Art Jog 9 dan Harapan AADC3

Dengan pemberitahuan yang sangat singkat, saya terbang ke Jogja National Museum (JNM) untuk mengabarkan dibukanya Art Jog 9 ke teman-teman. Saya sempat bingung dan masih bingung penulisan yang benar, apakah Art Jog 9, Artjog 9 atau ART|JOG|9. Sepertinya yang resmi yang terakhir itu karena ada di banner yang didukung oleh Bank Mandiri.

Sebenarnya sudah lama saya penasaran banget dengan acara senirupa ini karena banner penyelenggaraan terus menerus melintas di timeline saya. Kebetulan timeline saya "dikuasai" oleh akun-akun kreatif lokal, sehingga wajar jika banner event semacam itu sering kelihatan. 

Art Jog sudah diselenggarakan sejak tahun 2009. Karena dalam numerologi 9 itu angka tertinggi, maka muncullah ide mercusuar yang diwujudkan dalam mercusuar betulan yang sangat tinggi dengan 9 arah lampu sorot (sokle) selama event berlangsung. Tema yang diambil kali ini adalah Universal Influence.

Untuk masuk ke ruang pamer, adik-adik pelajar dan mahasiswa harus membayar Rp 25.000,-, sedangkan umum Rp 50.000,-. Seluruh transaksi menggunakan e-money. Yang nggak punya bisa beli di tempat. Jika teman-teman kesana menggunakan angkutan umum, naik TransJogja aja, banyak bus baru dan minta diturunkan di halte SMA 1. Dari sana nyebrang dan jalan kaki lurus saja. Pameran ini berlangsung sebulan sampai tanggal 27 Juni 2016. Yang mau mudik Lebaran, dimajukan saja biar sempat datang ke Art Jog 9.

Karena tidak mendapat rundown acara, bahkan tidak tahu siapa saja yang akan hadir, jadilah saya berkeliling mengeksplor seperti pengunjung lain. Pertama-tama saya ikut bergerombol didepan menunggu pintu ruang pamer dibuka. Didepannya ada blower sebesar baling-baling pesawat dan diatas ada drone yang mondar mandir. Karena seperti tak ada yang ditunggu, saya pun ke belakang gedung, dimana sudah ada panggung besar dan satu space komersial diluar seni rupa.

Di space tersebut adalah tempat bagi penjual merchandise, food truck dan booth sponsor. Yang unik dari food truck adalah semua menggunakan mobil vw combi. Karena ini area santai untuk umum, nggak nyangka bisa ketemu orang-orang beken. Garin Nugroho yang sedang mencalonkan diri sebagai walikota Yogyakarta dari jalur independen tampak ramah melayani foto bersama pengunjung. Sayang, saya tidak bawa relawan tukang foto. Heheheee.... Tapi dalam daftar seniman yang dibagikan panitia untuk media, Garin disebutkan dari Jakarta.

Yang paling heboh tentunya karena saya ketemu dengan Mira Lesmana dan Riri Riza. OMG, apakah mereka sedang berencana membuat sekuel AADC3? Ketika orang-orang berusaha mencuri foto mereka, saya dengan santun minta ijin langsung sama mereka, supaya hasil fotonya lebih baik. Ternyata mereka sangat ramah. Bahkan Mira Lesmana menanggapi candaan saya tentang AADC3. Namanya juga usaha untuk menjadi pemeran Cinta masa tua edisi syariah. Waktu itu mereka duduk bertiga dengan seorang pria ganteng berusia matang. Saya asumsikan itu adalah pemeran salah satu filmnya. You know what? Ternyata dia adalah Ketua Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, yang tak lain adalah ayah Sherina. Aslinya lebih ganteng dari yang di TV atau koran.

Sambil nunggu, begini suasana diluar #mandiriArtJog . Kamu ada disini? Disebelah mana? pic.twitter.com/tN0dK01DBT

— IG beyourselfwoman (@lusitris) May 27, 2016

Setelah puas melihat semua, saya ke depan lagi dan keadaan belum berubah. Setelah menunggu lama, tiba-tiba di panggung belakang tadi sudah ada Sultan Hamengku Buwono X yang pidato akan meresmikan Art Jog 9. Buru-buru kami balik ke belakang lagi. Pembukaan secara resminya berlangsung singkat dan langsung digeber oleh Saron Groove yang menampilkan lagu-lagu Jawa enerjik dengan komposisi yang memukau.

Baca juga: Urun Rembug Nasional Strategi Kebudayaan

Selesai acara tersebut, lagi-lagi kami balik ke depan untuk masuk ke ruang pamer. Keseluruhan pameran, didalam dan diluar gedung, dibagi menjadi 2 program utama:

1. Commision Work oleh Venzha Christiawan yang menampilkan ISS (Indonesia Space Science Society. Venzha membuat menara setinggi 36 meter untuk menangkap kehidupan di luar bumi. 
2. Exhibition oleh 72 seniman dengan 97 karya mereka.

Selain itu, ada edukasi ke pengunjung berupa curatorial tour dan ada pula meet the artist. 

Sebenarnya saya penasaran dengan karya Uji Handoko (Hahan) yang menjual karya berupa lukisan selebar 7,5 x 2,6 meter dijual dalam bentuk potongan. Artinya pengunjung tak perlu membelu semua, cukup beberapa potong saja. Satu potong berukuran 10 x 10 cm. Satu potong atau lot berharga Rp 100.000,- Seluruhnya ada 1.619 potong. Jadi ini memang tidak sekedar pameran. Para seniman juga menjual karyanya. Target pejualannya 20 milyar rupiah. Wajar karena yang dipajang adalah karya seni yang bernilai tinggi.

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir *joget #mandiriArtJog pic.twitter.com/t8CAqdq790

— IG beyourselfwoman (@lusitris) May 27, 2016

Sampai di depan, antrian yang keukeuh nggak mau ke belakang tadi sudah merangsek kedepan pintu masuk ruang pamer. Atrian beringsut kecil karena pengunjung yang masuk sangat dibatasi, hanya beberapa orang saya per sekian menit. Maklumlah ini pameran seni rupa. Pengunjung perlu waktu lebih banyak dan nyaman untuk memahami pesan yang disampaikan seniman. Panitia tidak mau memaksakan semua orang bisa masuk meski yang diluar sudah pegel berdiri. Apalagi waktunya sebulan, kalau tidak bisa masuk saat itu, besok-besok bisa balik lagi dan sudah pasti suasananya lebih lengang dan nyaman. Ketika berada di tengah antrian cukup lama, saya rasakan mulai kesulitan oksigen. Mengingat kelemahan saya, kalau capek bisa tahan tapi tidak jika masalahnya oksigen, maka dengan terpaksa saya balik kanan, keluar antrian. Semoga lain hari bisa cerita lebih banyak ke teman-teman, apa yang ada di dalam.