Apakah cara berteman didunia maya harus berubah sejalan usia ini baru terpikir belakangan.
Dulu sama sekali tidak terlintas, asik-asik saja berteman dengan segala usia di lingkungan blogger. Range usia blogger itu sangat lebar, dari anak SMP sampai kakek nenek. Setidaknya itu yang saya kenal. Tidak ada perasaan aneh karena pertemanan terjalin lewat blog walking dan media sosial yang egaliter. Tidak ada tatap muka dan saya tidak tahu status yang bersangkutan di masyarakat. Paling-paling agak nggak nyambung saja jika harus berkomentar di blognya atau tak bisa mengimbangi guyonannya di medsos.
Belakangan situasinya agak berbeda, karena di tempat baru ini saya banyak terlibat di masyarakat dan sekolah anak-anak, dimana ada strata berdasarkan usia dan kedudukan dalam masyarakat. Hidup terasa berada di 2 dunia, yaitu dunia yang bebas dan dunia yang mengikat. Sayang, keduanya agak sulit disinggungkan lantaran blogger itu sendiri masih asing di sebagian besar masyarakat.
Gara-gara hal tersebut, saya jadi menengok kembali pergaulan saya di dunia maya, utamanya sebagai blogger. Dilihat dari kestabilan pageview menunjukkan bahwa gaya bahasa saya masih bisa diterima oleh berbagai usia. Syukurlah tidak terlalu usang untuk mamah muda. Namun saya juga menyadari bahwa ada segmen tertentu yang sebaiknya tidak saya sentuh lagi karena pengalaman saya tidak nyambung dengan perkembangan jaman. Misalnya tentang dunia kehamilan dan bayi yang teknologi dan edukasinya jauh berbeda dengan pengalaman saya dulu. Meski masih bisa berkomentar tentang ruam pada bayi, saya tak bisa berkomentar tentang clodi karena di jaman saya punya bayi dulu belum ada. Jadi memang saya tidak lantas tak berteman dengan mamah muda, hanya saja ruang interaksinya jadi menyempit.
Terpikir juga apakah saya memaksakan diri untuk masuk ke dalam semua lingkup? Apakah saya benar-benar diterima di lingkup tersebut atau diterima karena sungkan saja? Yup, inilah saatnya ketika menempatkan diri didunia nyata lebih mudah daripada dunia maya. Loh, bukannya didunia maya lebih mudah berekspresi?
Di dunia nyata, kita menempatkan diri berdasarkan usia dan status. Meski banyak ketidaksesuaian dalam penempatan diri tersebut, tapi orang tetap bisa menghormati sesuai dengan kedudukannya. Di dunia maya tidak demikian. Kyai saja bisa dibully.
Jadi saya menulis ini karena kemarin ketika sahut-sahutan dengan teman-teman, tiba-tiba ada satu follower (laki-laki) yang nyamber dengan bahasa yang membuat saya tidak suka. Anak ini, kalau dari fotonya paling-paling berumur 20-an. Tapi joke yang dilemparnya terkesan sangat tidak sopan mengingat perbedaan usia yang amat jauh dari saya. Apakah dia tidak tahu perbedaan usia itu? Saya kira dia tahu karena juga berteman dengan ibu-ibu lain di lingkup saya. Dia sudah beberapa kali seperti itu dan tidak pernah saya respon. Herannya, teman-teman saya yang lain merespon. Apakah itu pertanda saya yang terlalu perasa atau kurang piknik? Entahlah hahahaaa... yang jelas saya unfollow saja karena selama ini nggak ada untung ruginya saya follow dia. Nggak kenal-kenal amat.
Tapi itu kemudian menjadi bahan instropeksi tentang cara berteman saya didunia maya. Bagaimanapun ada hal-hal yang nggak pantes lagi saya lakukan, misalnya sok manja atau caper. Sok kecakepan masih boleh dong please biar bisa endorse. Heheheee.... Yang jelas, semakin bertambah usia, seharusnya semakin bijaksana tanpa perlu sok tua.
1. Jon Bonjovi bilang age is just numbers. Itu bener banget. Karenanya harus pandai-pandai menempatkan diri, yaitu dewasa sesuai usia tapi tetap memelihara semangat muda. Masyarakat dunia maya yang egaliter memperlakukan kita hanya berlandaskan apa yang kita posting, baik yang berupa kata-kata maupun foto. Jadi kita yang harus memfilter diri agar respon pertemanan yang didapat sesuai dengan harapan kita. Kita harus berani menambah dan mengurangi yang sudah tercatat dalam daftar pertemanan agar atmosfirnya mendukung harapan kita tersebut. Yang nggak sopan atau ngeyelan, ya tendang saja meskipun teman kenal sudah lama. Masa usia sudah sematang ini masih galau seperti anak alay yang takut followers berkurang karena unfollow orang lain?
Sebaliknya, kita juga harus menjaga ucapan. Apalagi yang berjilbab ini. Sudah usianya matang, eh berjilbab pula, kudu double dalam menjaga ucapan.
2. Ketika terlibat dalam war-waran, pastikan mengerti benar apa yang sedang dibela. Diusia saya ini, dimana pengalaman sudah segudang, bahkan banyak teman yang sudah menjadi pejabat, bergelar S2, S3, masa masih bisa membela sesuatu atau seseorang hanya berdasarkan "katanya" dan hasil copasan WA? Punya TV, laptop canggih, buku ber-rak-rak dan kenalan para ahli, mengapa tidak mempelajarinya sendiri dulu sebelum akhirnya berada di pihak mana agar tidak terlihat konyol. Selain terlihat konyol, kita akan meninggalkan legacy sebagai seorang pembenci yang membabi buta. Kesan yang tentunya tak ingin kita tinggalkan mendekati waktu lengser masa kejayaan kita karena akan susah memperbaikinya lagi.
3. Dunia persilatan blogger kadang rame penuh drama. Tapi begitulah hidup. Jemari tak tahan untuk ikut menyumbang suara. Sebagai orang yang usianya lebih matang, seharusnya bisa bersikap lebih bijaksana, yaitu memberikan solusi atau justru diam saja, bukan malah menambah bahan bakar yang bisa membuat apinya menyambar kemana-mana. Ingat umur ya, bentar lagi masuk neraka, loh.
4. Beda generasi muda dan usia matang adalah bahwa perkembangan generasi muda itu sangat cepat, sementara generasi matang akan melambat. Orang bilang, peak-nya diusia 40. Tapi entahlah, tiap orang berbeda. Bagi yang sudah melampaui masa peak tersebut, seharusnya sudah berada dalam fase tenang, yaitu menjadi lebih supportif terhadap generasi yang lebih muda dan tidak kebanyakan baper. Kalau yang tante-tante gini kebanyakan baper, kemana generasi muda akan mengadu? Halah heheheee....
Generasi muda yang masih dalam pencarian diri memang seringkali terlihat melakukan hal-hal ajaib yang membuat kita geleng-geleng kepala, misalnya posting makeup haul tiap bulan yang entah mau diapain printilan kecantikan setelah itu. Yang jelas nggak bakal habis dalam sebulan dan sudah beli yang baru lagi bulan berikutnya demi konten. Tapi biar sajalah, itu bagian dari eksperimen hidup mereka. Ketika seusianya kitapun melakukan banyak hal aneh tapi sudah tidak kita ingat.
Jadi nggak perlu nyinyir. Sebaliknya, simak saja kalau masih dalam batas wajar, karena generasi muda tahu lebih banyak tentang hal-hal mutakhir. Jangan under-estimate atau malu belajar sama yang muda. Kalau sekiranya kebangetan anehnya, yah dibatin saja dalam hati. Heheheee....
5. Usia matang adalah usia percaya diri, dare to stand alone. Jadi apakah masih ada yang baper kalau nggak diajak nge-gank? Seharusnya di usia tersebut cukup sibuk mengurus keluarga, pekerjaan, bersosialisasi dalam masyarakat dan ibadah. Masa masih baper karena nggak punya teman hangout? Berteman akrab juga bukan berarti harus satu suara karena usia matang itu berarti berani memegang prinsip hidup sendiri meski berbeda dengan para sahabat. Demikian pula ketika yang kita anggap teman dekat tidak melibatkan kita dalam suatu event, apakah masih bikin baper? Menjadi matang itu adalah menyadari bahwa dunia tidak berputar menurut perintah kita. Jadi santai aja keleees. Percaya diri itu tidak hanya soal berani eksis di medsos tapi juga menerima ketika eksistensi didunia maya sudah waktunya menurun.
Seringkali kita merasa bahwa dunia maya itu dua arah, antara kita dan teman-teman kita. Padahal dunia maya itu ratusan juta arah, dimana teman kita hanya sedikit persen dibandingkan dengan seluruh orang yang berhubungan dengan kita di dunia maya, baik yang berinteraksi langsung maupun yang diam-diam mengikuti. Be wise!
14 Comments
Nah ini tentang usia dlm pergaulan di dunia maya, saya terkadang mikir juga apa masih pantas ya saya ngetwit atau nulis di blog dgn gaya tulisan seperti saya belakangan ini.
ReplyDeletePengalaman saya mbak, sudah bbrp kali jumpa dg teman twitter dan teman blogger, saya bernasib selalu yg paling tua...jadi pas jumpa dipanggil bapak atau abah atau om...gak ada yg manggil saya mas...
Satu catatan saja, persahabatan dimanapun terjalinnya dan berapapun usianya, tetap indah. Asal dilakukan dg tulus tanpa pamrih.
Salam dari saya di Sukabumi.
Betul mas, insya Allah dengan ikhlas kita bisa menjadi diri sendiri ;)
DeleteAh, seiring berjalannya waktu saya menjadi lebih dewasa dalam bergaul dan berkata baik di dunia nyata maupun maya. Semua itu karena proses.
ReplyDeleteSaya ga punya banyak temen Mak, cuma beberapa aja tapi pertemanan kami dekat sekali. Dan di masa sekarang, saya udah ga terlalu peduli dengan ribut2 dunmay karena bikin lelah. Cukup tahu dan kasih senyum aja atu malah geleng2.
Harus pintar dan bijak dalam menyikapi apapun karena saat ini memang dunia terasa 'edan' banget. Apa krn saya yg ga gaul, ya. Entahlah, tapi saya enjoy dgn hidup saya.
*lha kok malah curhat nang kene, Mak.
Bener mbak, harus bisa memutuskan yang terbaik untuk diri sendiri. Curhatan disini ditampung kok. Seringkali menginspirasi saya untuk menulis artikel selanjutnya :)
DeleteDunia maya, kadang masih orang ada yang baperan. Atau tersinggungan. Dunia maya berkumpulnya sejuta ide kepala.
ReplyDeleteKadang kita harus bisa mengikuti pola pikiran orang lain, tanpa harus terpengaruh.
Sebagai penulis blog, aku kadang menjadi anak kecil, remaja, dewasa dan orang tua. Ya itulah hebatnya penulis. Bisa menjadi peran apa saja.
Iya sih. Sulitnya kalau personal kita sudah dikenal krn sering event. Jadi aneh kalau tidak sesuai :)
DeleteYang penting tetap harus sabar, dan tidak perlu dihiraukan. Bahkan aku sempat dicaci maki anak seusia SMP. Tapi tidak apalah, itu sebuah pembelajaran melatih mental.
DeleteMemang makin lama jadi makin berpikir ulang ya mbak untuk share di sosmed. Setelah sekian lama juga baru tadi aja update status di FB itu. :d
ReplyDeleteEh... saya ketawa baca yang ini mbak...
Ingat umur ya, bentar lagi masuk neraka, loh.
Ketawa karena inget umur sendiri... *langsung ke pojokan*
Laaah ngapain ke pojokan?
Deleteaku lagi mau bahas ini juga mba, tp dari sisi anak muda. emosi lgi di ubun2 nih wkkwkw,,,perihal umur dan blogger
ReplyDeleteBuruan ditulis. Aku penasaran dg pendapat dari arah sebaliknya :)
DeleteKelemahan dunia Maya karena tidak bertemu pisik langsung, memang beresiko akan menerima umpan balik yang tidak terkontrol apalagi bila berhadapan dengan remaja yang baru mau gede, tinggal sikap kita dalam mengatasinya....salam sukses deh buat mbak Lusiana
ReplyDeleteBener juga ya mba kalau dipikir2, makin matang usia makin melipir dari hingar bingar. Sesekali muncul doang jika pas waktunya dan cocok temanya :) Tapi loh aku masih pengin kemuda2an mbaaa... halah opo kuwi kemuda2an :))
ReplyDeletenyeeessss deh
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji