Berdasarkan pemaparan Ibu Siti Alfiah, S.Psi., SH, MH, Kepala BNN Sleman, daerah tempat saya tinggal termasuk yang paling rawan penyalahgunaan narkoba di Daerah Istimewa Yogyakarta. Saya sama sekali tidak menyangkal hal itu.
Beberapa bulan lalu, di group whatsapp (WA) kampung saya mengumumkan berita duka. Seorang pemuda yang rumahnya berselisih 2 gang dari rumah saya, tewas akibat miras oplosan. Sudah menjadi tradisi di kampung kami untuk berbondong-bondong takziah ke rumah duka, apapun penyebab kematiannya, kenal maupun tidak. Beberapa minggu kemudian, kami juga berbondong-bondong ke rumah itu lagi untuk menengok sang ayah yang terkena stroke. Kemungkinan karena kaget dengan kenyataan yang menimpa putranya. Tak lama kemudian, sang ayah pun meninggal dunia akibat stroke tersebut.
Siapa yang tak kaget? Meski dekat dengan kota, kampung kami tidaklah ramai. Tak seperti kampung-kampung penyangga kota Yogyakarta lainnya yang pada umumnya padat dan hiruk pikuk. Selepas maghrib, suasana langsung sepi. Kebanyakan berada didalam rumah. Tak ada pemuda-pemuda yang nongkrong tak jelas, klithih, geng motor, apalagi preman.
Sumber: BNN Sleman |
Tapi melihat statistik yang dipaparkan oleh bu Siti, rasanya kok sesuai dengan kenyataan. Lalu bagaimana? Masa harus pindah? Waktu membeli rumah mungil ini, kami mendapat harga yang bagus mengingat wilayah ini dikenal sebagai daerah perumahan mahal di DIY, diluar kota Yogyakarta. Jarak dari kota juga tidak terlalu jauh. Dekat dengan 2 mall, pusat grosir dan kampus-kampus. Sayang, kan?
Bertahan di daerah yang terbukti MERAH atau paling rawan penyalahgunaan narkoba itu sangat menantang. Saya tidak menggunakan kata "berat" karena memang tanda-tandanya tidak ada dan tidak pernah merasa terganggu dengan peredaran narkoba. Tahu-tahu sudah ada korban. Kalau dipikir, tiap ada korban atau penggerebekan, kebanyakan memang di wilayah ini meski jauh dari rumah.
Lagi-lagi sesuai dengan kenyataan bahwa tempat tinggal saya adalah wilayah yang ayem tentrem, desa telah ditetapkan menjadi garda terdepan menghadapi penyalahgunaan narkoba. Desa saya memiliki kondisi-kondisi khusus yang patut diwaspadai:
1. Dekat beberapa kampus dan pusat perbelanjaan modern.
Ini maknanya banyak rumah atau bangunan yang dijadikan kos mahasiswa dan karyawan pusat perbelanjaan. Sebelah rumah saya sendiri juga disewakan. Tiap tahun penghuninya ganti dan saya tidak pernah kenal. Tahun lalu dihuni oleh banyak sekali pemuda, dilihat dari banyaknya sepeda motor dan mobil yang terparkir. Padahal kamarnya hanya tiga. Tahun ini, penghuninya berkurang, hanya beberapa pemuda tapi saya juga tidak tahu mereka bekerja atau kuliah dimana.
Bahkan saya tidak kenal dengan pemilik asli rumah tersebut. Pernah sekali ketemu tapi sepertinya mereka memang tidak mau akrab selain urusan sewa menyewa. Jadi saya juga tidak tergerak untuk ikut mengawasi, apalagi ikut campur tangan jika terjadi sesuatu dengan penyewanya.
GKR Hemas, istri Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat, sudah beberapa kali mengingatkan tentang pengawasan terhadap kos-kosan. Sebenarnya ini bisa dilakukan di lingkungan sekitar, tak perlu gerakan yang terlalu besar. Tapi nyatanya itu sulit dilakukan karena tujuan pemilik rumah asli banyak yang hanya investasi tanpa pernah mengawasi kos atau kontrakan tersebut.
2. Pertumbuhan aparteman yang cukup cepat.
Tak jauh dari kampung kami sudah beroperasi satu apartemen dan sedang dibangun dua apartemen lagi. Meski tidak sebesar apartemen di Jakarta tapi sangat besar untuk DIY. Fasilitas yang menonjol dari apartemen adalah privacy. Penghuni tidak perlu lapor Ketua RT, tidak perlu ikut arisan, bahkan tidak perlu saling sapa.
Bukankah di kota lain sama saja dan aman saja? Masalahnya pasar apartemen terbesar disini adalah mahasiswa, remaja-remaja yang baru saja lepas dari pengawasan orangtua. Orang dewasa saja bisa dengan mudah terjerat penyalahgunaan narkoba, apalagi usia-usia mereka?
Mahasiswa sekarang tidak seperti dulu meski masih sangat banyak yang tinggal di kos murah di gang-gang sempit. Sekarang banyak mahasiswa yang tinggal di kos-kos eksklusif yang punya garasi untuk mobil mereka. Kemajuan ekonomi bangsa berimbas pada kemampuan para orangtua untuk membayar kos yang jauh lebih baik. Mereka akhirnya memutuskan untuk membeli ruang di apartemen saja daripada membayar kos. Jika kuliah sudah selesai, unit tersebut akan menjadi tabungan investasi.
NARKOBA ITU APA?
Sumber: BNN Sleman |
Foto diatas adalah yang termasuk dalam narkoba. Yang menjadi masalah adalah penyalahgunaannya. Heroin, ganja atau berbagai pil terlarang itu adalah bisnis yang mendatangkan sekaligus menguras banyak uang. Bandarnya akan kaya raya tapi penggunanya akan kecanduan dan bangkrut. Setelah bangkrut, para pecandu akan beralih ke narkoba yang lebih murah misalnya ngelem atau miras oplosan. Efeknya sih sama saja, merusak diri sendiri dan keluarga. Contohnya tetangga saya tadi, tidak hanya dia sendiri yang akhirnya tewas tapi juga mengorbankan sang ayah meski tak secara langsung.
BAGAIMANA NARKOBA DISALAHGUNAKAN?
Lagi-lagi sesuai dengan kenyataan bahwa tempat tinggal saya adalah wilayah yang ayem tentrem, desa telah ditetapkan menjadi garda terdepan menghadapi penyalahgunaan narkoba. Desa saya memiliki kondisi-kondisi khusus yang patut diwaspadai:
1. Dekat beberapa kampus dan pusat perbelanjaan modern.
Ini maknanya banyak rumah atau bangunan yang dijadikan kos mahasiswa dan karyawan pusat perbelanjaan. Sebelah rumah saya sendiri juga disewakan. Tiap tahun penghuninya ganti dan saya tidak pernah kenal. Tahun lalu dihuni oleh banyak sekali pemuda, dilihat dari banyaknya sepeda motor dan mobil yang terparkir. Padahal kamarnya hanya tiga. Tahun ini, penghuninya berkurang, hanya beberapa pemuda tapi saya juga tidak tahu mereka bekerja atau kuliah dimana.
Bahkan saya tidak kenal dengan pemilik asli rumah tersebut. Pernah sekali ketemu tapi sepertinya mereka memang tidak mau akrab selain urusan sewa menyewa. Jadi saya juga tidak tergerak untuk ikut mengawasi, apalagi ikut campur tangan jika terjadi sesuatu dengan penyewanya.
GKR Hemas, istri Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat, sudah beberapa kali mengingatkan tentang pengawasan terhadap kos-kosan. Sebenarnya ini bisa dilakukan di lingkungan sekitar, tak perlu gerakan yang terlalu besar. Tapi nyatanya itu sulit dilakukan karena tujuan pemilik rumah asli banyak yang hanya investasi tanpa pernah mengawasi kos atau kontrakan tersebut.
2. Pertumbuhan aparteman yang cukup cepat.
Tak jauh dari kampung kami sudah beroperasi satu apartemen dan sedang dibangun dua apartemen lagi. Meski tidak sebesar apartemen di Jakarta tapi sangat besar untuk DIY. Fasilitas yang menonjol dari apartemen adalah privacy. Penghuni tidak perlu lapor Ketua RT, tidak perlu ikut arisan, bahkan tidak perlu saling sapa.
Bukankah di kota lain sama saja dan aman saja? Masalahnya pasar apartemen terbesar disini adalah mahasiswa, remaja-remaja yang baru saja lepas dari pengawasan orangtua. Orang dewasa saja bisa dengan mudah terjerat penyalahgunaan narkoba, apalagi usia-usia mereka?
Mahasiswa sekarang tidak seperti dulu meski masih sangat banyak yang tinggal di kos murah di gang-gang sempit. Sekarang banyak mahasiswa yang tinggal di kos-kos eksklusif yang punya garasi untuk mobil mereka. Kemajuan ekonomi bangsa berimbas pada kemampuan para orangtua untuk membayar kos yang jauh lebih baik. Mereka akhirnya memutuskan untuk membeli ruang di apartemen saja daripada membayar kos. Jika kuliah sudah selesai, unit tersebut akan menjadi tabungan investasi.
3. Malam yang terus hidup.
Ketika sudah larut dan jalanan sepi, kehidupan tak jauh dari kampung kami tetap hidup. Ada 3 night club besar, beberapa cafe dan angkringan 24 jam.
Ketika sudah larut dan jalanan sepi, kehidupan tak jauh dari kampung kami tetap hidup. Ada 3 night club besar, beberapa cafe dan angkringan 24 jam.
Meski agak jauh dari kampung kami, tapi karena jalan besar yang dilalui sama. Mau tak mau kami tahu keberadaan night club tersebut. Bahkan jika sedang ada event dengan sponsor merk minuman beralkohol terkenal, spanduk promosinya dipasang di jalan menuju kampung kami.
Seringkali pecandu narkoba itu menyembunyikan ketergantungannya. Banyak cara yang mereka lakukan, yang biasanya dimulai dengan berbohong. Nah, hati-hati ini para orangtua! Harus sering cek kondisi keuangan putra-putri yang kos. Yang serumah pun tak boleh lengah. Serumah tak berarti semuanya baik-baik saja.
Jangan sungkan untuk telepon ke pengelola kos menanyakan apakah uang sewa sudah dibayarkan. Mintalah kwitansi pembayaran uang semesteran. Jangan sampai jadi orang terakhir yang tahu kalau mereka sudah non aktif di kampus. Sebenarnya banyak juga anak usia SMA yang sudah mulai kos di Jogja. Tapi untuk anak SMA, sekolah akan langsung menghubungi orangtua jika beberapa hari saja murid tersebut tidak masuk.
Bertahan di daerah yang paling rawan penyalahgunaan narkoba di DIY itu sebenarnya gampang-gampang susah. Gampang karena memang tidak pernah merasa terganggu secara langsung. Susah karena bahayanya sangat banyak tapi semua laten alias tidak kelihatan secara langsung. Namun BNN sudah mengeluarkan rekomendasi pencegahan yang bisa kita ikuti.
Secara riil, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba:
1. Peduli tetangga.
Meski tadinya malas berurusan dengan tetangga yang tak mau akrab, tapi setelah menyimak pemaparan bu Siti, saya sadar bahwa apapun yang terjadi di sekitar saya bisa berimbas ke keluarga saya. Jadi saya tidak bisa cuek begitu saja. Minimal saya harus sigap menelepon satpam atau ketua RT jika mendengar atau melihat sesuatu yang mencurigakan.
Peduli dengan tetangga itu tak sama dengan memata-matai. Tak perlu mondar-mandir mengganggu remaja tetangga sedang diapeli pacarnya. Peduli itu berarti mengasah kepekaan jika ada sesuatu yang tidak beres.
Mungkin teman-teman masih ingat kisah keluarga dosen di Jawa Barat yang menelantarkan 5 anaknya karena orangtua mereka kecanduan narkoba. Yah, kecanduan seringkali tidak sendiri tapi juga menimpa orang terdekatnya. Yang mengecewakan, para tetangga agak terlambat mengetahui hal itu meski akhirnya anak-anak berhasil diselamatkan oleh polisi. Mestinya, jika melihat ada anak-anak yang terlantar atau mendengar ada anak-anak yang menangis disiksa, tak perlu sungkan untuk segera campur tangan.
2. Sensitif terhadap tanda-tanda.
Orangtua cenderung menjaga jarak dengan pergaulan putra-putri remajanya. Alasannya bermacam-macam, antara lain tidak ingin mengganggu kenyamanan mereka, takut mereka merasa tidak dipercaya, sibuk bekerja dan sebagainya. Namun sesekali, carilah alasan untuk berkenalan, minimal sekedar menyapa. Adakah yang sesuai dengan tanda-tanda penyalahgunaan narkoba di atas? Jika ada, segera mulai pendekatan intensif dengan putra-putri kita karena kecanduan narkoba itu paling banyak akibat dikenalkan oleh teman-teman mereka sendiri.
3. Bantu yang sudah kecanduan.
Bantu disini bukan membantu untuk sembuh dari kecanduan karena kita bukanlah ahlinya. Bantu disini adalah dengan mengajak pecandu untuk melapor ke IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor). Untuk wilayah Sleman, bu Siti menjamin, yang melapor tidak akan diproses hukum, malah akan dibantu untuk bertobat dan sembuh dari kecanduan. Jika tertangkap polisi sebelum sempat lapor ke IPWL, akibatnya akan runyam karena pecandu akan diproses secara hukum. Alasan apapun, termasuk sudah berencana lapor ke IPWL tapi keduluan kena razia, tidak akan diterima.
Nah, loh! Ayo segera bertobat dan lapor ke IPWL ya.
4. Laporkan kecurigaan penyalahgunaan narkoba.
Jika teman-teman mencurigai ada penyalahgunaan narkoba tapi lebih serius dari pecandu, misalnya dia juga seorang preman, terjadi di sebuah angkringan atau malah kemungkinan pengedar, jangan bertindak sendiri ya. Selain membahayakan diri sendiri, juga untuk menghindari kemungkinan hilangnya barang bukti.
5. Membuat konten yang membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Teman-teman punya keahlian merangkai kata untuk membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba. Selain blog, teman-teman punya akun media sosial yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan.
Tak perlu berkecil hati jika jumlah pageview dan followers belum sampai beribu-ribu. Sebagaimana narkoba, perbuatan baik juga menular kok. Mungkin hanya 500 orang yang membaca artikel kita di blog. Tapi jika 500 ini menyebarkan lagi masing-masing ke 10 orang saja sudah jadi 1000 orang. Apalagi kalau dari 5000 orang itu punya anak, adik atau kenalan yang rentan godaan narkoba, insya Allah manfaat blog kita menyebar kemana-mana.
Tak perlu terkungkung dengan niche blog karena sesunggahnya narkoba ini sudah menjadi masalah penting bagi kita semua. Hasil survei BNN dan UI tahun 2017 menunjukkan bahwa ada 3,3 juta pengguna narkoba di Indonesia dengan jumlah kematian 30 orang per hari akibat overdosis. Tahun 2008 Sleman pernah menduduki ranking 2 prevalensi angka penyalahguna narkoba. Berkat kerja keras bersama, tahun 2017 sudah turun ke peringkat 31.
Kita bisa menulis tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba dari berbagai sudut sesuai dengan demografi pembaca utama blog kita. Blog beyourselfwoman ini, misalnya. Karena ber-niche craft dan DIY (Do It Yourself), pengunjung blog saya kebanyakan adalah perempuan, terutama para ibu. Jadi, sudut pandang saya yang saya ambil pun dari sudut pandang seorang ibu. Selain agar lebih komunikatif, juga agar tulisan saya lebih berjiwa karena saya tahu apa yang saya bicarakan.
Iqbal Aji Daryono, penulis di berbagai media online dan buku, seperti detik.com, mojok.co, kumparan dan masih banyak lagi, berbagi kiat membuat konten yang bisa digunakan blogger untuk membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Kita bisa menulis hal-hal yang positif maupun yang negatif tentang penyalahgunaan narkoba. Yang lebih efektif tentu saja yang dramatis. Hal-hal negatif kita ceritakan agar yang belum menjadi pecandu bisa merenungkan akibatnya sebelum terjerumus.
Peristiwa-peristiwa penuh tragedi seperti kisah nyata tentang tetangga saya diatas akan mudah terekam dalam pikiran pembaca dibandingkan dengan informasi berupa definisi berbagai hal tentang narkoba dan statistik periodik. Yang penting jangan melebihkan cerita sebenarnya dan tetap menjaga kerahasiaan identitas yang terlibat.
Penyalahgunaan narkoba tidak memandang latar belakang seseorang. Dari anak sebuah keluarga sederhana seperti tetangga saya, dosen, sampai diva sekelas Demi Lovato dan Whitney Houston. Buatlah konten yang membekas dalam ingatan pembaca sehingga tak sedikitpun ingin mencoba narkoba. Karena sekali mencoba, akan terbentang jalan yang panjang dan menyakitkan untuk bisa keluar lagi dari jeratannya.
Miris juga ketika anak-anak bertanya Jack Daniel's itu apa?
Begitu keluar dari gang kampung kami, akan ditemui banyak beberapa cafe. Daerah dekat kami memang terkenal sebagai tempatnya nongkrong, ngopi dan makan. Selain terdapat banyak rumah makan jujugan warga Jogja dan tamu-tamu mereka, daerah tersebut juga merupakan tempat nongkrong favorit anak muda. Beberapa buka 24 jam dan digunakan para mahasiswa untuk nugas alias mengerjakan tugas. Namun, anak muda yang stress dan mencari pelampiasan juga banyak.
Angkringan saya sebutkan bukan tanpa alasan. Menurut bu Siti, angkringan juga menjadi perantara penyalahgunaan narkoba. Kondisinya yang santai dan remang-remang menjadi tempat nongkrong murah meriah sekaligus untuk kamuflase para pengedar. Sedihnya, anak-anak dibawah umur disinyalir terpapar penyalahgunaan narkoba dari tempat-tempat nyaman seperti ini. Mereka kan tidak mungkin masuk night club karena belum cukup umur atau masuk cafe karena mahal. Lagipula, angkringan ada di semua kampung dan di semua pengkolan.TANDA-TANDA KECANDUAN NARKOBA
Seringkali pecandu narkoba itu menyembunyikan ketergantungannya. Banyak cara yang mereka lakukan, yang biasanya dimulai dengan berbohong. Nah, hati-hati ini para orangtua! Harus sering cek kondisi keuangan putra-putri yang kos. Yang serumah pun tak boleh lengah. Serumah tak berarti semuanya baik-baik saja.
Jangan sungkan untuk telepon ke pengelola kos menanyakan apakah uang sewa sudah dibayarkan. Mintalah kwitansi pembayaran uang semesteran. Jangan sampai jadi orang terakhir yang tahu kalau mereka sudah non aktif di kampus. Sebenarnya banyak juga anak usia SMA yang sudah mulai kos di Jogja. Tapi untuk anak SMA, sekolah akan langsung menghubungi orangtua jika beberapa hari saja murid tersebut tidak masuk.
Sumber: BNN Sleman |
Sumber: BNN Sleman |
MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Bertahan di daerah yang paling rawan penyalahgunaan narkoba di DIY itu sebenarnya gampang-gampang susah. Gampang karena memang tidak pernah merasa terganggu secara langsung. Susah karena bahayanya sangat banyak tapi semua laten alias tidak kelihatan secara langsung. Namun BNN sudah mengeluarkan rekomendasi pencegahan yang bisa kita ikuti.
Secara riil, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba:
1. Peduli tetangga.
Meski tadinya malas berurusan dengan tetangga yang tak mau akrab, tapi setelah menyimak pemaparan bu Siti, saya sadar bahwa apapun yang terjadi di sekitar saya bisa berimbas ke keluarga saya. Jadi saya tidak bisa cuek begitu saja. Minimal saya harus sigap menelepon satpam atau ketua RT jika mendengar atau melihat sesuatu yang mencurigakan.
Peduli dengan tetangga itu tak sama dengan memata-matai. Tak perlu mondar-mandir mengganggu remaja tetangga sedang diapeli pacarnya. Peduli itu berarti mengasah kepekaan jika ada sesuatu yang tidak beres.
Mungkin teman-teman masih ingat kisah keluarga dosen di Jawa Barat yang menelantarkan 5 anaknya karena orangtua mereka kecanduan narkoba. Yah, kecanduan seringkali tidak sendiri tapi juga menimpa orang terdekatnya. Yang mengecewakan, para tetangga agak terlambat mengetahui hal itu meski akhirnya anak-anak berhasil diselamatkan oleh polisi. Mestinya, jika melihat ada anak-anak yang terlantar atau mendengar ada anak-anak yang menangis disiksa, tak perlu sungkan untuk segera campur tangan.
2. Sensitif terhadap tanda-tanda.
Orangtua cenderung menjaga jarak dengan pergaulan putra-putri remajanya. Alasannya bermacam-macam, antara lain tidak ingin mengganggu kenyamanan mereka, takut mereka merasa tidak dipercaya, sibuk bekerja dan sebagainya. Namun sesekali, carilah alasan untuk berkenalan, minimal sekedar menyapa. Adakah yang sesuai dengan tanda-tanda penyalahgunaan narkoba di atas? Jika ada, segera mulai pendekatan intensif dengan putra-putri kita karena kecanduan narkoba itu paling banyak akibat dikenalkan oleh teman-teman mereka sendiri.
3. Bantu yang sudah kecanduan.
Bantu disini bukan membantu untuk sembuh dari kecanduan karena kita bukanlah ahlinya. Bantu disini adalah dengan mengajak pecandu untuk melapor ke IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor). Untuk wilayah Sleman, bu Siti menjamin, yang melapor tidak akan diproses hukum, malah akan dibantu untuk bertobat dan sembuh dari kecanduan. Jika tertangkap polisi sebelum sempat lapor ke IPWL, akibatnya akan runyam karena pecandu akan diproses secara hukum. Alasan apapun, termasuk sudah berencana lapor ke IPWL tapi keduluan kena razia, tidak akan diterima.
Nah, loh! Ayo segera bertobat dan lapor ke IPWL ya.
4. Laporkan kecurigaan penyalahgunaan narkoba.
Jika teman-teman mencurigai ada penyalahgunaan narkoba tapi lebih serius dari pecandu, misalnya dia juga seorang preman, terjadi di sebuah angkringan atau malah kemungkinan pengedar, jangan bertindak sendiri ya. Selain membahayakan diri sendiri, juga untuk menghindari kemungkinan hilangnya barang bukti.
Laporkan saja ke BNN! Untuk Sleman, hubungi nomor ponsel 081915566669 yang siap menerima pengaduan selama 24 jam.
Sering kan mendengar atau melihat berita tentang penggerebekan bandar narkoba sebagai hasil pengaduan masyarakat? Nah, antara lain caranya seperti diatas.Kiri: ibu Siti Alfiah. Kanan: mas Iqbal Aji Darsono. |
5. Membuat konten yang membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Teman-teman punya keahlian merangkai kata untuk membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba. Selain blog, teman-teman punya akun media sosial yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan.
BLOGGER MEMBANTU PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Tak perlu berkecil hati jika jumlah pageview dan followers belum sampai beribu-ribu. Sebagaimana narkoba, perbuatan baik juga menular kok. Mungkin hanya 500 orang yang membaca artikel kita di blog. Tapi jika 500 ini menyebarkan lagi masing-masing ke 10 orang saja sudah jadi 1000 orang. Apalagi kalau dari 5000 orang itu punya anak, adik atau kenalan yang rentan godaan narkoba, insya Allah manfaat blog kita menyebar kemana-mana.
Tak perlu terkungkung dengan niche blog karena sesunggahnya narkoba ini sudah menjadi masalah penting bagi kita semua. Hasil survei BNN dan UI tahun 2017 menunjukkan bahwa ada 3,3 juta pengguna narkoba di Indonesia dengan jumlah kematian 30 orang per hari akibat overdosis. Tahun 2008 Sleman pernah menduduki ranking 2 prevalensi angka penyalahguna narkoba. Berkat kerja keras bersama, tahun 2017 sudah turun ke peringkat 31.
Kita bisa menulis tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba dari berbagai sudut sesuai dengan demografi pembaca utama blog kita. Blog beyourselfwoman ini, misalnya. Karena ber-niche craft dan DIY (Do It Yourself), pengunjung blog saya kebanyakan adalah perempuan, terutama para ibu. Jadi, sudut pandang saya yang saya ambil pun dari sudut pandang seorang ibu. Selain agar lebih komunikatif, juga agar tulisan saya lebih berjiwa karena saya tahu apa yang saya bicarakan.
Iqbal Aji Daryono, penulis di berbagai media online dan buku, seperti detik.com, mojok.co, kumparan dan masih banyak lagi, berbagi kiat membuat konten yang bisa digunakan blogger untuk membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Kita bisa menulis hal-hal yang positif maupun yang negatif tentang penyalahgunaan narkoba. Yang lebih efektif tentu saja yang dramatis. Hal-hal negatif kita ceritakan agar yang belum menjadi pecandu bisa merenungkan akibatnya sebelum terjerumus.
Kalau sudah mencandu narkoba sih boro-boro membaca blog, ya.
Mau membelanjakan uangnya untuk makan dibandingkan untuk beli narkoba saja butuh perjuangan. Yang seperti ini jurusannya ke panti rehabilitasi saja.Peristiwa-peristiwa penuh tragedi seperti kisah nyata tentang tetangga saya diatas akan mudah terekam dalam pikiran pembaca dibandingkan dengan informasi berupa definisi berbagai hal tentang narkoba dan statistik periodik. Yang penting jangan melebihkan cerita sebenarnya dan tetap menjaga kerahasiaan identitas yang terlibat.
Penyalahgunaan narkoba tidak memandang latar belakang seseorang. Dari anak sebuah keluarga sederhana seperti tetangga saya, dosen, sampai diva sekelas Demi Lovato dan Whitney Houston. Buatlah konten yang membekas dalam ingatan pembaca sehingga tak sedikitpun ingin mencoba narkoba. Karena sekali mencoba, akan terbentang jalan yang panjang dan menyakitkan untuk bisa keluar lagi dari jeratannya.
8 Comments
postingan ini sangat-sangat bermanfaat sekali, ajakan untuk menyalurkan berkat untuk orang lain pun menurut saya milenial sekali, Blogger sebagai media untuk mengkampanyekan bahaya laten narkoba, inspirasi sekali bu Lusi, salam sukses selalu
ReplyDeleteTerima kasih mas :))
DeleteSedih banget gara2 miras oplosan :( Narkoba juga mengerikan banget, semoga negara kita semakin bebas narkoba ya.. Semoga aja dengan banyak tulisan2 dari Blogger dan media lain untuk sama2 bekerja sama kita perangi narkoba, makin banyak hati siapapun tergerak supaya terhindar dari Narkoba.
ReplyDeleteIya mbak, kasihan ortunya jadi ngenes sampai meninggal gitu.
DeleteWah, miris ya ... Jogja yang terkenal dengan kota pelajar dan akar budaya yang masih sangat dipertahankan dalam keseharian ternyata juga mempunyai masalah dengan narkoba. Jadi semakin menyadari dan waspada bahwa bahaya narkoba selalu mengintai keluarga dan lingkungan terdekat kita. Duuuh mba Lusi, semoga anak-anak kita terhindar dari ikut-ikutan mencoba narkoba yaaa. Aah jadi langsung kepengen jengukin si kembar nih di rumah kontrakannya di Bandung sana.
ReplyDeleteNarkoba nggak kenal kota pelajar mbak, malah itu bisa dijadikan tameng pengedar. Insya Allah si kembar anak2 yg baik. :))
DeleteMakasih infonya mbak. Saya jadi tahu harus apa dan ke mana jika melihat orang-orang sekitar saya yg 'mencurigakan'. Tulisan ini membuat saya jadi lebih terbuka dan mencoba utk lebih peka lagi. Semoga anak anak kita senantiasa dilindungi dan diselamatkan dari jerat narkoba
ReplyDeleteSemoga anak2 kita terhindar dari godaan ya mbak :)
DeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji