Dua minggu ini saya mencoba sulam benang. Bagaimana pengalaman, tips dan kesan saya?
Kiri: akun instagram "shivivka". Kanan: akun instagram "cemprutindiecraft" |
Huft, pertama-tama saya harus menghela napas panjang. Wkwkwkwkk.... Kedua, dalam pikiran saya selalu terngiang pertanyaan-pertanyaan keluarga saya. Emang mesin jahitnya nggak bisa buat bordir? Kok nggak dibawa ke Ngasem aja sih?
For your information, saya punya tukang bordir langganan di Ngasem, Jogja, untuk keperluan seragam anak-anak. Satu badge dihargai Rp 5.000,- dan cukup menunggu selama 1 menit. Apalagi jaman sekarang, sudah banyak bordir yang polanya bisa diatur dengan komputer. So why did I do that?
Awalnya saya hanya iseng ingin mengisi kanvas kosong yang menjadi bahan pouch saya. Saya pernah melihat sesama crafter membuatnya. Setelah mencari berbagai pola bunga di internet, saya tertarik dengan lazy daisy. Pola bunga ini mungkin yang paling banyak dibuat para penghobi sulam benang karena mudah.
Benar saja, meski tidak lancar dan hasilnya tidak rapi tapi bagus ketika difoto. Lalu terpikir untuk membuatnya diatas bahan tote bag yang jauh lebih lebar. Kebetulan saya sedang melakukan percobaan membuat tote bag yang ada resletingnya. Tote bag yang banyak beredar di pasaran umumnya tidak menggunakan penutup atau resleting karena konsepnya memang seperti kantong belanja yang bisa dimasuki sebanyak-banyaknya barang. Karena keamanannya yang rawan seperti itu, penggemar tote bag benar-benar memperlakukannya sebagai kantong belanja padahal banyak yang ingin menggunakannya sebagai tas casual juga. Mereka ingin bisa memasukkan dompet dan ponsel ke dalam tote bag.
Nah, mumpung sedang melakukan percobaan tote bag beresleting, sekalian saja bidang yang kosong saya gunakan untuk percobaan menyulam juga. Jika sedang melakukan percobaan, biasanya saya menggunakan blacu karena murah dan mudah dikreasikan. Yang terlintas waktu itu bukanlah gambar tapi tulisan. Tulisan yang besar, tentu saja. Disinilah saya terjebak, duduk berjam-jam dan mendedel bolak-balik. Saya menghadapi tantangan sulam benang yang sesungguhnya.
Karena itu, saya sempatkan menulis artikel ini untuk teman-teman yang tertarik belajar sulam benang. Sulam benang itu meskipun kadang harus mendedel alias membongkar sulaman tapi dapat melatih kesabaran dan fokus kita. Dijamin bikin males buka media sosial menghabiskan waktu buat nyari war. Hidup jadi lebih lebih produktif dan mengurangi drama yang tidak bermanfaat.
Memangnya sulam benang bisa semenarik apa? Nah, cek saja akun instagram shivivka, crafter cantik Rusia atau cemprutindiecraft dari Indonesia.
BROWSING KEKINIAN
Menyulam adalah kerajinan yang sudah ada sejak dulu kala, mendahului aneka kreasi kerajinan yang menggunakan jarum lainnya. Menyulam itu simple karena hanya butuh gunting, jarum, benang dan pembidang. Namun, sulam benang identik dengan ibu-ibu yang sudah sepuh ketika menghabiskan waktu menunggu anak-anaknya mudik dari perantauan. Belum lagi setelah adanya mesin bordir, sulam benang manual makin ditinggalkan. Sulam menempel pada baju-baju paruh baya yang dipandang berlebihan dan norak oleh anak-anak muda.
Karena itu, untuk suka, browsinglah sebanyak-banyak mungkin pola dan aplikasi sulam benang yang sedang tren. Tren sekarang, crafter cenderung menggunakan warna-warna yang cetar dan modern seperti orange terang, kuning atau hijau pupus, serta warna-warna shabby, bukan lagi warna-warna solid. Pola yang digunakan juga lebih bebas dan ekspresif, tidak lagi klasik seperti bunga yang lebar.
Selain itu, sulam benang juga tak lagi melulu harus fungsional, misalnya di baju atau sarung bantal. Sulam benang juga digunakan sebagai hiasan dinding atau gift untuk kesayangan.
MULAI DARI BASIC
Melihat hasil karya yang bagus-bagus, kita mudah terjebak dengan pemikiran, "Ah cuma benang keluar masuk begitu saja, gampang lah. Yang penting kan mengikuti garis pola."
No, tidak begitu. Mulailah dengan berlatih berbagai tusuk dasar yang banyak beredar di internet. Tusuk dasar ini akan dipakai apapun pola yang disulam, termasuk pola buatan sendiri. Hasil karya sulam benang tampak bagus jika jarak antara tusukan sesuai dengan jenisnya. Misalnya, ketika membuat tangkai bunga. Kalau belum benar, jarak antar tusuk akan terlihat panjang pendek tidak rapi.
Cara menusuk juga perlu latihan. Bagi new comer, seringkali ada pikiran, "Halah cuma sedikit ini, nggak perlulah pakai pembidang."
Menyulam dan menjahit biasa itu jelas beda, makanya diperlukan pembidang atau midangan. Alat tersebut dimaksudkan agar kita bisa melakukan tusukan tegak lurus. Yang belum terbiasa akan cenderung menusuk miring seperti ketika menjahit biasa.
MELATIH KESABARAN
Yang paling menonjol dari sulam benang adalah melatih kesabaran. Menyulam adalah tipe kerajinan yang tidak bisa dibetulkan belakangan atau ditutupi jika ada yang salah. Jika melihat kesalahan, wajib bongkar saat itu juga sebelum melangkah lagi. Bahkan jika jarak jahitan berbeda atau ada gap akibat tusukan kurang mepet, harus segera dibongkar saat itu juga. Celah sedikit saja yang tidak terjamah benang, akan kelihatan. Jika terlambat ketahuan, ada potensi benang ruwet sampai bongkar total.
Sebenarnya, benang sulam itu termasuk yang bisa diurai, tidak seperti benang jahit biasa yang jika sudah ruwet lebih baik digunting. Yang penting sabar se sabar-sabarnya.
Karena itu, saya juga melengkapi diri dengan tlusupan atau mata nenek dan pendedel. Tlusupan atau mata nenek digunakan untuk memasukkan benang ke dalam jarum dengan mudah. Dengan tlusupan, kita nggak akan males untuk break kapan saja jika ada kesalahan tusuk. Cara menggunakan mata nenek ini bisa dilihat di akun instagram beyourselfwoman. Pendedel digunakan untuk membongkar tusukan yang salah.
KESAN SAYA
Setelah berhari-hari tidak bergerak untuk menyelesaikan sulaman saya itu, akhirnya saya berpendapat bahwa sulam benang itu sangat menarik. Kegiatan ini bisa menggantikan kebiasaan saya scroll media sosial jika sedang idle. Peralatan sulam benang mudah dibawa, tinggal dimasukkan saja semua ke dalam sebuah kotak. Hanya saja, saya harus memilih pola yang lebih tepat dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Ukuran yang terlalu besar butuh waktu sangat lama untuk menyelesaikannya dan hasilnya juga tidak terlalu bagus jika banyak melakukan kesalahan.
Bagaimana? Ada yang tertarik mencobanya bareng saya?
6 Comments
Kayaknya jaman SMP dulu pernah belajar kayak ginian, pelajaran ketrampilan. Seingat saya mengasyikkan dan bisa lupa waktu, soalnya tanggung kalau belum selesai mau ditinggal
ReplyDeleteSMP ku dulu bikin baju tapi aku nggak bisa :)
DeleteFoto kiri atas, bagus bener hasil jahitan burungnya itu, yang kanan lucuuu.
ReplyDeleteKalo sudah terlatih cepet ya bikin jahitannya, seperti contoh tulisan itu cuma 5 menit dah kelar? Cepetnyaaa.
Enggak mbak. Lama banget itu. 5 menit kalau dibawa ke tukang bordir pake mesin :)
DeleteAku juga suka menyulam Mak, tapi entah dimana pembidangku sekarang hiks hiks
ReplyDeleteSini aku kasih. Tapi punyaku plastik murah meriah heheee
DeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji