INSTAGRAM ANDALAN OLSHOP
Sebagai pemilik olshop saya sangat merasakan perubahan tersebut. Dulu saya memasang facebook ads untuk mengatrol visitors website www.ladakahandicraft.com. Statistiknya memang luar biasa. Tapi apakah berbanding lurus dengan penjualan? Sayangnya, saya tidak punya banyak waktu untuk riset darimana pembeli berasal karena media sosial juga aktif. Yang pasti, pembeli yang menggunakan keranjang belanja di website tersebut sangat sedikit. Hampir semuanya menggunakan jalur pribadi, baik BBM, WA (Whatsapp), bahkan SMS.
Padahal, maintain keranjang belanja itu butuh energi yang besar lo karena harus memantau dashboard dan perkembangan lain, misalnya perubahan tarif kurir. Di dashboard, kita harus input update pesanan agar apa yang tampak oleh calon pembeli adalah real time dan tidak mengganggu validitas keranjang belanja. Oleh sebab itu beberapa hari ini saya sedang sibuk menghilangkan keranjang belanja agar lebih fokus ke layanan langsung melalui chat atau SMS. Stok di website Ladaka akan tetap valid karena kalau cuma update produk tanpa keranjang belanja itu cepat saja sih.
Belakangan saya mendapati fakta bahwa makin banyak pembeli yang memperoleh informasi tentang Ladaka melalui akun instagram @ladakahandicraft dan fanpage Ladaka Handicraft. Tanpa banyak menyebutkan nama dan kode produk, mereka langsung menunjukkan screenshoot produk yang diinginkan. Praktis banget ya? Okey, memangnya followersnya berapa? Followers IG Ladaka hanya 286, sedangkan FP 1076. Yang saya pahami dari pembeli adalah tidak semuanya merasa perlu untuk follow. Kalau mereka butuh, mereka akan mencari melalui hashtag, lalu menghubungi olshop tersebut lewat nomor telepon yang ada di bio. Saya ingat, sayapun demikian, kecuali akun tersebut sering membuat giveway dengan hadiah besar atau fotonya bagus serta tidak banyak tulisan di fotonya.
INSTAGRAM ANDALAN BLOGGER
Bagi blogger, mungkin sudah terasa banget bahwa peluang mendapatkan job itu lebih besar jika punya akun instagram.
Saya termasuk yang terlambat berburu followers setelah beberapa campaign besar melewati saya. Dulunya malah saya kekeh tidak mau punya akun media sosial tambahan setelah twitter. Path yang lebih dulu muncul dari IG saja saya nggak paham dan nggak punya akunnya sampai sekarang. Tak kurang mak board KEB waktu itu terus mendorong saya untuk membuat akun IG karena saya satu-satunya admin yang tidak punya, padahal saya yang ngurusi medsos. Kan aneh?
Waktu itu saya merasa tak sanggup menambah akun medsos karena sudah sibuk mengurus akun medsos KEB yang makminnya masih sedikit dan masih aktif ikut pameran kerajinan di mall-mall. Jadi buat apa menambah akun medsos yang tidak bisa saya kontrol? Takutnya tak terurus dan lupa punya akun tersebut. Bisa tidak tahu kalau dibajak orang dan disalahgunakan.
Tapi demi gaul dengan teman-teman lain akhirnya bikin juga dan stuck di angka 300 untuk waktu yang sangat lama karena saya tidak tahu harus posting foto apa dan nggak berusaha mencari akun untuk difollow lebih dulu juga. Nggak sempat. Lagipula selama ini saya hanya menulis, tidak hobi fotografi, apalagi selfie. Bukannya saya nggak percaya diri karena sudah tua dan gemuk, melainkan karena kepribadian saya memang begitu. Kalau sedang pameran, ya sibuk kerja angkut-angkut dan melayani konsumen, nggak sempat foto-foto. Bahkan piknik keluarga saja jarang ada foto saya, adanya foto anak-anak, makanan dan pemandangan. Sedangkan foto anak-anak sudah kami sepakati tidak boleh saya upload didunia maya. Hanya pernah ada 2x upload karena dapat job kompres untuk anak-anak dan perawatan anti jerawat padahal saya tidak pernah jerawatan.
Saya tidak bisa melihat apa point-nya memajang foto saya untuk dilihat orang lain yang tidak saya kenal. Apakah dia melihat foto saya sambil makan, sambil gegoleran, atau bahkan screen shoot foto saya untuk digosipkan di group WA? Apakah dia ibu-ibu seperti saya, anak-anak alay teman anak saya atau malah laki-laki iseng?
Jadi bukan karena saya anti monetizing. Harigini ya, blogger meet up aja di cafe yang segelas minumnya Rp 30.000,- masa saya nggak butuh pendapatan dari ngeblog? Jahat banget lo tuduhan itu. Kalau dibaca agensi bagaimana? Mematikan rejeki saya kan? Dikira sudah tidak butuh job review, padahal lihat saja di blog ini juga ada job review. Ah kenapa dari IG larinya ke monetizing blog ya? Entahlah, sayapun herman, Eh, heran.
Tapi demi gaul dengan teman-teman lain akhirnya bikin juga dan stuck di angka 300 untuk waktu yang sangat lama karena saya tidak tahu harus posting foto apa dan nggak berusaha mencari akun untuk difollow lebih dulu juga. Nggak sempat. Lagipula selama ini saya hanya menulis, tidak hobi fotografi, apalagi selfie. Bukannya saya nggak percaya diri karena sudah tua dan gemuk, melainkan karena kepribadian saya memang begitu. Kalau sedang pameran, ya sibuk kerja angkut-angkut dan melayani konsumen, nggak sempat foto-foto. Bahkan piknik keluarga saja jarang ada foto saya, adanya foto anak-anak, makanan dan pemandangan. Sedangkan foto anak-anak sudah kami sepakati tidak boleh saya upload didunia maya. Hanya pernah ada 2x upload karena dapat job kompres untuk anak-anak dan perawatan anti jerawat padahal saya tidak pernah jerawatan.
Saya tidak bisa melihat apa point-nya memajang foto saya untuk dilihat orang lain yang tidak saya kenal. Apakah dia melihat foto saya sambil makan, sambil gegoleran, atau bahkan screen shoot foto saya untuk digosipkan di group WA? Apakah dia ibu-ibu seperti saya, anak-anak alay teman anak saya atau malah laki-laki iseng?
Jadi bukan karena saya anti monetizing. Harigini ya, blogger meet up aja di cafe yang segelas minumnya Rp 30.000,- masa saya nggak butuh pendapatan dari ngeblog? Jahat banget lo tuduhan itu. Kalau dibaca agensi bagaimana? Mematikan rejeki saya kan? Dikira sudah tidak butuh job review, padahal lihat saja di blog ini juga ada job review. Ah kenapa dari IG larinya ke monetizing blog ya? Entahlah, sayapun herman, Eh, heran.
Tadinya akun @beyourselfwoman mau saya gunakan buat piknik mata dan batin di media sosial, melihat foto-foto indah setelah capek membaca gontok-gontokan di facebook dan twitter. Tapi belakangan ketika IG naik daun di kalangan ahensi, ada saja dramanya karena yang follow teman-teman yang sama di platform medsos lainnya. Kalau tidak di follow balik, nyinyirnya pedes banget atau malah baper seolah makhluk yang dianiaya oleh selebgram. Iye kali seleb followersnya cuma 300 hahahaaa.... Bahkan ada yang sampai japri, tanya mengapa tidak difollow balik. What? Kalau ditodong pertanyaan begitu, masa saya jawab fotomu jelek? Ya nggak mungkin lah, anak orang bisa baper 9 purnama. Terpaksa deh follow.
Rencana tinggallah rencana. Beranda IG saya akhirnya berantakan. Carra pasti ketawa ngakak nih karena tahu bagaimana susahnya membuat beranda idaman oleh orang yang gak tegaan seperti saya walaupun pura-puranya galak. Kalau dia mah, tega banget. Hahahaaa.... Bayangin saja, ada lo yang obral foto tiap gerak dan tiap orang disekitarnya. Benar-benar nggak dikurasi. Geser dikit, jepret, upload. Kadang cuma tulisan apa dimeja rumahnya diupload. Jangan bayangin flat lay nih ya. Atau anaknya lagi menghadap tv nggak jelas juga, fotonya burem dan tanpa caption.
Era piknik mata itupun cepat sekali berlalu ketika brand benar-benar meletakkan IG tak kalah penting dengan twitter. Cumaaa.... usersnya yang tidak kira-kira dalam memahami nature twitter dan IG. Di twitter, brand mengharapkan trending topic setinggi mungkin, sehingga harus tweet dan RT sebanyak-banyaknya oleh beberapa orang dalam waktu bersamaan agar campaign yang sedang diusung terangkat. Nah, jika itu dilakukan di IG, kebayang dong mata jadi jereng. Baru saja mereka sampai lokasi event, jepret foto pintu lalu upload dilakukan 20 akun. Terus ada plang nama brand, jepret, upload oleh 30 akun. Tanpa kurasi, tanpa edit, meski ponselnya dilengkapi dengan fitur filter. Yup, itulah livegram kalau istilah saya sih.
Tapi niat mengkurasi foto IG yang saya lakukan juga tak lepas dari drama. Sengaja saya pilih 3 foto bertema sama tiap upload, semata-mata karena widgetnya saya pasang di blog, supaya enak dipandang dan punya ritme. Kalau saya saja tidak suka foto burem yang diobral orang lain, sebaliknya saya anggap followers juga mengharapkan foto yang bagus dari saya. Apa daya, ada saja yang nyinyir, ngapain ditata segala? Hayati langsung ndeprok kelelahan. Ya, situ sih followersnya sudah ribuan dan banyak job ya, jadi main lempar foto jadi duit. Kalau saya boro-boro, tapi seenggaknya tanpa duit pun masih bisa puas hati melihat pemandangan indah di akun sendiri.
Mungkin satu-satunya orang yang tidak bosan menyuruh (catat ya, "menyuruh") saya untuk menambah followers IG adalah mbak Indah Juli. Beliau galau banyak campaign bagus tapi saya nggak dapat gara-gara jumlah followers IG tidak terpenuhi padahal traffic blog saya tinggi. Sama mbak, saya pun herman, eh heran, mengapa blogger mendapat job karena akun IG, bukan karena blognya? Kan saya blogger? Bukan instagrammer? Tapi akhirnya saya berusaha memahami trend perilaku konsumen yang dibidik brand dan berusaha menambah followers dengan lebih sering mengunggah foto dan follow akun-akun. Toh untuk mendapatkan perhatian nggak cuma foto diri, tapi bisa juga foto makanan yang sakti banget mendatangkan love. Sementara persentase follow balik oleh akun-akun yang saya follow hanya 50%. Tapi yo terserah mereka kalau nggak selera dengan foto-foto IG saya. Hahaaa.... Sedangkan untuk trik hashtag baru sekali nyoba #like4like dan nggak nyaman karena kalau nggak gantian like akun yang like akun saya berarti saya telah menipunya, padahal kadang yang like saya adalah akun jualan followers. Kan nyebelin?
Jaman memang sudah berubah, dimana blog dan media sosial itu satu paket lengkap. Teman-teman sudah follow akun IG @beyourselfwoman belum? Mau ada giveaway loh. Menjadi blogger profesional jaman sekarang tak ubahnya seperti bintang iklan di infotainment. Soft selling dengan user's experience. Artis cantik nan mulus itu awalnya ngomongin tumbuh kembang si anak yang lucu dan punya followers puluhan ribu di IG, kirain mau blak-blakan apaan, ternyata di akhir acara endorse obat sembelit bagi anak yang dimasukkan dari anus.
INSTAGRAM FOLLOWERS 1000
Dengan follower yang sudah diatas seribu ini bagaimana perasaan saya? Pusing! Di twitter meski followingnya ribuan tapi jumlah kata dibatasi sehingga meski flow-nya sedang deras, bisa dibaca cepat. Jika ketinggalan isu terkini tinggal cek TT. Yang tweetnya tidak menyenangkan juga bisa kita mute.
Di IG, dengan following 1200, semua harus saya telan mentah-mentah, apapun yang tersaji. Kalau nggak mau ya logout. Nggak ada win-win solution. Take it or leave it. Yang foto-fotonya memang bagus jadi tertumpuk foto-foto para pengobral. Para pengobral ini entah karena memang kecanduan upload, nggak ada kerjaan atau panik nambah followers sih sebenarnya?
Buat saya sendiri tak ada beda. Saya memang tak mau memajang foto saya begitu saja meski harus tetap ada karena itulah yang menjadi pengikat dengan followers bahwa saya adalah manusia betulan, bukan jadi-jadian, bukan pula tukang jual beli followers. Ada 3 jenis foto diri saya yang pasti akan ada, yaitu foto event atau kopdaran, foto brand campaign dan foto profil. Jika teman-teman ingin mengunggah foto yang ada saya, silakan lo, nggak apa-apa tapi dipilih yang paling cantik dan langsing dong ah.
Bagaimana dengan branding? Jangan dibilang saya anti branding juga lo. Ada banyak macam branding. Tentu saja yang paling kita kenal adalah personal branding. Personal branding tak mungkin berhasil kalau kita ngumpet. Seorang fashion blogger atau beauty blogger wajib tampil sempurna di setiap foto. Selain itu, mereka yang memasteri ilmu blogging, menulis, fotografi dan sebagainya juga bisa tampil kalau mau agar ilmunya bisa lebih dihargai dan dijadikan narasumber. Sedangkan saya lebih ingin orang mengenal blog saya daripada saya sebagai pribadi. Jalannya lebih sunyi, tapi saya lebih nyaman.
Sampai sekarang, keinginan itu belum berhasil. Penginnya seperti teman-teman dibalik akun besar @JogjaUpdate group atau @kulinerjogja dimana orang lebih mengenal akun tersebut daripada orang dibalik layarnya. Meski jika ada event kita saling tahu siapa dan apa, tapi tetap yang tertulis dalam undangan adalah media mereka, bukan nama mereka. Mereka malah seperti representasi dari media milik mereka tersebut. Bahkan ketika mereka dijadikan narasumber, peserta langsung mengenali media yang disebutkan MC meski nama asli narasumbernya tidak familiar. Sementara di event terakhir, pengundang masih menuliskan nama saya, bukan nama blog saya, di deretan nama media. Itu membuktikan bahwa nama saya masih lebih dikenal daripada media (blog) yang selama ini saya besarkan.
Sampai sekarang, keinginan itu belum berhasil. Penginnya seperti teman-teman dibalik akun besar @JogjaUpdate group atau @kulinerjogja dimana orang lebih mengenal akun tersebut daripada orang dibalik layarnya. Meski jika ada event kita saling tahu siapa dan apa, tapi tetap yang tertulis dalam undangan adalah media mereka, bukan nama mereka. Mereka malah seperti representasi dari media milik mereka tersebut. Bahkan ketika mereka dijadikan narasumber, peserta langsung mengenali media yang disebutkan MC meski nama asli narasumbernya tidak familiar. Sementara di event terakhir, pengundang masih menuliskan nama saya, bukan nama blog saya, di deretan nama media. Itu membuktikan bahwa nama saya masih lebih dikenal daripada media (blog) yang selama ini saya besarkan.
AKUN-AKUN FAVORIT
Meski era piknik mata sudah memudar, tapi saya masih bisa menikmati melihat-lihat IG karena tak semuanya mengganggu penglihatan dan perasaan.
1. Traveller
Satu hal yang selalu membuat saya salut dan betah di IG adalah para traveller sejati, baik instagram traveller maupun blogger traveller.
Mereka adalah orang-orang yang sabar. Sabar menunggu momen yang indah untuk difoto, sabar pula mengkurasi foto yang pantas untuk ditampilkan. Sampai-sampai saya tidak bisa menyebutkan nama mereka satu-satu karena semuanya bagus dengan gaya yang berbeda. Misalnya @pacarkecilku @aqied @eviindrawanto @andikaawan @u_n_a_ @swastikanohara @amie76 @travelerien @donnaimelda dan masih banyak lagi. Sebenarnya akun Cumi keren juga tapi dia nggak pakai baju. Hahaaa....
Sayangnya dengan following 1200 kadang foto para traveller itu tertumpuk para traveller-travelleran pengobral foto, yang difotonya entah apa, lha wong naik mobil memoto kiri kanan pakai kamera ponsel tanpa disetting lagi lalu upload. Ya jelas isinya foto pohon miring-miring kabur. Jadi maafkan saya jika kadang nggak love foto para traveller sejati ini akibat ketimpa foto-foto embuh itu. Kalian the best lah pokoknya.
2. Mbak-mbak Cantik
Perempuan sangat menyukai kecantikan. Selain menjadikan dirinya sendiri tambah cantik, juga suka melihat foto cantik. Meski semua perempuan cantik, tapi dimata saya tak semua bisa memberikan komposisi yang enak dilihat dalam sebuah foto. Wajah mulus dan ootd mahal tak selalu menarik perhatian, pun wajah full make-up. Kadang bisa membosankan juga. Wajah polos dengan senyum manis bisa sangat menarik. Foto cantik menurut saya sih yang mampu menampilkan angle terbaiknya, misalnya @nuniektirta @mirasahid @nchiehanie @mymoyi @dwina @irmasenja dan masih banyak lagi.
3. Foto Tertata
IG memang tadinya dimaksudkan untuk foto-foto indah sebelum akhirnya runyam seperti sekarang bwahahaaa.... Tapi jangan khawatir, masih banyak yang bagus dan tertata bak profesional seperti akun @nunkarif @hmzwan @bulirjeruk @innnayah @pungkyprayitno @bunda_didi dan sebagainya.
4. Tema Konsisten
Beberapa akun keukeuh mengambil satu tema foto saja. Memang kadang ada satu dua yang off, tapi hari berikutnya kembali ke tema semula, misalnya @insav yang selalu merayakan hidup dengan penuh rasa syukur, @reni_judhanto yang banyak upload snack dan makanan kantor, @grace.melia yang dominan upload tumbuh kembang anak-anaknya, kembar @sutoposasuke dan @sutorowebid si anak motor, @jessmite tentang kehidupannya di Bali yang honest dan modest, serta @terrenjr yang tergila-gila dengan sulap. Oiyaa, @r3dcarra yang maunya cuma upload sketa saja, tapi tak terbukti, ada foto buku juga.
4. Tema Konsisten
Beberapa akun keukeuh mengambil satu tema foto saja. Memang kadang ada satu dua yang off, tapi hari berikutnya kembali ke tema semula, misalnya @insav yang selalu merayakan hidup dengan penuh rasa syukur, @reni_judhanto yang banyak upload snack dan makanan kantor, @grace.melia yang dominan upload tumbuh kembang anak-anaknya, kembar @sutoposasuke dan @sutorowebid si anak motor, @jessmite tentang kehidupannya di Bali yang honest dan modest, serta @terrenjr yang tergila-gila dengan sulap. Oiyaa, @r3dcarra yang maunya cuma upload sketa saja, tapi tak terbukti, ada foto buku juga.
Foto-foto yang tidak akan saya love adalah
Udah ya, sudah panjang. Kalau ada salah-salah kata, saya minta maaf, karena ini dari sudut pandang egois saya saja sih. Yang akunnya tidak disebutkan juga bukan berarti nggak suka tapi semata-mata karena pas buka IG lihatnya itu dan ingatnya itu. Next time kalau untuk keperluan lomba pasti lebih detil. Postingan ini biar blog beyourselfwoman update dulu aja, setelah 4 hari permak sendiri website Ladaka belum selesai. Ini juga menjadi tulisan bukan berbayar dan bukan lomba terpanjang dan terlama. Nulisnya dari pagi sampai malam banget karena disambi mondar-mandir. Sekarang saatnya nonton CSI.
- Foto pasangan si pemilik akun. Kalau foto berdua masih mungkin saya love. Nggak tau ya, aneh aja like atau love for something that meant for both of them only. Lagian sering kali nggak kenal siapa pasangannya.
- Foto orang melet. Entah kenapa saya kok nggak suka foto orang menjulurkan lidah. Subyektif banget. Hihiii....
- Foto anak-anak tanpa busana lengkap, foto anak-anak didepan papan sekolahnya dan foto anak-anak nangis. Kasihan lo, anak nangis kok dibilang lucu, malah direkam dan diupload. Waktu saya kecil dan rewel, bapak punya ide merekam pakai tape. Padahal bapak sendiri yang nyimpen dan diputar cuma kalau saya pas rewel lagi biar diem. Tapi rasanya kok jadi kenangan tidak menyenangkan. Apalagi sampai diunggah di medsos dan dilihat orang-orang nggak jelas sedunia.
- Foto-foto yang butuh konfirmasi. Seringkali ada foto bagus tapi nggak ada tulisan apa-apa. Iki opo maksude? Kecuali foto ekspresi, misalnya pelukan ibu dan anak, memang nggak butuh kata apa-apa sudah bikin terharu. Paling sebel itu foto makanan enak, tapi nggak ada keterangannya dimana. Cuma ngiming-ngimingi, padahal kan pengin nyicip juga.
- Foto brand campaign yang nggak kreatif. Hayo pasti mengira saya nggak pernah love foto teman-teman buzzer, ya. Padahal tiap hari ada saja foto seperti itu yang saya love lo, ada yang karena kasihan lovenya nggak banyak, ada yang memang kreatif banget dan ada yang karena ditodong. Bwahahahaa....
Udah ya, sudah panjang. Kalau ada salah-salah kata, saya minta maaf, karena ini dari sudut pandang egois saya saja sih. Yang akunnya tidak disebutkan juga bukan berarti nggak suka tapi semata-mata karena pas buka IG lihatnya itu dan ingatnya itu. Next time kalau untuk keperluan lomba pasti lebih detil. Postingan ini biar blog beyourselfwoman update dulu aja, setelah 4 hari permak sendiri website Ladaka belum selesai. Ini juga menjadi tulisan bukan berbayar dan bukan lomba terpanjang dan terlama. Nulisnya dari pagi sampai malam banget karena disambi mondar-mandir. Sekarang saatnya nonton CSI.
37 Comments
Hehe...senyum2 baca ini. Ada beberapa yg sepemikiran.Aku termasuk orang yg mikir panjang klo mau aplod foto. Kecuali live event kadang buru2 jadi gak begitu perhatikan, padahal penting juga ya. Tentang hastag #like4like ini saya paling sebel mak. Ada yg suka minta di like dan terus pake hestek itu. Tapi koj yo gak pernah like balik. Disitu aku merasa sedih, haha *subuh curhat 😀
ReplyDeleteMalah rata2 kalau di timelineku yg pakai hashtag itu gak like balik kok.
DeleteDi IG saya sukaaaa banget sama foto makanan. Video makanan juga. Apalagi kalau lapar dan lagi pengin makanan tertentu kadang saya nyari dengan hastag makanan itu, semisal tadi malam pengin urap sy search di IG: #urap :D
ReplyDeleteSuka juga lihat foto2 bekal kantor yang cantik2 penataannya karena saya bikin bekal kantor buat suami kok susah tampilannya cantik gitu. Eh, bekal juga makanan ya, Mbak. Hehehe..
Foto pasangan? Hemmm... Pernah dua kali sy upload rasanya foto suami sendiri aja. Geje aja sih mbak. Waktu itu suami baru pakai kacamata jadi sy jepret dan upload. Hehehe..
Betul mbak hashtag itu bantu banget, aku juga gitu kalau lagi bosan makanan yg itu2 saja.
Deletembaaaa, ko saya kadang merasa cape ya harus optimasi semua medsos. kayanya sy harus introspeksi dulu apa tujuan saya ngeblog dan ngmedsos :(
ReplyDeleteTuntutannya naik terus ya mbak :))
DeleteSis...Sis... Kalau mau endorse kontak kemana ya?
ReplyDelete*mblayuuuu
Waah.. saya termasuk yang "jaga ketat" beranda nih. Saya hanya follow akun yang saya suka (mostly about crochet, craft and cooking), dan rata2 fotonya tertata (bagus banget, malah). Saya tegaan, kalau uploadnya nggak sesuai minat apalagi fotonya blur gak jelas temanya apaan, gak bakalan saya follow biarpun temenan di dunia nyata. Semua demi beranda IG yang menginspirasi. 😂
ReplyDeleteIya sih, kalau beranda berantakan jadi nggak pernah nengok ya.
DeleteAhahahahaha MakLus. Curcolnya panjaaaang. Tapi nampol. Bikin saya jadi mikir juga. Hmm... dilemma ya. Pengen cakep, tapi juga butuh duit. Akhirnya, saya gak masuk ke mana-mana. Sesekali jadi pengobral foto. Seringnya diem gak apdet2 karena pusing juga gak punya foto bagus. Heheheh...
ReplyDeleteFotomu cakep2 loh
DeleteGrid IGku juga rapi kok mbak, follow aku ya *nodong* haha,
ReplyDeleteAku juga gak ngelike foto yang di luar idealisme, tapi kalau foto blur atau kurang bagus kadang tetep di-like, supaya si empunya foto seneng. Karena membuat orang lain senang itu ibadah *sok bijak* :D
Ah bener tu, kadang kalau blur juga aku like asal orangnya baik hati hahaaaa
Deleteenggak tahu lah mbak, IG saya diisi seadanya. kalo lelah ngikuti TL sih nggak karena jarang nongol. ya udahlah foto kucing di sekitar rumah aja yang dipajang.
ReplyDeletedulunya pingin foto pemandangan desa. tapi sekarang dah sibuk ditambah hamil, jarang njlajah desa milangkori lagi. pensiun dini jalan-jalan.
IGmu apa ya mbak? Sudah aku follow belum ya?
DeletePanjang banget ,sampai lupa apa yang mau dikoment.
ReplyDeleteSeandainya koment apakah komenterku ini nyambung.
Sekarang jaman keranjang tidak berlaku lagi bikin repot pembeli dan pemilik toko online sendiri. Lebih aseknya lewat komunikasi langsung dengan WA atau email.
BBM sekarang sudah tergolong ketinggalan jaman ,orang sudah tidak percaya lagi jika mau beli online lewat BBM karena profi tidak begitu akurat. Punyaku isinya jualan flm porno :D
Blog juga mungkin akan ketinggalan kalau untuk bisnis online. Blog atau web cuma untuk memasang produk.
Facebook, Twitter dan Instagram mungkin lebih berpeluang baik.
Tapi aku sendiri lebih suka twiiter.
Dan instagramku sepi karena jarang upload photo. Tapi jika mau di add bolehlah biar tambah ramai.
Wkwkwkwk akunmu apa sih mas? Langsung aku follow deh, nggak folbek gpp tapi yo kebengeten hihiii
DeleteAku jadi belajar nich, bagaimanapun juga media sosial sebetulnya mencerminkan pribadi orangnya tersebut. Aku masih beranggapan begitu Mbak. Pungky dengan IG nya yang rapi, anaknya rapi banget loh nyimpan mimpi sampai jadi kenyataan. Bude Reni yang konsisten dengan IG nya yang berisi makanan, bude telaten orangnya.
ReplyDeleteJadi, hari ini, setelah BW dari pagi, dua kali nemu betapa bermanfaatnya IG untuk bloggerataupun pribadi yang menginginkan menjalankan bisnis.
Makasih Mbak Lus
Susah mbak, kadang aku nggak punya kendali, apa2 pengin dibagi hihihii
DeleteFollower IG aku lama nambahnya, Mbak. Boro2 seribu, lima ratus aja susahh .. jarang promosi. Makanya ngga pernah dapet job review :D. Soalnya takut pada kepaksa ngefollow, padahal bisa jadi mereka ngga suka foto2 di galeri saya. Foto bunga semua ... hehe.
ReplyDeleteEh ada sih akun IG satu lagi, buat pamer prakarya & ikutan seru2an challenge foto bertema gitu. Sama juga, followernya ngga banyak.
Yang pasti, saya udah jadi follower beyourselfwoman & ladaka *kali aja dapet hadiah ... hihihi.
Orang2 itu kok gampang banget gimana caranya ya mbak? :(
Deleteaaaak ada akun aku, makasih mba Luuss.
ReplyDeleteaku suka konsepnya sekarang lho di IG mu. tetap semangat menjaga feed galery IG kita, wkkww
Iya jaga baek2 ya feednya :))
Deletemba aku ngakak loh, mba Lusi ngga mau sedekah ke orang melet-melet hehehehe.. aku suka kepo sama instagram para foodd blogger yang tiap hari pajang foto makanan tapi ngga gemuk :D
ReplyDeleteNaaah itu, aku makan angin aja gemuk wkwkwkk
DeleteSehati banget sama mak Lus *senderan
ReplyDeleteSelama ini IG jadi medsos ter-FAVORIT aku. Di sana, temanku gak 4L sih hehehe banyak teman baru dan bisa 'keliling dunia gratis' hehehe
Sayangnya, ada sebagian orang yang menganggap IG itu layaknya galeri foto handphone jadi semua kegiatan ditumpahkan ke IG hiks, mungkin mereka pikir IG semacam photobucket yak hiks
Sedih plus bete liat, di jam x foto dia, jam y foto dia, jam z foto dia, duuuuuhhhh iya kalau fotonya kayak Barry Kusuma, lha ini dia pergi ke pasar, isi pasar hingga apalah apalah huhuhuh. Kan akikah beteee maakk, zbl kzl! Mau unfollow pun nggg itu masih lingkaran keluarga, bahaya laten!
Sama event juga, coba deh manfaatin IG story, itu bagiku lebih bermanfaat dibanding membanjiri TL IG dengan foto logo, pintu, kursi, peserta, makanan hingga aahh you name it laaahh.. :(( skarang juga IG story bisa live! Untuk yang ikutan event bisa manfaatin fitur ini. Sayangnya belum semua sih bisa, kemarin lihat CEO IG @Kevin yang baru coba.
Konsisten bikin tema agak susah yah huhuh aku coba terus buyar hahahah
Mak maap jadi tjurhat gini :D duh udah lama gak nonton CSI :(
Fotomu bagus2 Ran, aku suka banget :))
DeleteHahaha.. aku mbak, aku! yang suka posting foto makanan tapi nggak nyebut tempat eh tapi kadang disebut juga dink. Sebeneranya aku bingung, dulu kan niatan bikin instagram itu cuma buat koleksi pribadi karena toh waktu itu pengguna instagram belum sebanyak sekarang ini tapi karena banyak yang minta posting via instagram jadi tambah semrawut galeriku sendiri, lama kelamaan saya menemukan sesuatu yang selalu menarik untuk diposting. Tapi btw Mbak Lus.. kalau aku foto selfie termasuk mbak-mbak cantik nggak? hahaha kaburr ah
ReplyDeleteIya kamu cantik, cantik banget. Lupa aja ini nggak ditulis *kisss
DeleteBeberapa bulan ini, IGku juga mulai aku konsep. 3 fotonya, punya tema yang sama. Dan nyaman sih, bener mak Lusi, nyaman pas liat album IG sendiri. Biarlah orang bilang apa, yg penting sebelum upload kudu bener2 edit sana sini, kasih caption yang menarik karena itu rumahku sendiri.
ReplyDeleteDan akupun bimbang, foto-foto bagus jadi tenggelam karena aku ikutan l4l atau f4f. Huhuhu..
Sayang banget foto teman2 yg bagus kita nggak lihat ya
DeleteSaya masih setia majang buku di IG, Mba. Di akun @blogipehalena memang buat random aja, apa yang bagus 'menurut saya'. Kalo yang satu lagi murni buat bookstagram only hehehe
ReplyDelete(Ipeh sembari jualan #ups)
Iya aku lihat. keren :))
DeleteIG ku random sama seperti blogku hahaha, tapi kebanyakan sih tentang food.
ReplyDeleteHastag #like4like aku sering lihat di Ig teman2, tapi aku belum pernah nyoba pasang hastag itu.
Aku suka buatanmu mbak, bikin laper hihihhii
Deleteya ampun, ada bulirjeruk disitu -__-
ReplyDeletememang diatur sih tp IG saya masih random, tonenya gak sama.
Kacaunya pas event, psti bingung menyeleraskannya. Dan sesuka-sukanya saya dengan jepret2, saya masih satu hati sama mbak. Pengennya ngeblog ya ngeblog aja, tp zaman udah lain. Ada yang nyari blogger, yg ditanya malah bukan blognya tpi sosmednya (herman). Dan saya juga masih stuck di 300. Pengen followernya yang murni following aja, bukan karena jejaring. Tp, siapa saya gitu ada yang mau follow :D
Duh, orang2 ini pada nggak tau foto bagus apa ya? Follow bulirjeruk dong :)
DeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji