Setelah silaturahim ke saudara-saudara, kegiatan pemudik selanjutnya adalah piknik atau balik dari mudik sambil wisata kuliner.
Atas nama nostalgia atau terpengaruh foto-foto yummy di instagram, warung makan dan restoran dipenuhi pengunjung. Nyaris semua rumah makan yang super murah dan super mewah tak luput dari incaran. Banyak yang berpikir, buat apa jauh-jauh mudik tapi makan masakan sendiri. Maunya kan sekalian mencicipi hidangan lokal yang sedang hits.
Di media sosial ramai orang menanyakan kuliner khas suatu daerah dan sebaliknya, banyak yang berlomba-lomba memposting tempat yang telah mereka kunjungi.
Seakan terpanasi, yang belum berkunjung segera mencari lokasi foto tersebut. Banyak yang lupa bahwa di foto seringkali obyek tampak jauh lebih bagus.
Pemudik yang membawa anak kecil harus lebih berhati-hati karena mereka mudah sakit, antara lain masuk angin, kembung, diare dan tifus. Manula juga rentan.
Kita sering dibutakan oleh kepopuleran tempat itu sehingga rasanya rugi sekali jauh-jauh kok nggak ke kuliner wajib tersebut.
Tempat yang tidak higienis dan antri hingga 2 jam, tak dipedulikan lagi demi kekinian. Sepadan nggak sih dengan kesehatan seluruh anggota keluarga?
1. Istilah kuliner wajib yang bombastis.
Istilah "kuliner wajib" itu adalah ciptaan para pembuat konten kuliner agar judul artikelnya nendang dan memang keyword itu yang paling dicari orang tiap mau berwisata kuliner. Tapi "wajib" disini maksudnya adalah yang paling sering disebutkan orang jika orang tersebut ditanya tentang kuliner hits di kota tersebut atau yang dirasa paling bisa direkomendasikan oleh penulisnya. Itu sifatnya hanya bantuan informasi. Jadi, kalau enggak kesana pun nggak ada yang menghukum, nggak dosa, nggak bikin perjalanan kita gagal total, jangan memaksakan diri.
2. Harga yang masuk akal.
Untuk semangkok bakso seharga Rp 8.000,- jangan percaya dengan puji-pujiannya yang setinggi langit. Pikir saja harga daging di masa lebaran mencapai Rp 130.000,- per kilogram. Kalau rasanya cuma tepung, berarti kita selamat. Kalau rasanya daging banget, justru kita harus curiga, itu daging apa kok bisa meracik daging semahal itu menjadi bakso semurah itu? Sedangkan kalau harga makanan mahal sih saya kira ibu-ibu sudah mencari infonya dengan detil, karena jaman sekarang banyak foto daftar menu restoran yang diunggah ke media sosial. Biarpun mahal kalau kantong cukup, ya mau bilang apa. Cuma harus waspada dengan restoran yang tidak memasang harga di daftar menu atau memasang harga tapi tidak memberikan struk tagihan.
3. Tempatnya asik tapi harus bersih.
Lesehan rame-rame dengan sesama pemudik itu seru banget. Tapi coba diperhatikan, apakah tempatnya cukup bersih? Apakah jaraknya dengan jalan raya cukup jauh? Apakah lalu lintasnya sedang sepi? Apakah cukup jauh dari tong sampah? Apakah cukup jauh dari toilet? Jangan sampai setelah makan disitu malah sakit flu akibat debu yang beterbangan dari jalan raya ya. Apalagi jika banyak lalat, bisa diare massal sesudahnya. Ibu-ibu memang harus secerewet itu daripada anggota keluarga sakit dalam perjalanan.
4. Kebersihan peralatan makan.
Saya bukan anti makanan kakilima tapi penting sekali untuk memperhatikan bagaimana mereka mencuci peralatan makan seperti piring, mangkok, gelas, sendok dan garpu. Karena tenda yang tak permanen, seringkali penjual makanan hanya bermodal beberapa ember air untuk mencuci semua itu.. Tak ada keran air mengalir. Padahal musim Lebaran pembeli yang datang berkali-kali lipat. Kalau bisa, pilihlah yang pembelinya tidak menggunakan peralatan yang harus dicuci, misalnya daun pisang atau kemasan lain.
5. Kebersihan penjual makanan.
Suka beli pecel atau urap? Sedap ya? Katanya yang bikin sedap itu tangan penjualnya karena ada doa-doanya. Heheheee.... Tapi hati-hati, habis elap keringat atau pegang uang pembeli, eh pegang sayur lagi. Di jaman modern ini masih banyak penjual makanan tradisional yang demikian, belum sadar kebersihan. Padahal seharusnya dia pakai sarung tangan plastik atau penjapit. Demi kuliner legendaris, apakah semua itu harus dilupakan? Kalau terpaksa banget karena benar-benar mupeng, perhatikan saja apakah dia fokus dengan pekerjaannya itu, yang berarti tangannya tidak sering pindah-pindah pegang macam-macam. Jangan lupa, saya sering mengatakan di blog ini bahwa tangan bisa mentransfer penyakit belekan juga.
6. Jangan antri dengan perut kosong.
Lah, mau makan ya harus perut kosong dong? Masalahnya di musim mudik, tempat-tempat tujuan wisata kuliner diserbu pengunjung. Antrian bisa sangat lama. Bakmi godog di Jogja yang di hari biasa bisa siap dalam 15 menit, di musim mudik, orang harus antri hingga 2 jam. Sebaiknya sangu makanan kecil dan minum selama menunggu, terutama jika ada anak kecil yang ikut agar tidak rewel karena bosan atau tidak kembung karena waktu makan yang telat lama.
7. Selfie yang beretika.
Sayang dong makan ditempat yang paling hits tapi nggak ada fotonya? Bukan hoax, kan? Namun demikian, jaga kesopanan selfie di tempat wisata kuliner yang biasanya sangat ramai pengunjung. Jangan mengganggu kenyamanan meja sebelah dengan berisik sendiri atau sampai nungging membelakangi. Jangan memfoto orang-orang yang sedang berusaha sabar antri. Mereka ini sensi, bisa kesal karena curiga anda akan mengunggah wajah lelah antrinya di media sosial. Jangan mengunggah foto candid atau foto selfie dengan latar belakang orang lain. Blur dulu wajah mereka. Hargai hak privat orang. Kita sendiri nggak mau kan ada yang menyebarkan wajah kita ke media sosial? Apalagi jika kemudian dibajak oleh orang lain lagi untuk dijadikan meme atau profile picture dagangannya.
Nah, siap berwisata kuliner? Jangan lupa bungkus buat saya.
35 Comments
Poin-poinnya bener banget Mbak Lusi, kalo soal kulineran waktu lebaran yang pertama saya perhatikan adalah jarak dari jalan raya, bagaimana mereka mendisplay makanan dan bagaimana menyajikannya. Ya kadang orang rumah udah semangat banget ngajaknya tapi gak representatif tempatnya, kalo udah gitu dan gak bisa diingetin yaudah bismillah aja sambil siapin obat diare. Alhadulillaahnya masih pada sehat. :P
ReplyDeleteHahahaaa bismillah aja ya. Habis pengin sih.
Deletewiskul asyik memang harus perhatikan banyak hal ya..thanks for the tips mak :)
ReplyDeleteSama2 mbak, tapi nggak pas buat di NY ya heheee
Deletesip mbak Lusi, tapi kadang kalau lupa suka kalau algi kalap, he, he,
ReplyDeleteKebanyakan kalapnya ya mbak :)
DeleteAntri perut kosong itu menyiksa, kejadian di malaka dah mau sekarat
ReplyDeleteHahahaaa miapah ya?
DeleteEmak -emak banget, tapi memang yang paling penting dan (sayangnya) juga paling sering terlupakan...termasuk saya
ReplyDeleteToss mak :))
DeleteBener bgt mba, kdg sy jg klo di tmpt umum gt cari pnjual kaki limanya yg penyajiannya dkt peralatan yg sekali pake, krna sering liat tmpt cuci piringnya krg higienis, walaupun mupeng bgt liat makanannya kdg nalar sehatnya lbh milih yg laen
ReplyDeletePeralatan sekali pakai lebih aman gpp bayar lebih
DeleteTipsnya oke banget mak Lus. Makasih sharingnya :)
ReplyDeleteSama2 Oline :)
DeleteBener banget nih mba semuanya.
ReplyDeleteMenurut aku,gak semua tempat makan hits di media sosial harus di kunjungi,apalagi kalo nggak bersih. 😁
Banyak yg overrated juga, hati2 aja.
DeleteWah, bener banget isi postingan ini. Apalagi soal bawa anak. Saya termasuk yang cerewet banget soal tempat makan kalau perginya bawa anak. Istilahnya, kudu nyaman di anak dulu
ReplyDeleteSoalnya kalau si anak sampai sakit, ibunya juga yang disalahin ya mbak.
DeleteWuih keren, maklus. Hal-hal begini yang sering kelewat saat kulineran musim pascalebaran. Sukanya langsung santap tanpa liat dan mikir ini itu. Tfs...
ReplyDeleteHabis enak sih ya heheee
Deleteantri dengan perut kososng membuat saya emosi mak :D heheheh
ReplyDeleteBanget hahaaa
DeleteSetuju mak.. Saya kalau pengen nyoba makanan, liat lokasinya dan kebersihan peraciknya.
ReplyDeleteDaripada habis itu sakit kan ya.
Deleteaku kadang tutup mata g liat tempat xD yang penting enyaaaaaaaak
ReplyDeleteHati2 babynya ya :)
Deletesama kalo yg lain enggak mau difoto makanannya, sebaiknya jangan difoto hehehe.
ReplyDeletesaya pernah bete karna saat itu dah laper banget, pengen cepet2 makan.
Iya ya, kalau makanan dia sendiri sih terserah ya.
DeleteSaya biasanya cari tempat yang nyaman, bersih, ramah anak, dan enak. Meski gak terkenal sih hehe
ReplyDeleteSetuju. Ibu harus mikir keamanan bg kesehatan anak dulu dibanding terkenal atau enggak. Bagian dr tanggung jawab.
DeleteWah bener banget nih. Kemaren demi makan bakmi legendaris,pakde dan tanteku rela antri sampai nomer puluhan. Pas dapet bakminya rasanya nggak karuan. Mungkin saking banyaknya pembeli jadi bikinnya kayak asal-asalan.
ReplyDeletePenjualnya udah mati rasa nglayanin sebanyak itu heheee
DeleteNah itu, kebersihan penjual makanan harus diperhatikan juga ya. Mestinya tuh yang terima uang ada sendiri, jadi si penjual nggak harus bolak-balik ganti, dari pegang uang terus pegang sayur.
ReplyDeleteAku lebih suka beli bawa pulang kalo kulineran di kaki lima, karena lihat proses cuci piringnya itu, cuma pake 2 ember kecil buat cuci, duh rasanya kok nggak bersih dan jorok.
Kalau di rumah makan padang & chinese food kasirnya beda.
Deleteaku sekarang lagi takut makan somay pinggir jalan mbak itu ikan apa ya
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji