Tempe dinner experience bersama Nordic Food Lab dan Gadjah Wong Restaurant ini gaungnya sudah lama dan saya tunggu-tunggu sampai nyaris salah hari.
Tapi masih untung sih, cuma nyaris. Nggak seperti Gessi, teman saya, yang beneran sudah berangkat dari rumah. Hahaaa....
Akhirnya hari yang dinanti pun tiba, yaitu tanggal 7 November 2016 lalu bertempat di Gadjah Wong Restaurant, Jl Gejayan 79D, atau yang sekarang dikenal dengan Jl Affandi. Bagi yang sering mondar-mandir lewat jalan ini, mungkin tak segera paham keberadaan restoran tersebut jika belum pernah kesana. Restoran ini tersembunyi dibalik tembok yang pernuh dengan pepohonan dan dedaunan menjalar. Jika sudah berada didalam, kita seolah masuk ke dunia hening, terpisah dari hiruk pikuk jalan didepannya yang selalu macet panjang tiap jam orang pergi-pulang kerja.
Informasi tentang acara ini saya peroleh dari Ardiba, teman blogger yang juga food technologist dari UGM (Universitas Gadjah Mada). Diba membantu rekannya, Dwi Larasatie, yang sedang melakukan penelitian untuk gelar S3-nya. Begitu mendengar kata Nordic, langsung terkoneksi dengan Denmark, dong. Yang nggak mudeng baca-baca buku IPS-nya lagi, ya. Ternyata saat ini Dwi memang sedang menempuh pendidikan S3-nya di Departemen Food Science di University of Copenhagen, Denmark. Dwi jauh-jauh pulang kampung demi penelitian ini bersama tim Nordic Food Lab. Setelah ini, Dwi akan kembali ke Denmark untuk mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya. Semoga berhasil, ya.
Selain itu, saya tertarik dengan dinner ini karena venue yang dipilih adalah Gadjah Wong. Gadjah Wong adalah sebuah restoran eksklusif dengan nuansa klasik. Dengan judul Tempe Dinner, tak mungkin tempe cuma dijadikan side dish. Meski begitu, saya tetep berpikiran kami akan mencicipi saja beberapa menu yang akan didemokan dan dimodifikasi oleh seorang chef. Semacam memberikan alternatif hidangan dari bahan merakyat tapi penampilan fine dinning.
Rupanya saya salah besar karena terjemahan undangan tersebut ya seperti yang tertera di undangan. Nggak perlu terjemahan macem-macem. Namanya dinner ya makan lengkap. Udah, gitu aja! Langsung bengong dong disodori daftar menu yang akan disajikan berupa set menu komplit yang akan selesai dalam waktu 3,5 jam! Omaigat, saya akan makan selama 3,5 jam!
Dalam fine dinning alias jamuan makan eksklusif, biasanya dalam bentuk set menu seperti itu. Sebenarnya ala carte (memilih menu sendiri) nggak masalah juga sih kalau jenis menunya memenuhi standar. Tapi saya lebih senang set menu di undangan seperti itu karena nggak perlu mikir satu-satu. Nama-nama menu di fine dinning biasanya panjang-panjang karena berisi cara memasak dan bahannya juga. Ribet kan? Jadi lebih aman manut saja di set menu.
Oya, selama acara memang sepi foto, padahal sayang banget peristiwa langka ini tidak dibagi. Ini karena dinner tersebut merupakan inti dari penelitian. Setelah hari itu, masih ada rombongan lain di hari selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama dengan saya. Takutnya mereka akan terpengaruh dengan foto dan pendapat yang lebih dulu hadir sehingga hasil penelitian tidak obyektif lagi.
Kami dibagi dalam beberapa meja yang bukan teman geng. Jadi emak-emak blogger Jogja duduknya misah, biar nggak berisik, apalagi saling komen. Selama dinner, kami bebas ngobrol tapi tidak boleh mendiskusikan makanannya. Suasana dinner di set up selayaknya dinner di hari lain di Gadjah Wong. Oya, selama Tempe Dinner, Gadjah Wong ditutup untuk umum. Wah, merasa special deh diriku. Iringan gamelan membuat suasana malam syahdu dan tenang.
So, here we go. Coba apakah teman-teman bisa membedakan menu mana yang hasil masakan chef Gadjah Wong dan mana yang punya Nordic Food Lab? Jangan capek membacanya. ya. Kalau membacanya saja kalian capek, banyangin bagaimana waktu kami memakannya. Heheheee....
Welcome Drink: Cold Lemon Grass and Ginger Fusion
Minum ini bikin langsung seger, apalagi pas baru datang. Yang rumahnya jauh ngos-ngosan pasti terbantu untuk memulihkan semangat. Wujudnya seperti teh.
Starter 1: Spring Roll Filled with Imported Soybean Tempe
Spring roll atau lumpia adalah snack yang sudah akrab dengan kita. Modifikasinya terletak pada isi sehingga tidak terlalu kesulitan untuk beradaptasi karena nyaris tidak ada beda rasa dengan lumpia isi lainnya. Untuk warga Indonesia, menu ini akan mudah banget diterima, bahkan bisa langsung dibuat sendiri oleh para ibu dirumah.
Starter 2: Local Soybean Tempeto on Leaf and Root
Penampilannya sangat cantik, jadi eman-eman mau memakannya. Tempenya yang disunduk pakai akar itu dan diatasnya ditabur pete. Kebayang kan? Tempe lokal itu kalau dikukus atau ditumbuk otomatis akan keluar aroma semangit, ditambah pete. Haduh, untuk ini saya tidak cocok. Entah kalau didampingi nasi panas, mungkin bisa membantu. (Dasar orang lokal!). Tapi saya habisnya juga separo demi memberikan input ke penelitian tersebut. Yang saya habiskan kolang-kaling diatas daun itu. Sedangkan yang biru atau ungu cantik itu namanya telung. Penyajiannya cuma diatas kayu seperti telenan tapi berhubung tampilan atasnya kece, jadi kelihatan eksklusif.
Main Course 1: Velvet Bean Tempe Sate with Lontong
Sudah pernah dengar sih, tempe enak juga disate. Tapi sate disini tidak menggunakan tempe biasa, melainkan tempe koro. Karenanya, tekstur sate jadi lebih padat, mendekati daging. Ini enak deh, komplit ada kering tempe dan peyek segala. Saya habiskan. Ups!
Main Course 2: Rice, Gingseng Leaves and Tempeto Sauce from Imported Soybean
Setelah perut kenyang menghabiskan sate lontong, datanglah ini! Yang tertutup daun gingseng itu adalah nasi yang dibentuk dan seperti digoreng tanpa minyak. Mirip paket sarapan sebuah restoran cepat saji tapi yang ini tidak diberi perasa atau mungkin perasanya minimal. Tempenya ada di saus yang coklat itu. Mungkin karena kurang banyak jadi kurang terasa. Yang ini saya habiskan separo saja.
Dessert 1: Onde-onde and Es Campur with Local Soybean Tempe
Untunglah yang datang kemudian menu ini dan langsung disambut dengan suka cita oleh seluruh peserta. Saya kasih tahu ya, onde-ondenya itu enak banget. Dipadu dengan es campur yang segar dan pas manisnya. Didalam es campur itu ada irisan-irisan tempenya. Agak aneh sih, tapi yang penting rasanya bisa berbaur dengan bahan lainnya. Berhubung hati senang dan perut kenyang, matapun mengantuk.
Dessert 2: Snake Fruit Juice, Fern Leaves and Velvet Bean Tempeto
Menu terakhir ini kami tunggu cukup lama, sampai-sampai gamelannya pulang karena sudah selesai jam kerjanya. Meski ngantuk luar biasa, tapi penasaran seperti apa klimaksnya. Kemudiannya keluarlah ini. Tampilannya langsung membuat saya curiga akan rasanya. But it's okey, hanya salak, won't hurt you. Ternyata "hanya salak" itu langsung membuat saya melek dan mata jelalatan di suapan pertama. Seperti nggak dikasih tambahan apa-apa dan bukan salak pondoh karena rasanya kecut atau asam. Tapi berhubung harus memberi komentar, saya tabahkan hati menyibak dan mengaduk, siapa tahu ada gula dibawah. Dan memang didalamnya terkubur mashed tempe dengan rasa yang manis. Sebenarnya si tempe itu rasanya jadi lucu lo, seperti ketan hitam. Tapi berhubung ditimpa oleh jus salak itu jadi membingungkan. Akhirnya, saya nggak jadi ngantuk dan nyetir sendiri pulang dengan selamat. Ada hikmahnya juga, kan?
Drinks: Lemon Mint Squash and Free Flow Mineral Water
Minumannya memang bebas tapi saya tidak habis berhubung perut sudah penuh gontok-gontokan. Lemon mint squashnya itu seger banget.
Kesimpulan
Apakah sekarang teman-teman sudah bisa menebak mana masakan chef Gadjah Wong dan Nordic Food Lab? Hahahaaa iya, chef Gadjah Wong yang menunya sudah familiar dengan kita. Memang, makanan sehari-hari sesederhana tempe bisa dimodifikasi menjadi sajian fine dinning. Tapi sejauh mana modifikasinya, tetap harus memperhatikan selera rasa pengunjungnya, tidak bisa terlalu ekstrem. Berharap makin banyak mbak-mbak cerdas seperti Dwi dan Diba dimasa depan yang mampu mengangkat bahan dan menu lokal menjadi hidangan internasional. Terima kasih kepada semua pihak yang menyelenggarakan acara ini, sehingga saya mendapatkan pengalaman kuliner yang luar biasa, Terima kasih juga pulangnya masih diberi mug.
Gadjah Wong Restaurant
Jl Gejayan / Affandi No 67 D, Depok, Sleman, DIY
Telepon: (0274) 588294
Buka: 6-10 PM
17 Comments
Aku suka lumpianya maklus, jadi kapan kita nongki cantik sambil nempe lagi? *_*
ReplyDeleteEngggg tempe goreng tepung aja ya, maksimal mendoan deh
DeleteMakasih Mak Lus ulasannya. Sumpah ngekek2 baca komenmu ttg dessert terakhir. Hihi
ReplyDeleteMakasih sudah membuatku melek wkwkwkwk
DeleteAku naksir sate tempenya itu. Tempe salah satu makanan favoritku, mau diapain aja juga enak :)
ReplyDeleteTapi kalau keluar semua secara bersamaan gini....
Deletewah asyik sekali pengalamannya, jadi pengen
ReplyDeleteAku mau tapi menu lain aja spy kaya pengalaman :))
DeleteJadi penasaran merasakan tempe yang anti mainstream dan look high class😀 *biasa makan tempe garit dan tempe koro 😄
ReplyDeleteHiks hiks enuk kuwi mbak :))
DeleteByuh,baca ceritanya berasa ikut ngerasain..apalagi yg salak xixixi
ReplyDeleteMenakjubkan pokoke :))
DeleteFoto-fotonya menggugah selera.
ReplyDeletebagaimana buat tempe goreng seperti itu ya?
thank
Tampilannya memang bagus.
DeletePenyajiannya epiiccc
ReplyDeleteMbeeeer hahaaa
DeleteSuka dengan ulasannya yang deskriptif mengenai isi hati dan pikiran. Terimakasih sudah membantu penelitian saya.. Doakan saya juga bisa segera selesai dan "pulang dengan selamat" ya... :)
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji