Daun kelor itu ternyata mudah sekali tumbuh tapi sekarang sudah sulit ditemui.
Maka ketika pucuk daun kelor yang segar muncul dari balik pagar rumah saya yang rapat, tetangga pun bergantian bertanya apa betul itu pohon kelor? Mereka terlihat terpesona. Heran juga. Heheheee.... Dikalangan penggemar mistis, katanya daun kelor bisa untuk menangkal guna-guna. Memangnya saya percaya guna-guna? Begini deh, agama saya memang mengajarkan untuk waspada terhadap sihir. Tapi jika kita paranoid terhadap guna-guna, itu tandanya kita tidak percaya pada doa-doa kita sendiri, bahwa Allah bisa melindungi kita dari apapun juga. Nggak ada yang lebih besar dari Allah SWT.
MANFAAT DAUN KELOR
Dari googling, sekilas saya dapatkan bahwa manfaat daun kelor ini sangat banyak. Nyaris untuk semua penyakit dari mulai jantung, diabetes, ginjal, arthritis, kanker dan pencernaan. Selain itu juga ada manfaatnya untuk kecantikan, yaitu untuk kesehatan rambut dan menjaga berat badan. Tapi mikir juga sih, mana mungkin daun sekecil itu bisa untuk melangsingkan tubuh? Iya kali kalau makannya daun itu saja, nggak makan nasi. Setelah dipikir lagi, mungkin maksudnya nggak secara langsung seperti itu, melainkan karena bisa untuk menambah energi, maka bisa dijadikan pendamping makanan agar tidak lemes dan tetap beraktivitas membakar kalori.
Ini fotonya salah, harusnya difoto dulu baru dipanen. Tapi kelihatan kan batang atas yang dipotong itu? Jadi tingginya sudah melebihi genting tetangga. |
PERJUANGAN MENANAM POHON KELOR
Sebelum bisa sebesar itu, sudah beberapa kali mengalami kegagalan. Bibit pohon kelor saya impor jauh lo, dari Riau. Di Riau masih bisa kita temui pohon kelor besar-besar di halaman rumah orang. Sedangkan di Jawa, berhubung perumahan sekarang compact, jangankan pohon besar, rumput saja sudah tidak punya, ditutup semen untuk parkir kendaraan.
Awalnya memakai metode batang. Jadi dari Riau membawa batang pohon kelor yang kecil saja beberapa buah. Sebenarnya metode ini bisa menghasilkan daun baru lo. Tapi sayang, belum sempat besar dikerubungi semacam semut yang masuk ke batangnya sehingga dibuat keropos dari dalam. Setelah mati, mencoba lagi membawa batang kelor dari Riau. Lalu niat membeli obat-obat semprot anti rayap. Eh, meleng sebentar kok dibikin keropos lagi? Hadeeeh.
Setelah 3x mencoba, ibunda lelah, jadi untuk sementara break dulu. Tak lama kemudian mendapat bibit kelor lagi. Kali dalam bentuk biji. Jiaaah, menanam dari batang kan mengharapkan biar bisa cepat besar, eh malah dikasih bijinya. Bisa lama banget kayak antrian haji nih. Tapi berhubung bijinya sudah didepan mata, yah sudah disebar-sebarin di pot bekas kelor yang mati. Setelah menyebarkan bijinya, baru ingat, kok tanahnya nggak diganti dulu? Bisa saja kan rayapnya bikin perumahan disitu? Ya sudahlah, sudah telanjur.
Meskipun agak tidak diurus, ternyata dari biji tersebut keluar daun hijau. Wah seneng banget. Setelah itu pertumbuhannya pesat. Sampai kira-kira tinggi 50 cm, batangnya kecil sekali memanjang keatas. Lalu datanglah musibah. Pot-potnya lupa dipindahkan ketika hujan deras. Akibatnya batang-batang tipis itu banyak yang patah dan mati. Sampai akhirnya bertahan 2 pohon kecil.
Setelah sedikit kelihatan batang pohonnya membesar, saatnya memindahkan ke media yang lebih besar. Karena tinggal 2 pohon saja, sedapat mungkin mengurangi resiko. Jadi yang satu dipindah ke pot yang agak besar, yang satu dipindah ke tanah. Yups, alhamdulillah halaman saya masih ada sekotak mungil tanah. Apa yang terjadi? Yang di pot buat mainan kucing! Patah semua rantingnya. Mati. Ya Tuhan, tinggal tersisa satu pohon saja!
Harapan satu-satunya ada di pohon kelor yang ditanam di tanah. Ternyata kalau ditanam di tanah, pertumbuhan pohon kelor itu ngebut meski tidak dirawat. Sampai suatu ketika kami memanggil tukang untuk membuat talang dan gorong-gorong. Pesan kami jelas, tidak ada tanaman yang boleh dicabut. Memang sih tidak dicabut, tapi pohon kelor yang tumbuh dekat calon gorong-gorong itu ditumpuki dengan tanah galian. Ia pun miring. Melihat itu, saya sudah eneg saja, males menghadapi kegagalan lagi. Akhirnya ya sudah, nggak nengok situ lagi sampai tukangnya selesai beberapa hari kemudian. Memang sih pak tukangnya rajin-rajin, tanah dirapikan kembali. Tapi si pohon sudah telanjur melengkung.
Suatu hari, ketika membersihkan halaman depan, saya menyadari bahwa pohon kelor itu sudah tinggi melebihi pagar. Kondisinya tegak lurus dengan warna daun hijau yang segar. Ya Allah, sayangku, yang tidak digubris sama sekali, bisa tumbuh dengan begitu indahnya. Terharu banget ya, mengingat perjuangannya.
Dadar daun kelor |
PANEN DAN RESEP DAUN KELOR
Nah, setelah rimbun begitu waktunya panen. Daun kelor itu kecil-kecil banget, jadi untuk memanennya capek dong kalau diambil daunnya saja. Jadi cara panennya dengan memotong ranting-ranting yang kecil. Baru setelah itu dipetiki daunnya.
Tekstur daun kelor itu lucu, Kalau dicuci airnya seolah lari-lari dari si daun dan daunnya nempel di tangan, Ribet gitu deh. Bau daunnya juga sedikit langu.
Kalau gooling mencari cara mengolahnya, di page one yang muncul adalah cara-cara mengeringkannya untuk disimpan dijadikan minuman atau obat. Sedangkan saya tidak suka menyimpan makanan atau bahan makanan. Semua harus langsung habis atau bakalan mubazir. Kue Lebaran saja masih ada tuh 4 toples tidak ada yang menyentuh. Apalagi kelor itu daunnya hijau segar begitu, sayang banget kalau tidak langsung diolah saja.
Melihat teksturnya seperti itu, daun kelor bisa dimasak seperti bayam, misalnya untuk sayur bening atau sayur bobor.
Sayur Bening
Bumbunya: bawang merah, bawang putih, sedikit garam, gula dan air. Orang Jawa Timur suka menambahkan kunci. Tapi didaerah lain kunci tidak ditemukan. Bawangnya semua dirajang. Tambahkan jagung.
Sayur Bobor
Bumbu halus: bawang merah, bawang putih, kencur, seiris tempe semangit, ketumbar, lengkuas, daun salam, garam, gula, santan cair dan air. Tambahkan labu siam / jipang. Kalau suka, tambahkan sedikit udang untuk hiasan diatasnya.
Dadar
Berhubung aromanya agak langu, tumis dulu sekedar untuk melemaskan dengan mentega. Setelah itu kocok dengan telor, merica dan garam. Kalau punya bawang putih halus, bisa dimasukkan juga, Orang Korea suka menambahkan sedikit gula supaya gurih, sedangkan orang Indonesia suka menambahkan penyedap rasa. Saya tidak suka keduanya. Setelah itu dadar di wajan. Bedanya mendadar di wajan dengan teflon adalah tekstur saja. Dengan teflon tekstur lebih lembut dan tentu saja lebih sehat karena minyak sedikit. Sedangkan di wajan, kalau minyak terlalu sedikit akan tipis dan gosong, sedangkan dengan minyak agak banyak akan mengembang besar dan tampak lebih yummy karena aroma juga menguar. Tergantung selera saja, seperti pizza tebal ala PH atau pizza crusty tipis yang katanya lebih seperti di negara aslinya.
Wes, itu tentang daun kelor. Cepet banget nulis ini karena ada dramanya. Masak apa hari ini, bu?
13 Comments
Sayur bening, ditempatku masih banyak. Dan biasanya tetangga pada minta daunnya, katanya untuk anaknya. Ya Allah, berarti aku ini baik hati dan tidak sombong.
ReplyDeleteIya kamu baek banget :))
DeleteBaru tahu aku kalao banyak manfaatnya, bisa ditumis atau di sayur bening pulak. Aku tahunya si kelor gegara ungkapan "Dunia tak selebar daun kelor" hihihihi
ReplyDeleteHehehee sama dong
Deletedaun kelor bisa untuk campuran untuk telur dadar juga ya ....
ReplyDeleteKalau kata pepatah, "Dunia tak seluas daun kelor" hihihi. Kayak daun katu ya, Mbak?
ReplyDeleteIya aku mikir juga kok mirip daun katuk.
DeleteEh aku baru tau klo daun kelor bisa dibikin telur dadar. Hihi jadi pingin nyobak. 😀
ReplyDeleteBisa buat lauk lo
DeleteOh..buat guna-guna ya? Di kampungku masih gampang mbak nyari nya, di kebun2 tetangga jadi tanamam liar. Aku malah jarang masak. Pernah minta daun ke tetangga, di masak bobor..lmyn enak.
ReplyDeleteAku malah baru tau kalo daun kelor dipake buat menangkal guna2 :v Taunya sih buat dimakan :D
ReplyDeleteAku belum pernah lho mba makan daun kelor.. Apa seperti daun katuk ya?
ReplyDeleteDaun kelor ini beda ya dengan daun katuk? Kalo daun katuk aku pernah buat sayur bening untuk memperbanyak ASI. Tapi kalo soal rasa, aku lebih suka bayam daripada daun katuk. Nah kalo daun kelor ini rasanya gimana ya?
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji