5 jam menjahit tas ransel di Hartono Mall Jogja ini sebenarnya sudah berlangsung bulan lalu tapi baru saya posting sekarang karena lagi pundung, kemarin sudah membuat draft tentang DIY membuat bookmark ternyata sudah publish beberapa waktu lalu. Kok bisa lupa?
Baca: DIY Bookmark
Selain itu, sebenarnya saya ingin menyimpan saja kegiatan saya diluar aktivitas netizen ini. Lelah juga ya selama ini semua event yang saya ikuti wajib disebarluaskan, wajib live tweet, wajib posting IG dan wajib ngeblog. Kalau perlu harus TT atau Trending Topic No.1. Keberhasilan acara diukur dengan TT dan engagement. Sementara event menjahit tersebut, meskipun juga bersponsor, tapi tujuan akhirnya adalah bisa menjahit. Saya ingin benar-benar menikmatinya. Tapi kemudian saya pikir ya sudahlah diposting saja sebagai dokumentasi. Lagipula saya sudah share fotonya di instagram.
Event menjahit tersebut dikoordinir oleh Jogja Fabric Community (Jaric) yang barusaja saya ikuti.
Sebenarnya mereka sudah lama ada tapi kegiatannya lebih banyak di worskhop, kopdar dan ikut pameran. Mereka juga ada di media sosial, tapi tidak seintensif kegiatan offline-nya. Mereka mengikuti hampir semua pameran yang ada seperti FKY dan pameran-pameran lain di mall. Tentusaja yang dijual adalah karya-karya anggota. Selain itu, masing-masing anggota juga memiliki brand sendiri sehingga semua sibuk berkarya secara offline dan baru online ketika hendak memajang karyanya.
Event tersebut juga merupakan event pertama yang saya ikuti di Jaric karena biasanya diadakan di weekend, sedangkan di weekend lebih sering saya gunakan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Nah, kebetulan event tersebut diadakan hari kerja, jadi saya bisa ikut meskipun seharian.
Tantangan workshop menjahit itu adalah mengangkut mesin jahitnya. Jadi kalau ada yang bertanya harus punya mesin jahit, ya? Hellooo... menurut ngana? Memang sih kadang workshop menjahit ada sponsor pinjaman dari brand mesin jahit, tapi sampai dirumah kan harus praktik. Workshop kali ini tidak ada sponsor pinjaman mesin jahit, jadi harus membawa sendiri.
Meskipun saya bawa mobil dan parkir di VIP, tapi pegel juga mengangkatnya sampai atrium karena mesin jahit saya berbahan besi yang berat banget. Tapi saya tidak mengeluh sama sekali di acara tersebut karena malu dengan teman-teman yang mengangkutnya menggunakan sepeda motor. Ada lho yang membawa mesin jahit jadul warna hitam legendaris itu plus tambahan box kayu karena sudah dimodifikasi dengan dinamo. Bayangin usahanya memodifikasi mesin jahit tersebut. Bayangin beratnya seperti apa. Yang jelas, lebih berat dari mesin jahit saya. Hanya tekad kuat agar bisa menjahit tas ransel kerenlah yang bisa menghapus halangan, rasa capek dan kerepotan ketika membawanya. Jadiii... jangan sampai deh bilang pengin bisa jahit tapi kebanyakan alesan capek, berat, sulit, gak punya mesin jahit bla bla bla didepan saya, ya. Bikin saya bete. Hahahaaa.... Usaha dong, usaha!
Di event tersebut, kami membuat tas ransel yang lucu dengan pocket yang bervolume. Ada 3 ukuran yang ditawarkan: L, M dan S. Saya memilih M karena kalau L takut capek menjahitnya, sedangkan kalau S takut kesulitan menjahit karena parts-nya akan kecil-kecil.
Pembukaan acara hanya berupa perkenalan singkat dari manajeman Hartono Mall Jogja dan langsung mulai menjahit. Panitia sudah menyiapkan meja berikut colokan, sewing kit yang sudah dipotong rapi dan brosur cara membuat tas tersebut. Yang sudah berpengalaman langsung sprint dan hanya sesekali bertanya ke mentor. Meja saya yang dihuni oleh 4 ibu-ibu termasuk yang lemot. Sebenarnya sebelah saya sudah menerima banyak pesanan jilbab, bahkan mendapat orderan khusus haji yang jumlahnya aduhai.
Tapi baru pertama kali ini menjahit tas ransel yang menggunakan teknik krukupan.
Saya barutau ada berbagai teknik menjahit tas supaya rapi dan kuat. Teknik krukupan ini disukai karena pinggiran langsung rapi. Tapi bagi yang tidak berpengalaman seperti saya, teknik ini cukup merepotkan karena lapisan bahan yang tebal dan harus presisi. Tak terhitung berapa kali saya mendedel. Apalagi item yang harus dijahit cukup banyak. Selama setengah durasi saya gunakan hanya untuk membuat pocket depan agar bisa berbentuk kotak bervolume. Walhasil, selama 5 jam tersebut, saya dan 3 teman semeja saya tidak berhasil menyelesaikannya. Sementara yang lainnya bisa pamer tas ransel baru sewaktu foto bersama. Hiks.
Karena penasaran, sesampainya dirumah, saya melanjutkannya dan selesai 2 jam kemudian. Waaah senangnya bukan main karena dari jauh tampilannya sangat cute. Kalau dari dekat, barulah kelihatan ada yang kurang presisi dan ada pula yang jahitannya kurang rapi. Meski begitu dari jadi sampai sekarang, tas tersebut tidak pernah istirahat karena tiap hari dipakai anak saya. Bahagia dong melihat mereka mau mengenakan tas buatan ibunya. Nggak perlu tas bermerk dengan harga mahal.
Tantangan menjahit di mall itu bukan pengunjung sih, walaupun ada yang mendekat untuk bertanya dan memotret saya. Heheheee.... Saya paham kok bahwa kegiatan kami merupakan atraksi yang mengundang perhatian pengunjung. Adapula warga asing yang bertanya banyak dan tampak terpesona dengan kegiatan tersebut. Tantangan sesungguhnya adalah musik yang keras untuk mengundang perhatian dan terus diputar selama 5 jam tersebut. Apalagi Despacito diputar berulang-ulang. Berasa nguing-nguing di kepala seperti habis keluar dari diskotek. Hahahaaa....
Terus, kapok nggak? Enggak dong, malah nagih karena hasilnya bisa seperti itu. Cuma lain kali berharap lagunya Raisa saja atau Payung Teduh. Jadi kalau mewek baper dengar lagunya bisa alesan karena kecucuk jarum. Heheee....
Sebagai catatan, DIY cara membuat tas ransel ini tidak akan saya buat baik di blog maupun di youtube untuk menghargai kerja keras koordinator workshop. Kalau pengin bisa membuat tas ransel seperti ini, silakan ikut workshop-nya dan bayar. Mari menghargai jerih payah dan ketrampilan orang lain.
Sebagai catatan, DIY cara membuat tas ransel ini tidak akan saya buat baik di blog maupun di youtube untuk menghargai kerja keras koordinator workshop. Kalau pengin bisa membuat tas ransel seperti ini, silakan ikut workshop-nya dan bayar. Mari menghargai jerih payah dan ketrampilan orang lain.
9 Comments
Serunya, Mak. Pengalaman berkesan ya.
ReplyDeleteSeru banget :)
Deleteeh...aku juga ikut pelatihan seperti ini dan nyaris.... menulis step by stepnya di blog. bener juga ya. kita harus menghargai usaha orang lain yg membuat workshop. tapi bener sih. ada banyak kegiatan di luar kegiatan sebagai blogger atau buzzer yang menarik dan asyik. Tapi akhirnya terlupakan utk aku tulis di blog krn komitment sebagai blogger dan buzzer yg harus memprioritaskan yg sudah disepakati.
ReplyDeleteKomitmen memang harus diprioritaskan.
Deleteya ampun jahit tas ransel,, aq pengen bisa juga, aq pernah ikut workshop jahit mukena ya ampun itu dari jam 9 sampai jam 4 sore mbak,, capekkkk luar biasa,,, tp seneng akhirnya sampe sekarang mukena-nya kepakai,, aq niat pingin bagi2 ilmunya di blog tp bner deh kata mbak lusi, itu kan workshop yg mau belajar yah hrs ikut workshop-nya yah.. tq udah ngingetin mbak lusi
ReplyDeleteEh aku pengin bisa dong jahit mukena. Nyari tutorialnya ah :))
DeleteAhh serunya. Aku masih nyari-nyari komunitas semacam ini di Semarang juga nih mbak
ReplyDeletePasti ada, hayuk dicari :)
Deletewaa keren mak. pengen juga bisa belajar bikin tas
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji