong dibekalin macem macem kayak mau berhari hari naik gunung.
ReplyDeleteHehe... Kayaknya banyak yg pada ngaku deh :D.
ReplyDeleteTapi emang setuju banget, jangan sampai tujuan pembelajaran dari kemah itu jadi gak dapet gegara emaknya terlalu over protective :).
Mamaa Lusii, jangan galauu hehehe ... Aku dulu kalo kemah nggak pernah ditengokin gitu, akunya yang gak bolehin, lha maluu :))) Mungkin perasaan mama papaku dulu kayak begini ya hehehe
ReplyDeleteDulu waktu baru pertama kali melepas anak kemah, emang galau. Takut anak cedera atau kenapa-kenapa. Tapi sekarang sudah mulai terbiasa, anak-anak giliran nih yang kemah tiap tahunnya :)
ReplyDeletetips nya mantap mbak, aku catat yaa. makasih
ReplyDeleteAnak saya kalo kemah semangat banget, soalnya dia anak pramuka dan sudah biasa sama hal-hal yang berbau kemah sama survival. Dia aja dah paham apa yang harus dibawa kalo kemah. Awalnya agak khawatir memang ninggalin anak di alam luar sana. Tapi anakku selalu memberikan pesan bahwa "aku akan baik-baik saja kok, ayah dan ibu tenang saja ya, aku akan segera pulang kok." Padahal anakku baru umur 11 tahun sudah bisa memberikan pesan yang sangat menyentuh bagi orangtuanya T-T
ReplyDeleteJadiinget jaman SD dulu kalo mau Persami, emak gw yg rempong nyiapin ini itu padahal anak nya sante wae
ReplyDeleteAllhamdulillah sudah bisa melepas kemah mbak. Bulan lalu Pascal kemping satu malam di daerah Bogor. Bawaannya banyak ya hehehe
ReplyDeletebagus nih, tapi tetep khawatir juga sih ya, gak bisa lepas :)
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji