Bagi crafter atau penghobi jahit, tumpukan bahan kain sering menjadi masalah jika tidak sempat menata. Padahal caranya mudah saja.
Sudah sejak pagi saya menuliskan judul ini tapi tak segera menulis karena menyimak berita tentang pesawat Lion Air JT610. Saya sering ngeblog sambil membuka tweetdeck. Tiba-tiba ada satu retweet tentang pesawat jatuh. Lalu saya menyimak dari mulai diberitakan hilang kontak. konfirmasi jatuh, hingga ketemu serpihannya. Ya Allah, sedih banget. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.
Sudah 5,5 jam baru bisa sedikit mikir konten ini. Jadi mohon maaf postingan kali agak berantakan kemana-mana.
Bagi penghobi craft, koleksi atau stock bahan kain bisa jadi penyebab kacau balaunya kondisi rumah. Rumah berubah wujud jadi bengkel dengan serakan kain dimana-mana. Nggak bisa deh berharap foto rumah cling seperti penghobi rumah dekor. Beda dengan yang sudah beneran berprofesi menjadi penjahit karena biasanya mereka tidak menumpuk bahan tanpa ada tujuan memenuhi pesanan. Ketika pesanan sudah terpenuhi, bahan tersebut akan habis.
Sedangkan penghobi jahit atau craft menyimpan bahan kain untuk berbagai keperluan, antara lain mencoba pola baru atau bereksperimen sehingga habisnya lama. Kalau penyimpanan tidak rapi, akibatnya membuat suasana rumah berantakan, menjebak debu dan menjadi sarang nyamuk.
Bagi yang memiliki space jahit yang tidak begitu luas seperti saya, mustahil memiliki lemari untuk menyembunyikan stok bahan kain tersebut. Jadi, tak ada jalan lain kecuali menatanya sebisa mungkin agar tidak menganggu pemandangan. Meski stok tak terlalu banyak, ternyata susah juga mendisiplinkan diri menatanya setiap habis menggunting sebagian. Tapi paling tidak, tiap ada waktu luang, daripada bengong di depan TV, lebih baik tangan juga bergerak melipat. Semoga postingan ini juga menjadi pengingat untuk langsung beberes setiap selesai membuat sesuatu daripada harus meluangkan waktu di kemudian hari untuk merapikan tumpukan bahan kain.
Sudah pernah ke toko bahan kain untuk baju? Beda dengan di toko bahan kain kerajinan yang umumnya memajang gulungan besar karena rata-rata lebar kainnya 1,5 meter, toko bahan kain untuk baju lebih rapi dengan deretan sebagian display kain yang sama tinggi dan lebar berbentuk kotak. Kain yang didisplay demikian umumnya punya lebar sekitar 90-115 cm. Kalau toh ada yang lebih lebar, mudah meratakannya karena ketebalan dan kekakuan bahannya tidak seperti bahan untuk kerajinan. Ditengah gulungan kain berbentuk kotak di toko bahan baju tersebut ada papan kayu untuk mempertahankan agar bentuk gulungan konsisten sehingga rapi ditata berjejer di rak 2 atau 3 tingkat. Di ketebalan papan kayu itu ada tempelan kertas yang ditulisi lebar kain dan harga kain per meter. Cara tersebut diadopsi dengan beberapa penyesuaian oleh para crafter dan sudah tersebar di internet.
Umumnya crafter tidak menyimpan terlalu banyak kain karena keterbatasan ruang mereka, jadi cara yang digunakan toko bahan kain baju bisa dilakukan untuk bahan kain kerajinan tanpa kesulitan. Hanya saja, ukuran papan kayu yang terlampau besar untuk di rumah itu diganti dengan bahan lain yang lebih pas. Di luar negeri, sudah dijual papan fiber yang lebih ringan dan kecil dengan bagian untuk menyelipkan kain agar gulungannya tidak mudah ambyar. Papan tersebut juga memiliki bagian yang bisa ditulisi sehingga kita bisa melihat spesifikasi kain tanpa membongkar penataannya.
Tapi tak semua crafter luar menggunakannya karena tentu ada biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, umumnya crafter itu sangat kreatif memanfaatkan sekitar sehingga tidak mudah tergiur untuk membeli peralatan yang tidak produktif. Mereka lalu memilih kardus bekas yang dipotong dengan ukuran seragam. Cara ini bisa diterapkan di Indonesia karena yang siap beli memang belum ada.
Berhubung saya tidak menyimpan banyak kardus bekas, maka saya hanya menggunakan satu potongan kardus bekas sepatu sebagai cetakan agar ukuran lipatan kain sama semua. Kebetulan simpanan bahan kain saya tak banyak, sehingga data kain cukup saya tulis di buku catatan. Kalau stok teman-teman banyak, sebaiknya menggunakan satu potong kardus bekas di tiap lipatan. Lebihkan sedikit panjang potongan tersebut agar bisa ditulisi dengan jenis dan harga kain. Kalau mau lebih lengkap, bisa ditambahkan dimana membeli kain tersebut dan sisa lebar kain yang terus diupdate setiap habis menggunting untuk memudahkan pengecekan kebutuhan bahan jika membutuhkan kain tersebut. Semacam log tags begitu deh kalau di inventory pabrik.
Pertama-tama, potong kardus bekas sesuai kebutuhan menggunakan cutter. Kardus ini saya sesuaikan dengan ukuran lebar rak di rumah. Sedangkan ukuran panjang rak saya bagi 3 sehingga akan ada 3 tumpukan kain.
Setelah itu letakkan potongan kardus di ujung kain lalu gulung beserta kainnya. Hasilnya akan terbentuk lipatan mendatar atau horisontal dengan lebar yang sama dengan lebar potongan kardus.
Setelah itu, cabut potongan kardus tersebut dan posisikan di atas kain. Lipat mengikuti lebar potongan kardus sampai habis. Pada gambar diatas, potongan kardus nampak menyembul ke luar untuk menunjukkan bahwa kain tersebut dilipat mengikuti lebar kardus saja. Seharusnya potongan kardus tersebut di dalam lipatan, tidak kelihatan.
Sekarang kita sudah punya simpanan bahan kain yang terlipat rapi. Lihat foto diatas, di bagian tengah tampak sambungan kain. Cara seperti ini juga bisa mengatasi kain yang telah compang-camping digunting agar terlihat rapi.
Sedangkan penghobi jahit atau craft menyimpan bahan kain untuk berbagai keperluan, antara lain mencoba pola baru atau bereksperimen sehingga habisnya lama. Kalau penyimpanan tidak rapi, akibatnya membuat suasana rumah berantakan, menjebak debu dan menjadi sarang nyamuk.
Bagi yang memiliki space jahit yang tidak begitu luas seperti saya, mustahil memiliki lemari untuk menyembunyikan stok bahan kain tersebut. Jadi, tak ada jalan lain kecuali menatanya sebisa mungkin agar tidak menganggu pemandangan. Meski stok tak terlalu banyak, ternyata susah juga mendisiplinkan diri menatanya setiap habis menggunting sebagian. Tapi paling tidak, tiap ada waktu luang, daripada bengong di depan TV, lebih baik tangan juga bergerak melipat. Semoga postingan ini juga menjadi pengingat untuk langsung beberes setiap selesai membuat sesuatu daripada harus meluangkan waktu di kemudian hari untuk merapikan tumpukan bahan kain.
Sudah pernah ke toko bahan kain untuk baju? Beda dengan di toko bahan kain kerajinan yang umumnya memajang gulungan besar karena rata-rata lebar kainnya 1,5 meter, toko bahan kain untuk baju lebih rapi dengan deretan sebagian display kain yang sama tinggi dan lebar berbentuk kotak. Kain yang didisplay demikian umumnya punya lebar sekitar 90-115 cm. Kalau toh ada yang lebih lebar, mudah meratakannya karena ketebalan dan kekakuan bahannya tidak seperti bahan untuk kerajinan. Ditengah gulungan kain berbentuk kotak di toko bahan baju tersebut ada papan kayu untuk mempertahankan agar bentuk gulungan konsisten sehingga rapi ditata berjejer di rak 2 atau 3 tingkat. Di ketebalan papan kayu itu ada tempelan kertas yang ditulisi lebar kain dan harga kain per meter. Cara tersebut diadopsi dengan beberapa penyesuaian oleh para crafter dan sudah tersebar di internet.
Umumnya crafter tidak menyimpan terlalu banyak kain karena keterbatasan ruang mereka, jadi cara yang digunakan toko bahan kain baju bisa dilakukan untuk bahan kain kerajinan tanpa kesulitan. Hanya saja, ukuran papan kayu yang terlampau besar untuk di rumah itu diganti dengan bahan lain yang lebih pas. Di luar negeri, sudah dijual papan fiber yang lebih ringan dan kecil dengan bagian untuk menyelipkan kain agar gulungannya tidak mudah ambyar. Papan tersebut juga memiliki bagian yang bisa ditulisi sehingga kita bisa melihat spesifikasi kain tanpa membongkar penataannya.
Tapi tak semua crafter luar menggunakannya karena tentu ada biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, umumnya crafter itu sangat kreatif memanfaatkan sekitar sehingga tidak mudah tergiur untuk membeli peralatan yang tidak produktif. Mereka lalu memilih kardus bekas yang dipotong dengan ukuran seragam. Cara ini bisa diterapkan di Indonesia karena yang siap beli memang belum ada.
Berhubung saya tidak menyimpan banyak kardus bekas, maka saya hanya menggunakan satu potongan kardus bekas sepatu sebagai cetakan agar ukuran lipatan kain sama semua. Kebetulan simpanan bahan kain saya tak banyak, sehingga data kain cukup saya tulis di buku catatan. Kalau stok teman-teman banyak, sebaiknya menggunakan satu potong kardus bekas di tiap lipatan. Lebihkan sedikit panjang potongan tersebut agar bisa ditulisi dengan jenis dan harga kain. Kalau mau lebih lengkap, bisa ditambahkan dimana membeli kain tersebut dan sisa lebar kain yang terus diupdate setiap habis menggunting untuk memudahkan pengecekan kebutuhan bahan jika membutuhkan kain tersebut. Semacam log tags begitu deh kalau di inventory pabrik.
Berikut cara melipat bahan kain craft untuk disimpan di rumah!
Pertama-tama, potong kardus bekas sesuai kebutuhan menggunakan cutter. Kardus ini saya sesuaikan dengan ukuran lebar rak di rumah. Sedangkan ukuran panjang rak saya bagi 3 sehingga akan ada 3 tumpukan kain.
Setelah itu letakkan potongan kardus di ujung kain lalu gulung beserta kainnya. Hasilnya akan terbentuk lipatan mendatar atau horisontal dengan lebar yang sama dengan lebar potongan kardus.
Setelah itu, cabut potongan kardus tersebut dan posisikan di atas kain. Lipat mengikuti lebar potongan kardus sampai habis. Pada gambar diatas, potongan kardus nampak menyembul ke luar untuk menunjukkan bahwa kain tersebut dilipat mengikuti lebar kardus saja. Seharusnya potongan kardus tersebut di dalam lipatan, tidak kelihatan.
Sekarang kita sudah punya simpanan bahan kain yang terlipat rapi. Lihat foto diatas, di bagian tengah tampak sambungan kain. Cara seperti ini juga bisa mengatasi kain yang telah compang-camping digunting agar terlihat rapi.
Setelah lipatan bahan kain terbentuk, potongan kardus saya cabut dan simpan untuk dipakai lagi lain waktu seperti foto paling atas setelah judul artikel. Tapi jika teman-teman punya kardus yang banyak, potongannya tidak perlu dicabut. Lebihkan panjang potongan kardus sehingga bisa ditulisi seperti foto diatas.
Tulisan di foto atas hanya sebagai contoh alakadarnya karena saya tidak menggunakannya. Teman-teman bisa membuat yang lebih baik. Untuk contoh tersebut, saya menggunakan isolasi kertas sebagai alas menulis. Kalau sudah penuh bisa dikopek atau bisa juga langsung ditimpa dengan isolasi kertas lagi. Disitu tertulis:
- Jenis kain: kanvas lokal
- Tempat pembelian: Toko Liman
- Harga per meter: Rp 36.000,- per meter
- Lebar kain: 1,5 meter
- Panjang ketika pertama kali dilipat: 2 meter
- Lebar kain setelah digunting: tetap 1,5 meter (update jika suatu saat digunting)
- Panjang kain setelah digunting: 1,5 meter (update jika nanti digunting lagi)
Demikianlah tips menata dan menyimpan bahan kain di rumah dari saya. Semoga bermanfaat.
Jangan lupa berdoa tiap kali bangun tidur agar kita dan orang-orang yang kita sayangi lancar berkegiatan hari itu tanpa halangan berarti dan doa syukur ketika akan tidur lagi. Tiada daya kita sebagai manusia. Allah SWT maha besar.
4 Comments
Masya Allah, rajin beeeut. Dibanding aku yg cuma sebatas lipet2 lalu tumpuk. Lanjutkeun mbakyuu!
ReplyDeleteKalau pas kumat mbak heheee
DeletePingin banget bisa jahit mbak.. huhu.. pernah nyoba pake mesin jahit mini tapi kurang sreg gitu rasanya.. hahaha.. harusnya nyoba pake mesin yang beneran ya..
ReplyDeleteSama mbak, mesin jahit mini cuma sekali pakai trus tak masukin kardusnya lagi hehee
DeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji