Barang-barang sudah diletakkan oleh kurir di stan ketika saya datang. Tinggal dibongkar saja. |
Menjadi peserta Inacraft merupakan idaman bagi banyak pemilik usaha. Namun setelah mendapatkan konfirmasi mendapatkà n stan, respon pertama adalah tertegun tak percaya. Mendapatkan stan di Inacraft sangat sulit bagi pemula. Hanya doa yang kenceng dan banyak pergaulan yang tepat yang bisa membantu.Setelah itu, peserta akan heboh mempersiapkan produk, mencari tiket pesawat dan booking penginapan. Semua itu butuh kepala dingin dan kegigihan. Berantem dengan partner dan marah ke anak buah itu biasa. Karena itu pilih orang-orang yang tangguh dan tidak mudah baper. Semua masalah harus segera diselesaikan dan move on.Untuk peserta luar daerah, tantangannya lebih banyak lagi, apalagi jika tidak mengenal seluk beluk Jakarta. Peserta yang datang sendiri atau rombongan yang seluruhnya perempuan akan lebih was- was. Karena itu, semoga postingan ini banyak membantu karena berdasarkan masalah yang sama yang saya hadapi di Inacraft 2016.
Mobilisasi barang, termasuk pendukung dan peralatan display ke dan dari Inacraft. Ini sangat tergantung daerah asal peserta. Carilah ekspedisi yang berpengalaman. Lebih baik ada barengan supaya diprioritaskan. Jangan sampai terlambat karena pameran cukup singkat, jangan sampai rugi waktu. Sebagai contoh untuk Jogja, Minggu sore peralatan pameran sudah diambil kurir, selasa siang sudah ada di stan sehingga malam bisa segera di-setting dan besoknya siap untuk berpameran. Yup, pilih ekspedisi yang mau mengangkat barang-barang tersebut hingga stan, terutama jika tidak membawa anak buah. Suasana bongkar muat sangat ramai dan melelahkan, usahakan tidak mengangkat sendiri. Sewaktu pulang nanti, gunakan juga kurir yang mau mengambil barang dari stan. Selama setting display, AC sudah dihidupkan sehingga bisa menata dengan santai, tidak kegerahan.
Berapa banyak barang yang dibawa ke Inacraft? Hitung saja dari biaya operasional dan HPP (harga pokok penjualan) maka keuntungan barang yang dibawa harus bisa menutup itu semua. Sangat banyak, memang. Tapi jangan khawatir jika mendapat stan yang kecil. Agar tidak menyemak, sebagian bisa ditaruh di gudang yang telah disediakan. Hanya saja kemarin ada keterlambatan pembuatan gudang non permanen jatah main lobby. Untung masih ada space di jatah assembly sehingga bisa nitip.
Mobilisasi barang, termasuk pendukung dan peralatan display ke dan dari Inacraft. Ini sangat tergantung daerah asal peserta. Carilah ekspedisi yang berpengalaman. Lebih baik ada barengan supaya diprioritaskan. Jangan sampai terlambat karena pameran cukup singkat, jangan sampai rugi waktu. Sebagai contoh untuk Jogja, Minggu sore peralatan pameran sudah diambil kurir, selasa siang sudah ada di stan sehingga malam bisa segera di-setting dan besoknya siap untuk berpameran. Yup, pilih ekspedisi yang mau mengangkat barang-barang tersebut hingga stan, terutama jika tidak membawa anak buah. Suasana bongkar muat sangat ramai dan melelahkan, usahakan tidak mengangkat sendiri. Sewaktu pulang nanti, gunakan juga kurir yang mau mengambil barang dari stan. Selama setting display, AC sudah dihidupkan sehingga bisa menata dengan santai, tidak kegerahan.
Berapa banyak barang yang dibawa ke Inacraft? Hitung saja dari biaya operasional dan HPP (harga pokok penjualan) maka keuntungan barang yang dibawa harus bisa menutup itu semua. Sangat banyak, memang. Tapi jangan khawatir jika mendapat stan yang kecil. Agar tidak menyemak, sebagian bisa ditaruh di gudang yang telah disediakan. Hanya saja kemarin ada keterlambatan pembuatan gudang non permanen jatah main lobby. Untung masih ada space di jatah assembly sehingga bisa nitip.
Soal gudang ini ternyata banyak yang tidak tahu.
Transportasi murah peserta dari tempat asal ke dan dari Inacraft. Jika dari luar kota jangan pernah menganggap pesawat lebih mahal. Kemarin karena hanya berangkat berdua, saya memutuskan hunting tiket pesawat. Harganya fluktuatif jadi pelototilah portal penjualan tiket tiap hari. Akhirnya saya mendapat tiket Air Asia seharga 250rb Jogja-Soetta dari tiket.com, sementara teman saya mendapat harga yang sama dari traveloka. Harga yang sama juga untuk pulangnya. Kalau ada yang mendarat di Halim sih lebih bagus lagi karena lebih dekat JCC. Taksi dari hotel ke bandara lalu habis 100rb. Saya dapat barengan jadi taksi dibagi 4 orang. Sedangkan teman dari Solo harus membayar 200rb untuk tiket bus dengan lama perjalanan semalaman. Bus nggak selalu jauh lebih murah ya, kadang selisihnya cuma sedikit. Lebih enak lagi kalau ada barengan banyak, jadi bisa menggunakan mobil dan bawaan lebih bebas.
Transportasi murah peserta selama pameran Inacraft. Kalau ini saya sulit merekomendasikan karena transportasi Jakarta itu lumayan serem untuk perempuan. Lebih baik kalau ada laki-laki dalam rombongan. Jarak hotel saya dengan JCC tempo hari hanya 600 meter tapi kalau jalan kaki capek juga setelah bekerja seperti itu. Naik ojek baik online maupun offline cocok untuk yang sendirian. Tapi pilihlah tempat menunggu yang tidak ada ojek pangkalan. Saya lihat sendiri mereka berkelahi lo. Taksi online dan offline adalah yang saya gunakan selama disana. Kalau jarak dekat seperti ke hotel saya dari JCC lebih baik pakai taksi offline karena banyak. Hanya saja tetap waspada, tanya dulu pakai argo atau tidak. Kalau tidak, minta berapa. Ada lo yang minta 70 ribu padahal kalau pakai argo cuma 12 ribu. Untung tanya dulu. Biasanya saya bulatkan saja 15 ribu atau 20 ribu sebagai tips. Tapi ada juga yang diam saja sudah dikasih tips, nggak ada senyum atau terima kasih.
Untuk taksi online saya tidak terlalu sabar menunggu seperti teman barengan saya. Kalau jarak jauh seperti ke bandara memang recommended karena tarifnya jadi pasti, nggak macam-macam. Tapi kalau jaraknya terlalu dekat, buang-buang waktu saja menunggunya. Belum lagi mereka bisa cancel begitu saja dan kita harus browsing lagi. Pernah harus menunggu taksi online setengah jam lebih sambil kehujanan, padahal taksi offline berseliweran dan dalam 5 menit bisa sampai hotel. Akibatnya, selesai pameran saya langsung sakit flu.
Baca juga: Jangan Tertipu Penampilan
Makan murah selama pameran Inacraft. Makan itu menjadi faktor penting tapi banyak diabaikan selama pameran karena kesibukan menata stan dan melayani pembeli. Dari tempat saya di main lobby sebenarnya tinggal nyebrang saja ke semacam pasar kuliner. Dekat banget. Tapi rata-rata makanan disana agak mahal. Porsi yang cukup menenangkan perut saya sekitar 30 ribu keatas. Kalau satu stan dua orang, lumayan menggerus biaya operasional. Didalam juga ada cafe di tiap hall, tempatnya nyaman dan makanannya enak, tapi pelayanannya seperti resto hotel. Dengan demikian, harganya pun menyesuaikan, alias lebih mahal lagi dibandingkan yang tadi. Kantin yang lebih murah dan dekat hall A sedang direnovasi, moga-moga tahun depan sudah siap.
Sedangkan yang harganya terjangkau adalah di luar hall B dekat pintu gerbang belakang. Dengan 15 ribu sudah bisa makan layak. Trik saya, pagi sarapan gratis di hotel. Sampai di JCC, sekitar jam 09.30 ke kantin dekat hall B dulu, beli untuk makan siang karena kalau nanti pas jam makan siang malas jauh dan cepat habis. Untuk makan malam skip setelah pameran. Pameran selesai jam 22.00. Biasanya kalau nggak beli nasi goreng atau mie goreng kaki lima dekat pintu gerbang belakang, seporsi 15 ribu. Alhamdulillah selama pameran juga dikunjungi saudara yang membawakan lemper, arem-arem dan kue-kue, lumayan buat ganjel perut.
Booking hotel murah dekat JCC. Ini penting banget karena akan tidur disana selama 6 hari. Hunting hotel ini lebih seru karena selain foto yang sering tidak sama dengam aslinya, juga karena harganya lebih fluktuatif dibandingkan pesawat. Cara huntingnya, filter berdasarkan jarak dari JCC, lalu filter berdasarkan budget. Baru kemudian cari referensi dari komentar pengguna. Sayangnya tidak ada referensi yang 100% puas, pasti ada yang tidak puas. Jadi harus pakai feeling juga. Tadinya teman saya sudah langsung dapat Le Green Suite Hotel dengan harga 270ribu dari traveloka, sementara saya cari di portal yang sama kok dapatnya tinggi terus. Padahal niatnya mau barengan supaya bisa sharing biaya taksi dan hotel ini paling dekat dengan JCC, sekitar 600 meter saja. Ya sudahlah, saya booking Onyx Ressidence. Jika masih galau, ingatlah untuk check term and condition pembayarannya. Pilihlah yang tidak harus bayar dulu dan tidak ada biaya pembatalan.
Transportasi murah peserta selama pameran Inacraft. Kalau ini saya sulit merekomendasikan karena transportasi Jakarta itu lumayan serem untuk perempuan. Lebih baik kalau ada laki-laki dalam rombongan. Jarak hotel saya dengan JCC tempo hari hanya 600 meter tapi kalau jalan kaki capek juga setelah bekerja seperti itu. Naik ojek baik online maupun offline cocok untuk yang sendirian. Tapi pilihlah tempat menunggu yang tidak ada ojek pangkalan. Saya lihat sendiri mereka berkelahi lo. Taksi online dan offline adalah yang saya gunakan selama disana. Kalau jarak dekat seperti ke hotel saya dari JCC lebih baik pakai taksi offline karena banyak. Hanya saja tetap waspada, tanya dulu pakai argo atau tidak. Kalau tidak, minta berapa. Ada lo yang minta 70 ribu padahal kalau pakai argo cuma 12 ribu. Untung tanya dulu. Biasanya saya bulatkan saja 15 ribu atau 20 ribu sebagai tips. Tapi ada juga yang diam saja sudah dikasih tips, nggak ada senyum atau terima kasih.
Untuk taksi online saya tidak terlalu sabar menunggu seperti teman barengan saya. Kalau jarak jauh seperti ke bandara memang recommended karena tarifnya jadi pasti, nggak macam-macam. Tapi kalau jaraknya terlalu dekat, buang-buang waktu saja menunggunya. Belum lagi mereka bisa cancel begitu saja dan kita harus browsing lagi. Pernah harus menunggu taksi online setengah jam lebih sambil kehujanan, padahal taksi offline berseliweran dan dalam 5 menit bisa sampai hotel. Akibatnya, selesai pameran saya langsung sakit flu.
Baca juga: Jangan Tertipu Penampilan
Makan murah selama pameran Inacraft. Makan itu menjadi faktor penting tapi banyak diabaikan selama pameran karena kesibukan menata stan dan melayani pembeli. Dari tempat saya di main lobby sebenarnya tinggal nyebrang saja ke semacam pasar kuliner. Dekat banget. Tapi rata-rata makanan disana agak mahal. Porsi yang cukup menenangkan perut saya sekitar 30 ribu keatas. Kalau satu stan dua orang, lumayan menggerus biaya operasional. Didalam juga ada cafe di tiap hall, tempatnya nyaman dan makanannya enak, tapi pelayanannya seperti resto hotel. Dengan demikian, harganya pun menyesuaikan, alias lebih mahal lagi dibandingkan yang tadi. Kantin yang lebih murah dan dekat hall A sedang direnovasi, moga-moga tahun depan sudah siap.
Sedangkan yang harganya terjangkau adalah di luar hall B dekat pintu gerbang belakang. Dengan 15 ribu sudah bisa makan layak. Trik saya, pagi sarapan gratis di hotel. Sampai di JCC, sekitar jam 09.30 ke kantin dekat hall B dulu, beli untuk makan siang karena kalau nanti pas jam makan siang malas jauh dan cepat habis. Untuk makan malam skip setelah pameran. Pameran selesai jam 22.00. Biasanya kalau nggak beli nasi goreng atau mie goreng kaki lima dekat pintu gerbang belakang, seporsi 15 ribu. Alhamdulillah selama pameran juga dikunjungi saudara yang membawakan lemper, arem-arem dan kue-kue, lumayan buat ganjel perut.
Nasi rempelo ati di bu Pujo, kantin diluar hall B seharga Rp 20.000 |
Booking hotel murah dekat JCC. Ini penting banget karena akan tidur disana selama 6 hari. Hunting hotel ini lebih seru karena selain foto yang sering tidak sama dengam aslinya, juga karena harganya lebih fluktuatif dibandingkan pesawat. Cara huntingnya, filter berdasarkan jarak dari JCC, lalu filter berdasarkan budget. Baru kemudian cari referensi dari komentar pengguna. Sayangnya tidak ada referensi yang 100% puas, pasti ada yang tidak puas. Jadi harus pakai feeling juga. Tadinya teman saya sudah langsung dapat Le Green Suite Hotel dengan harga 270ribu dari traveloka, sementara saya cari di portal yang sama kok dapatnya tinggi terus. Padahal niatnya mau barengan supaya bisa sharing biaya taksi dan hotel ini paling dekat dengan JCC, sekitar 600 meter saja. Ya sudahlah, saya booking Onyx Ressidence. Jika masih galau, ingatlah untuk check term and condition pembayarannya. Pilihlah yang tidak harus bayar dulu dan tidak ada biaya pembatalan.
Mendekati hari H, saya iseng searching Le Green lagi, eh malah dapat harga yang lebih murah, 250 ribu sudah termasuk pajak tapi harus cash didepan dan non-refundable atau tidak dapat dikembalikan melalui tiket.com. Harga itu dibagi dua dengan teman sekamar. Karena sudah mantap, ya kami bayar saja, sementara yang sebelumnya kami batalkan.
Le Green ini sesuai banget dengan harganya. Kamarnya cukup untuk berdua, bersih dan kamar mandinya juga pas dengan kemauan saya. Saya rada trauma dengan hotel-hotel franchise baru yang ekonomis tapi maksa banget kamar mandinya sempit kayak kapsul. Syukurlah disitu nyaman banget. Dimana lagi bisa mendapatkan kamar seperti itu dengan harga 250 ribu semalam di pusat kota Jakarta? Lagipula sebenarnya tidak ada fasilitas breakfast ketika booking, tapi ternyata hotel menyediakan dapur lengkap dengan kompor, wajan, pemanggang roti, roti tawar, telor, mentega, selai, meses, gula, teh dan kopi. Serasa rumah sendiri dan kenyang. Cuma curangnya kadang ada tamu yang bawa rombongan ngabisin persediaan. Heheee....
Selain Le Green, langganan rombongan Jogja adalah Wisma Alamanda. Entah kondisinya bagaimana, tapi teman-teman banyak yang disana karena banyak barengannya. Didekat sana ada teman yang menginap di Le Green Tondano dan Arsonia yang kondisi luarnya lebih baru dibandingkan Le Green Poso yang luarnya biasa-biasa saja, tapi dalamnya tidak tahu. Sebelumnya ada yang menyarankan wisma milik instansi seperti wisma ISEI, wisma Tirta, wisma LAN dan sebagainya. Tapi namanya wisma milik instansi, tentu fasilitasnya lebih kaku. Saya lebih suka hotel. Jika barengannya banyak, bisa dicoba juga Hotel Atlet Century yang katanya bisa untuk 6 orang sekamar, jadi ringan bayarnya. Tapi ini cuma katanya, saya belum membuktikan. Ada juga yang menyewa di rumah penduduk, yang ternyata lebih mahal dengan fasilitas memprihatinkan, cuma ruang tamu disekat seperti yang dialami stan sebelah.
Prinsipnya, lebih mewah tidak selalu lebih mahal, rajin-rajin search saja.
Nah, semoga printilan diluar kegiatan utama pameran ini cukup membantu, tidak saja untuk Inacraft, tapi juga untuk pameran-pameran lain di JCC. Hanya saja, mungkin pameran lain tidak ada gudangnya, harus dipastikan ke EOnya.
Le Green ini sesuai banget dengan harganya. Kamarnya cukup untuk berdua, bersih dan kamar mandinya juga pas dengan kemauan saya. Saya rada trauma dengan hotel-hotel franchise baru yang ekonomis tapi maksa banget kamar mandinya sempit kayak kapsul. Syukurlah disitu nyaman banget. Dimana lagi bisa mendapatkan kamar seperti itu dengan harga 250 ribu semalam di pusat kota Jakarta? Lagipula sebenarnya tidak ada fasilitas breakfast ketika booking, tapi ternyata hotel menyediakan dapur lengkap dengan kompor, wajan, pemanggang roti, roti tawar, telor, mentega, selai, meses, gula, teh dan kopi. Serasa rumah sendiri dan kenyang. Cuma curangnya kadang ada tamu yang bawa rombongan ngabisin persediaan. Heheee....
Selain Le Green, langganan rombongan Jogja adalah Wisma Alamanda. Entah kondisinya bagaimana, tapi teman-teman banyak yang disana karena banyak barengannya. Didekat sana ada teman yang menginap di Le Green Tondano dan Arsonia yang kondisi luarnya lebih baru dibandingkan Le Green Poso yang luarnya biasa-biasa saja, tapi dalamnya tidak tahu. Sebelumnya ada yang menyarankan wisma milik instansi seperti wisma ISEI, wisma Tirta, wisma LAN dan sebagainya. Tapi namanya wisma milik instansi, tentu fasilitasnya lebih kaku. Saya lebih suka hotel. Jika barengannya banyak, bisa dicoba juga Hotel Atlet Century yang katanya bisa untuk 6 orang sekamar, jadi ringan bayarnya. Tapi ini cuma katanya, saya belum membuktikan. Ada juga yang menyewa di rumah penduduk, yang ternyata lebih mahal dengan fasilitas memprihatinkan, cuma ruang tamu disekat seperti yang dialami stan sebelah.
Prinsipnya, lebih mewah tidak selalu lebih mahal, rajin-rajin search saja.
Nah, semoga printilan diluar kegiatan utama pameran ini cukup membantu, tidak saja untuk Inacraft, tapi juga untuk pameran-pameran lain di JCC. Hanya saja, mungkin pameran lain tidak ada gudangnya, harus dipastikan ke EOnya.
10 Comments
enak naik kendaraan online malah ya mbak gak usah tawar2an harga. btw mbak punya tempat untuk naruh lipstik2 gak?
ReplyDeleteIya, asal bukan jarak dekat krn nunggunya kelamaan. Tempat lisptik ada tp belum bikin ready stoknya.
DeleteMembaca tulisan Mbak Lusi ini masih aktif ikut pameran. Ingat bagaimana saat pertama mengantar barang, membongkar, menata, kemudian berjualan, lalu membongkar lagi dan membawa pulang. Mayang sedikit repot memang ekspedisi dan penginapan yang murah tapi bersih sesuai keinginan. Syukurlah di Jakarta ada tempat seperti itu ya :)
ReplyDeleteSekarang keasyikan jalan2 ya? Heheheee
DeleteINACRAFT, PPI (Pameran Produk Indonesia) merupakan event besar nasional tahunan.
ReplyDeleteAjang para designer, pengusaha dan buyer saling berinteraksi.
Pernah terlibat peserta pameran dan beberapa kali menghadirinya.
Pernah ambil penginapan di Petamburan, Atlet Century, Red Top.
Selama pameran saya kadang beli makan/minum yg ngider antar stand, bisa pesan sebelumnya, menunya beragam dalam box. Jadi gak perlu ninggalin stand. Makan-nya tengak-tengok kalo lagi gak ada pengunjung hihi.
Bener banget mba, GUDANG sangat penting, memanfaatkan yg tersedia.
Buku tamu, kartu nama tamu, penting juga utk follow-up setelah pameran usai.
DVD portable sangat membantu untuk display putar foto2 produk, proses workshop dll yg akan menambah dayatarik pengunjung.
Selamat berpameran mba Lusi .. sukses yaaaa, semoga berkah.
Makasih tambahannya mbak. Penting banget nih :)
DeleteBerdoa, suatu saat bisa ikut pameran Inacraft. Bermanfaat banget ini pengalamannya, Mak
ReplyDeleteAamiin mbak. Segalanya mungkin, teruslah berdoa.
DeleteYogya-Jkt 250 ribu AA? Saya kok gak pernah dpt segitu ya hehe? Ooo Mbk Lusi kmrn ikutan inacraft to? baru tau :D
ReplyDeleteSukses ya mbak :)
Betul. Jkt-Jog juga. Rajin2 browsing aja
DeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji