Ternyata, blogger Indonesia bekerja lebih berat dari blogger asing (negara maju), tapi apakah itu menunjukkan etos yang lebih baik atau malah sebaliknya?
Ini saya ketahui dari chat blogelevated seminggu sekali. Setelah menyimak, saya menyadari betapa waktu ngeblog dengan berbagai kegiatan sampingannya itu menyedot waktu dan tenaga, yang kadang tidak sebanding dengan apa yang kita dapatkan. Yang kita dapatkan disini bukan hanya uang loh, tapi juga traffic dan networking. Kemudian saya mencoba menyisir, apa saja pekerjaan yang menyita banyak waktu dan apa saja yang sebenarnya bisa dibantu dengan tools. Meski tak sepenuhnya berhasil, dibuktikan dengan produksi konten berkualiatas yang masih sangat kurang, tapi setidaknya saya sudah bisa menyapu halaman rumah di pagi hari.
APA SAJA JOB DESCRIPTION BLOGGER INDONESIA?
Selain portal media atau blog komunitas, blogger Indonesia mengerjakan sendiri semuanya, termasuk:
- Menentukan tema konten.
- Mengatur tampilan blog.
- Mencari ide konten.
- Menulis konten.
- Mengambil gambar atau foto.
- Mengedit foto.
- Membuat video.
- Mengedit video.
- Menyebarkannya ke media sosial.
- Menjawab komen.
- Membalas kunjungan.
- Menyiapkan media kit.
- Paham dan menyiapkan analytics atau statistik.
- Dan sebagainya.
Blogger Indonesia itu seperti superman atau superwoman digital karena harus menguasai semuanya dari A sampai Z.
Yang tadinya penulis handal, terpaksa harus masuk ke kelas-kelas untuk membahas SEO. Yang tadinya orang IT, terpaksa harus belajar menulis hingga 2000 kata per artikel. Belum lagi harus wara-wiri terus-menerus di semua event. Jika tidak bisa salah satunya, atau paling tidak ikut berkomentar tentangnya, maka kamu bukanlah blogger kekinian. Kamu harus tahu semuanya! Hiks.
MENGAPA BLOGGER INDONESIA BEKERJA LEBIH BERAT?
1. Sinyal uji kesabaran. Pernah ngeblog sampai ketiduran? Saya sering! Hahahaaa.... Sinyal internet di Indonesia memang ujian kesabaran yang luar biasa bagi para blogger Indonesia. Sinyal yang termasuk kencang biasanya di kantor-kantor yang harus bersabar (juga) menunggu kesempatan untuk ngeblog setelah pekerjaan selesai. Meski rata-rata cafe baru sudah free wifi, tapi yang kecepatannya memadai masih sangat sedikit. Lagipula harus bayar minuman, kan? Beberapa tempat publik juga sudah mulai ada yang free wifi tapi tidak nyaman untuk bekerja.
2. Sistem keakraban mempengaruhi jangkauan audience. Topik postingan blog Indonesia banyak ditujukan untuk sesama blogger, seperti blog ini, sehingga harus bekerja keras untuk menaikkan traffic. Hiks. Ilustrasinya begini. Jika kita menulis tentang tips ngeblog, seharusnya yang ditulis adalah yang dibutuhkan oleh makhluk manapun yang sedang belajar ngeblog. Tapi disini banyak tips ngeblog yang hanya sesuai untuk group atau kelompok tertentu sehingga audience-nya terbatas. Lebih disayangkan lagi jumlah komentar dijadikan sebagai ukuran besar kecilnya audience, bukan pageview. Padahal, banyak blog-blog asing terkenal, yang postingannya sering jadi referensi, tapi komen yang ada cuma 2 biji.
3. Beda cara memberi perhatian dan ekspektasi. Ikatan antara pemilik blog dan pembaca dibangun dengan adanya perhatian blogger terhadap pembaca. Hanya bedanya terletak di ekspektasi cara memberikan perhatian tersebut. Bentuk perhatian yang diharapkan pembaca Indonesia (kebanyakan sesama blogger) adalah jawaban dan blogwalking. Sedangkan blogger asing membalasnya dengan sebuah postingan yang menjawab pertanyaan pembaca (jika bertanya dan butuh penjelasan). Blogger asing hanya perlu sekali bekerja, menjawab dan update blog sekaligus. Blogger Indonesia mengerjakan 3 hal: menjawab bertanyaan dibawah kolom komentar, blogwalking dan memikirkan postingan baru untuk update blog.
4. Topik sensitif dan tingkat resistensi yang berbeda. Topik sensitif itu manjur untuk menjaring perhatian audience tapi di Indonesia harus siap jiwa raga. Karena audience yang terbatas, yaitu kebanyakan sesama blogger, yang berarti saling mengenal dan terhubung di media sosial, topik sensitif bisa berbuah sindiran, nyinyiran, bahkan bully di media sosial. Padahal ada cara yang lebih elegan untuk berbeda pendapat, misalnya membuat postingan yang berbeda. Entahlah mengapa disini kalau membuat postingan jawaban tidak mendapat respon yang baik, dan orang lebih memilih menyatakan perbedaan dengan menyinyiri postingan tersebut di media sosial? Energi dan emosi terkuras karena terpancing oleh drama tersebut.
5. Kolaborasi ketrampilan yang perlu ditingkatkan. Dengan job description yang sedemikian banyak, rasanya sangat kewalahan membuat konten di blog ini stabil. Blog asing banyak yang dikelola bersama, seperti blog komunitas, tapi hanya dengan personil terbatas. Biasanya satu orang yang terampil menulis dan satu orang yang terampil membuat ilustrasi atau foto dan vlog. Di Indonesia sudah ada yang seperti itu tapi untuk konten instagram. Untuk konten blog saya harus googling lebih lama lagi untuk menemukan blog yang demikian. Ada juga yang dalam bentuk guest post. Di Indonesia, setahu saya yang sudah melakukannya sejak lama adalah blog isnuansa.com. Belakangan guest post tersebut mulai marak lagi, seperti yang dilakukan carolinaratri.com.
6. Perlukah membayar top influencer untuk menulis tentang blog kita? Sudah ikut arisan link? Saya sudah! Apa bedanya dengan membayar top influencer? Beda utamanya tentusaja karena pengaruh dan cara kerja profesional seorang top influencer akan membuat blog kita terangkat lebih baik. Arisan link juga bisa mengangkat blog kita, terlebih jika dalam arisan tersebut sudah ada top influencernya. Jadi asik kan, nggak perlu membayar. Gratis! Ingat ya, top influencer itu bayaran profesionalnya tinggi, tapi dengan kearifan lokal yang bernama silaturahim, itu bisa cincailah melalui arisan link. Selain itu, kita akan mendapatkan backlink yang berkualitas dan akses kedalam circle top influencer tersebut. Karena itu, jangan sembarang ikut arisan link, pilih yang anggotanya minimal konsekuen meski bukan top influencer. Beratnya di Indonesia, selain nggak mampu membayar top influencer, adalah adanya ewuh-pakewuh atau rasa sungkan terhadap anggota yang tidak mau sama-sama kerja keras sehingga merugikan performa blog peserta lain.
7. Mempekerjakan virtual assistant. Masa sih ngeblog seperti ini aja butuh virtual assistant (VA)? Apakah tools saja tidak cukup? Apa saja kerja VA? VA berfungsi sebagai admin seperti halnya di blog komunitas. Dia bertanggung jawab membalas email dan mengirim email yang hanya sebatas inquiry, tidak berhubungan dengan kontrak, Selain itu bertanggung jawab terhadap publikasi postingan-postingan blog, share updates dan scheduling (baik posting maupun campaign). Printilan seperti itu sangat menyita waktu dan pikiran blogger, bukan? Apalagi jika blogger tidak punya pengetahuan yang baik tentang tools yang bisa memudahkan pekerjaan. Dengan adanya VA, blogger bisa fokus pada kreativitas dan menjalin hubungan dengan komunitas atau brand. Berapakah bayaran VA? Entahlah. Yang jelas, saya belum mampu. Perlu diketahui, chat tersebut diikuti oleh blogger-blogger umum, tak semuanya profesional, sehingga membuat saya berasumsi VA adalah hal yang lumrah disana.
8. Kendala bahasa Inggris. Semua tools dan referensi menggunakan bahasa Inggris, sementara ketika kita googling tutorialnya yang sudah ditulis dalam bahasa Indonesia, banyak yang menyajikannya tidak lengkap, males ngetik, males menjelaskan, males screenshoot, males live preview dan dipenuhi oleh pop up dan injeksi iklan. Ini membuat blogger Indonesia yang ingin belajar sendiri harus bekerja keras. Selain itu juga bolak-balik minta bantuan google translate, berkali-kali harus minta bantuan teman atau rajin datang ke workshop. Kalau tidak mau mempelajari tools atau referensi, blogger terpaksa harus kerja manual, yang berarti berkali-kali lipat membutuhkan lebih banyak waktu daripada blogger asing.
9. Pencuri konten berbahasa Indonesia yang gila-gilaan. Buat saya, istilah copaser itu terlalu soft, pantesnya pencuri. Silakan di tes, googling tutorial tertentu dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Yang bahasa Inggris akan muncul berbagai versi tutorial dengan tema tersebut. Yang bahasa Indonesia akan muncul banyak blog gratisan yang memuat konten sama persis dengan nama blog yang aneh-aneh. Dengan duplikasi sekian banyak, blogger dirugikan posisinya di mesin-mesin pencarian.
8. Kendala bahasa Inggris. Semua tools dan referensi menggunakan bahasa Inggris, sementara ketika kita googling tutorialnya yang sudah ditulis dalam bahasa Indonesia, banyak yang menyajikannya tidak lengkap, males ngetik, males menjelaskan, males screenshoot, males live preview dan dipenuhi oleh pop up dan injeksi iklan. Ini membuat blogger Indonesia yang ingin belajar sendiri harus bekerja keras. Selain itu juga bolak-balik minta bantuan google translate, berkali-kali harus minta bantuan teman atau rajin datang ke workshop. Kalau tidak mau mempelajari tools atau referensi, blogger terpaksa harus kerja manual, yang berarti berkali-kali lipat membutuhkan lebih banyak waktu daripada blogger asing.
9. Pencuri konten berbahasa Indonesia yang gila-gilaan. Buat saya, istilah copaser itu terlalu soft, pantesnya pencuri. Silakan di tes, googling tutorial tertentu dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Yang bahasa Inggris akan muncul berbagai versi tutorial dengan tema tersebut. Yang bahasa Indonesia akan muncul banyak blog gratisan yang memuat konten sama persis dengan nama blog yang aneh-aneh. Dengan duplikasi sekian banyak, blogger dirugikan posisinya di mesin-mesin pencarian.
WHY ARE WE SO HARD ON OURSELVES?
Kita sering terjebak pada himbauan tentang kesejatian ngeblog, bahwa yang namanya blogger sejati itu adalah mengerjakan semuanya sendiri dan segala yang serba mulia.
Kita terjebak dalam lingkungan yang kecil dan akrab, sementara blog sesungguhnya adalah media tanpa batas.
Ada saatnya dulu ketika saya begitu khawatir melewatkan komen-komen yang belum terjawab atau dikunjungi balik. Padahal diantara 1000 pageview saya tiap hari, mungkin ada sekitar 80% (mayoritas pembaca blog ini dari google.co.id) perlu asupan konten baru tiap hari. Bagaimana mungkin saya penuhi semua itu? Dengan 3 jam ngeblog, 2 jam blogwalking, 1 jam belajar hal baru dan beberapa jam lainnya mengurusi share-nya di media sosial, saya rasa sebagian besar hidup saya akan tertahan didepan gadget.
Sampai kemudian di titik terlelah itu, saya memutuskan bahwa silaturahim terbaik itu adalah saling menghargai keberadaan masing-masing dan berteman seikhlasnya, bukan didasarkan hitungan blogwalking berapa harus dibalas berapa. Jika ada yang merasa terabaikan, berarti menjadi tugas saya untuk bersikap lebih baik lagi.
Sampai kemudian di titik terlelah itu, saya memutuskan bahwa silaturahim terbaik itu adalah saling menghargai keberadaan masing-masing dan berteman seikhlasnya, bukan didasarkan hitungan blogwalking berapa harus dibalas berapa. Jika ada yang merasa terabaikan, berarti menjadi tugas saya untuk bersikap lebih baik lagi.
Setiap pengunjung sangat berarti bagi saya, karena itu saya harus bisa membagi rata perhatian kepada semua pengunjung (kenal maupun tidak) tanpa harus mengorbankan keluarga, kehidupan sosial, bahkan kesenangan-kesenangan saya yang lain, seperti maku tembok. Satu kunjungan sama pentingnya dengan kunjungan-kunjungan lain.
Sekarang saya pada kesimpulan bahwa ngeblog itu adalah kegiatan yang harus masuk akal, dalam artian tak mungkin mengikuti semua perkembangan dan tak mungkin memenuhi semua tuntutan. Yang penting membuat konten sebaik mungkin, membuka wawasan selebar mungkin, berteman seikhlasnya dan menghindarkan diri dari segala macam drama.
HARAPAN TENTANG BLOGGER PROFESIONAL
Salah satu hal lagi yang mungkin membuat masih sedikitnya blogger Indonesia yang 100% menggantungkan diri dari blogging adalah tuntutan totalitas penggabungan ngeblog dengan event yang sarat dengan penampilan publik. Nyaris tidak mungkin, meski tetap ada, blogger dalam negeri yang sukses hanya dari balik layar laptop mempersembahkan konten yang berkualitas. Blogger harus ada di semua event agar dihapal oleh brand atau dikenal institusi, lengkap dengan foto diri. Ini berat loh, karena harus memastikan orang rumah terurus, beli baju sesuai dress code, dandan dan membayar transportasi. Biaya sosial dan profesionalnya sangat tinggi.
Sementara blogger asing bisa eksis melalui komunitas dunia maya dan hanya sesekali datang ke acara launching, kopdar atau melakukan konferensi offline tapi blognya tetap bisa hidup dari kerjasama dengan pihak lain atau punya waktu membuat karya yang bisa ditawarkan melalui blog.
Contohnya saya, ingin membuat blog home DIY seperti yang sedang marak di luar sana, tapi tak punya waktu untuk pegang palu. Bagaimana brand mau melirik? Mendingan datang ke acara launching cat yang langsung kelihatan.
Tak heran, disini banyak yang ngeblog tapi masih mempertahankan pekerjaan lainnya atau masih disupport suami karena sulit memaintain blog agar terus terupdate dengan konten yang berkualitas. Pekerjaan yang berat. Semoga passion ngeblog yang sedemikian besar bisa mengurangi rasa lelah bagi yang masih merangkap pekerjaan lain.
Kedepannya, berharap blogger Indonesia makin dimudahkan dengan makin banyaknya informasi tentang tools yang membantu kelancaran ngeblog dan diringankan dari berbagai banyaknya tuntutan sosial agar bisa lebih profesional. Penghargaan terhadap masing-masing keahlian bisa membuat blogger fokus dan lebih cepat maju, tak perlu berusaha menjadi super demi kekinian tapi hasilnya setengah-setengah. Alokasi terbanyak seharusnya pada kreativitas dan inovasi, bukan pada nguplek hal-hal yang sampai ubananpun kita nggak paham.
Kalau teman-teman yang membaca artikel ini adalah seorang blogger, apa yang kamu inginkan agar pekerjaanmu lebih ringan?
HARAPAN TENTANG BLOGGER PROFESIONAL
Salah satu hal lagi yang mungkin membuat masih sedikitnya blogger Indonesia yang 100% menggantungkan diri dari blogging adalah tuntutan totalitas penggabungan ngeblog dengan event yang sarat dengan penampilan publik. Nyaris tidak mungkin, meski tetap ada, blogger dalam negeri yang sukses hanya dari balik layar laptop mempersembahkan konten yang berkualitas. Blogger harus ada di semua event agar dihapal oleh brand atau dikenal institusi, lengkap dengan foto diri. Ini berat loh, karena harus memastikan orang rumah terurus, beli baju sesuai dress code, dandan dan membayar transportasi. Biaya sosial dan profesionalnya sangat tinggi.
Sementara blogger asing bisa eksis melalui komunitas dunia maya dan hanya sesekali datang ke acara launching, kopdar atau melakukan konferensi offline tapi blognya tetap bisa hidup dari kerjasama dengan pihak lain atau punya waktu membuat karya yang bisa ditawarkan melalui blog.
Contohnya saya, ingin membuat blog home DIY seperti yang sedang marak di luar sana, tapi tak punya waktu untuk pegang palu. Bagaimana brand mau melirik? Mendingan datang ke acara launching cat yang langsung kelihatan.
Tak heran, disini banyak yang ngeblog tapi masih mempertahankan pekerjaan lainnya atau masih disupport suami karena sulit memaintain blog agar terus terupdate dengan konten yang berkualitas. Pekerjaan yang berat. Semoga passion ngeblog yang sedemikian besar bisa mengurangi rasa lelah bagi yang masih merangkap pekerjaan lain.
Kedepannya, berharap blogger Indonesia makin dimudahkan dengan makin banyaknya informasi tentang tools yang membantu kelancaran ngeblog dan diringankan dari berbagai banyaknya tuntutan sosial agar bisa lebih profesional. Penghargaan terhadap masing-masing keahlian bisa membuat blogger fokus dan lebih cepat maju, tak perlu berusaha menjadi super demi kekinian tapi hasilnya setengah-setengah. Alokasi terbanyak seharusnya pada kreativitas dan inovasi, bukan pada nguplek hal-hal yang sampai ubananpun kita nggak paham.
Kalau teman-teman yang membaca artikel ini adalah seorang blogger, apa yang kamu inginkan agar pekerjaanmu lebih ringan?
27 Comments
Huahuahua, kalau saya update blog pas abis main aja. Selebihnya cuma BW sambil mikir enaknya nulis apa ya :-D
ReplyDeleteKebanyakam dari kita (Orang Indonesia) ngeblog adalah hobi, meluangkan waktu untuk menulis dan tak memikirkan penghasilan dari blog.
Yakin? Event brand kok berebut? Lomba blog mati2an? Kelas2 monetizing kok penuh? :))
DeleteSemakin ke sini saya memang memerhtikan kalau banyak yang sudah menganggap blogging adalah salah satu profesi yang layak ditekuni, tapi karena memang profesi blogger masih relatif baru, banyak yang belum memahami apa saja yang dibutuhkan untuk bisa benar-benar menjadi blogger profesional (termasuk saya). Nah, salah satunya ya itu, BW harus dikunjungi balik dan sebagainya.
DeleteIya, tadinya saya pikir krn blm adanya standar pekerjaan & gaji tapi freelance kan intinya begitu ya, fleksibel. Sekarang saya masih terbatas menikmati passion yg menghasilkan ini tapi dg kontrol agar tidak mengganggu kegiatan lain.
DeleteMb Rani, baguslah berarti jangkauannya meluas.
DeleteBeberapa memang manjadikan sebagai profesi. Namun masih banyak juga yang mereka ngeblog cuma buat diari. Kalau aku pribadi bakalan ikut lomba nulis kalau temanya sesuai sama pas ada bahan (ditambah lagi semangat nulis). Kalau misanya ada event sering ikut biar ketemu sama sesama blogger :-D
DeleteHahahah setujuuu guweh banget
DeleteButuh asisten, manager, & orang yg ngerti IT haha..
ReplyDeleteSamaaa *peyuuuk
DeleteButuh kopi, wifi, lepi, dan rasa hepi buat ngeblog mak...tp krn udah terlanjur cinta dgn blog, kadang urusan rumah terbengkalai...hahahha
ReplyDeleteSering malaaah hihihihii
DeleteAku butuh ide, karna slama ini sering bingung mau nulis apaan di blog buat mempertahankan angka2 itu... Karna skrg angka2 kembali tak beraturan jd yaudah deh ga usah bnyak dipikirin hehehe... Kl soal SEO, penting sih tp ga terlalu mikirin karena jadinya bakal stres atau riweuh sendiri... Butuh apa lg ya, butuh consultant blog... Ada ga sih? Hihi... Sama yg terakhir, butuh job *uhuk :D
ReplyDeleteAku juga butuh job *ngacung tinggi2 :))
DeleteWah saya baca ini jadi ternganga-nganga sendiri mbak, antara kagum dan takjub *haha sama ya. Saya masih berada diluar itu semua, belum bisa masuk. Ngeblog nyari-nyari waktu senggang ditempat kerja, kalau dirumah udah capek dan banyak pekerjaan pula, hehe
ReplyDeleteBetul mbak, setelah susah mikir mau nulis apa kadang cari waktu buat BW juga sulit apalagi ngebalas BW, nggak sempat :)
Saya salut pada orang yang bekerja tapi masih bisa ngeblog dengan konten yang baik, blognya cantik dan ter up date secara rutin. Kok bisa yaa?
* Maaf tidak menjawab pertanyaan malah ngelantur sendiri :)
Sedihnya, banyak yg baper trus nulis di medsos. Meski mungkin ditujukan utk orang lain tapi jadi tahu jalan pikiran org lain, trus jadi cemas kalau nggak bisa bales bw, takut ada yg merasa aku pilih2 atau gimana. Padahal yo benar2 nggak sempet, kasihan badan.
DeleteUntuk blog dikelola ga sendirian...itu lagi aku praktekin di blog gratisan 'pekalongankita' mba. Saya yang nulis...ada partner yg nyiapin foto2nya.
ReplyDeleteAaah suka banget artikel ini. Saya bukan yg termasuk dia Bw sekian saya bales sekian.
Soal arisan link, emang bener...takutnya malah ada yang dirugikan kalau ga sama2 kerja keras bareng
Waaah penasaran sama pekalongankita niiih :))
Deletembak, ajarin saya maku tembok dong. :-p
ReplyDeletekayaknya perlu nih sesekali bikin postingan kontroversial.nanti kl ada yg komen galak didiemin aja ga dibalas. sesekali bermuka tembok. hihihi....
kalo saya blogger tradisional dulu aja lah. woles kyk jaringan yg saya pake.
Hooh cuekin aja komentar galaknya, nggak kenal ini. Hihiii
DeletePostingan ini menjawab yang selama ini ada dibenak saya, ngeliat di luar sana blogger itu kok jarang bangeeeet ya ada event bahkan kopdar. Eh eh eh teryata, the man behind the gun toh konsepnya. Apalagi brand2 luar itu mebghargai banget blogger atau vlogger.
ReplyDeleteContoh, saya ngikutin vlogger luar yang selalu ngereview beragam maskapai dr setiap flight yg dia naikin. Ehhh tak dinyana, pas maskapai tsb buka rute baru. Vlogger tsb diundang loh untuk ikutan inagural flight mereka, disambut dzn diajeni kalo kata orang Jawa.
Lah di sini? Baruuu aja kemarin saya diundang, jangankan disamperin. Padahal PIC udah buat grup chat, etapi selama acara mereka diem cuek gitu dgn blogger. Jadi di sana kita datang dianggep peserta dan sama sekali nggak digubris...errr.
Dari situ saya dulu mbathin "Kapan ya bangsz kita bisa belajar menghargai karya dan kreatifitas orang lain seperti di luar sana?!"
Duh panjang yak curhatan saya mba hihi, lastly...tfs, postingannya informatif banget :)
Ya begitulah, blogger sana banyak menggali potensi diri. Blogger sini banyak kemana-mana.
Deletewuuuah..aku sih masih suka2 menentukan tema tulisan..
ReplyDeleteyang menarik minatku ternyata tak sama dengan banyak orang..he..he..
memang iya jadi minder duluan karena nggak ngerti SEO atau infografis
Tema memang sebaiknya yang bisa kita tulis dg nyaman.
DeleteAku perlu apa ya? Mungkin perlu asisten yg ngerti ttg hal2 teknis, jadi semisal blog mendadak down, diserang spammer, dll sudah ada yg bantu, nggak deg-deg an dan bingung sendiri hahaha.
ReplyDeleteKalo nulis postingan di blog temanya ya apa yg sedang kepikir saja, eeh sekarang kok malah sering posting resep *blogger suka-suka hahaha.
Butuh job juga sih buat nambah2 dapur ngebul, tapi ya nggak semua kuambil. Yg sesuai dan cocok aja baru ambil. Begitu juga lomba blog, meski hadiah gede tapi kalo tema nggak cocok/ngak menguasai ya bye bye daripada nulis dipaksakan hasilnya morat-marit. Bw juga gitu, senang aja kalo bw tuh suka dapat masukan/ilmu baru dari postingan teman2. Nah kalo di bw balik atau nggak ya nggak masalah buatku, suka-suka aja. Yang penting enjoy, yang penting happy, bukan terpaksa :D
saking beratnya aku lagi ketetran BW mbak :)
ReplyDeleteSebagai orang yang baru menamai diri sendiri sebagai blogger, artikel ini membantu dan informatif bangeet. Aku jadi semakin tahu apa yang harus dipelajari dan dipersiapkan, juga apa yang mungkin akan aku sharing di blog. Mataku jadi terbuka tentang gimana sih blogger di Indonesia. Terimakasih mba sharingnya :))
ReplyDeleteSukses terus mba, jangan pernah berhenti berkarya dengan menulis hal-hal yang bermanfaat.. semangat :)
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji