Bagaimana mungkin memimpin sebuah bisnis Life Asurance jika tidak memahami kebutuhan paling dasar dari hidup seorang manusia? Jumat, 28 April 2019 lalu, program CSR PT Prudential Life Asurance (Prudential Indonesia) bekerjasama dengan Habitat for Humanity Indonesia membawa para karyawan sebagai relawan bedah rumah di Selopamioro, Imogiri, Bantul sebegai implementasi Community Investment.
Selopamioro adalah sebuah desa di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY. Seperti umumnya desa-desa kabupaten di DIY, Selopamioro dibagi menjadi beberapa dusun. Wilayah dusun sangat luas, lebih luas dari RW. Karena itu, wilayah desanyapun sangat luas, lebih luas dari desa-desa di perkotaan. Bentang alam Selopamioro didominasi persawahan dan perbukitan kapur. Ini merupakan tantangan alam tersendiri bagi warga maupun aparat desa untuk terhubungan satu dengan yang lainnya.
Pekerjaan utama masyarakat Selopamioro adalah peternak, berikutnya petani. Karena itu, warga Selopamioro sangat bergantung dengan alam untuk mendukung peternakan dan pertanian mereka. Meski berada diantara perbukitan kapur, sawah di daerah ini didukung oleh aliran Sungai Oya, sehingga tidak kekurangan air. Pemandangan sawah sangat menyegarkan mata itu mengurangi rasa gerah akibat cuaca panas.
Kebutuhan air yang sulit adalah untuk kebutuhan rumah tangga karena tidak banyak sumur yang dibuat disana. Yah, bayangin saja membuat sumur di daerah kapur tentu tak semudah di tanah biasa. Warga harus pandai memilih lokasi yang bisa digali dengan mudah.
Sungai Oya memiliki pesona tersendiri. Beberapa operator mencoba mengembangkan wisata disana, misalnya wisata susur sungai. Beberapa spot menarik juga telah diunggah beberapa orang di instagram, misalnya Lemah Rubuh. Perangkat desa tak kalah aktif mengembangkan wisata dengan merintis pujasera dan wisata edukasi.
Namun demikian, Sungai Oya juga menjadi sumber bencara beberapa kali. Ketika saya dalam perjalanan pulang pergi dari Selopamioro bersama rombongan blogger di acara PRUVolenteer, beberapa kali saya mengatakan ke teman disamping saya, "Coba lihat tebing sungainya! Sepertinya kok rapuh ya meski banyak pohon? Itu pasti gampang longsor. Semoga segera dibuat proyek penguatan tebing sungai."
Ketika membuat artikel ini dan mencari referensi tentang Selopamioro, benarlah bahwa daerah ini beberapa kali terkena bencana banjir dan longsor sungai. Yang terparah ketika terjadi siklon Cempaka sehingga Jogja diguyur hujan 3 hari tanpa henti, ternyata juga berdampak serius di Selopamioro. Jembatan Gantung yang sebelumnya menjadi ikon wisata desa ini dan ngetop di instagram hanyut terbawa banjir. Selain mematikan mata pencaharian banyak orang yang berdagang berkat kepopuleran jembatan ini, juga memutus jalan penghubung dari Desa Sriharjo. Banjir bandang terakhir terjadi pada pertengahan Maret lalu.
Meski memiliki banyak potensi, Desa Selopamioro masih memerlukan banyak sekali dukungan untuk menaikkan kesejahteraan masyarakatnya. Diantara kebutuhan dasar manusia, yaitu sandang, pangan dan papan, pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibilty) Prudential Indonesia memilih papan sebagai program utama Community Investment di Selopamioro sekaligus sebagai wadah untuk menggembleng calon-calon pemimpin masa depan mereka.
Leadersip Immersion Programme ini adalah program dari PRUuniversity untuk mengasah jiwa kepemimpinan karyawan. Jiwa kepemimpinan dibutuhkan untuk menumbuhkan profesionalitas dalam semua lini bisnis Prudential Indonesia. Program ini sudah berjalan 8 batch sejak September 2018 hingga April 2019. Tiap batch harus menjalani 3 sesi, yaitu:
Saya sudah beberapa kali meliput program CSR. Tapi kali ini beda. Prudential Indonesia tidak mau CSR menjadi bagian atau departemen tersendiri dari perusahaan, yang kinerjanya hanya dibaca oleh karyawan departeman lain melalui newsletter perusahaan. Mereka ingin agar program ini juga menjadi Community Investment dan karyawan terlibat langsung di tingkat paling mendasar. Pengalaman ini akan terpatri terus sehingga diharapkan mereka akan menjadi bagian dari tim kerja yang solid dan pengambil keputusan yang manusiawi.
Kegiatan bedah rumah ini bekerjasama dengan Habitat For Humanity Indonesia. Habitat For Humanity Indonesia adalah lembaga nirlaba yang membantu pembangunan atau perbaikan rumah tinggal sehingga menjadi hunian yang layak, sederhana dan terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Rombongan volunteer dari karyawan Prudential Indonesia dan blogger Jogja disambut oleh tim Habitat dan Lurah Selopamioro, Himawan Sajadti. Meski blogger datang untuk meliput tapi senang rasanya dilibatkan dalam kelompok-kelompok, berbaur dengan karyawan Prudential Indonesia. Tim Habitat terlihat sangat menguasai seluk beluk Selopamioro. Maklumlah, ternyata mereka sudah lama sekali berada di kawasan ini untuk membangun rumah-rumah layak huni.
Kontur desa Selopamioro naik turun di perbukitan kapur yang terik. Meski demikian, pemandangan sawah dan sungai Oya membantu menyegarkan mata. Jalanan desa ini hanya cukup untuk satu mobil ukuran sedang. Tapi jangan khawatir bakal stress berpapasan seperti di kota karena lalu lintas desa ini hanya didominasi oleh kendaraan roda dua, baik yang bermotor maupun digenjot. Sebagai warga Jogja lama, saya terkesan dengan kepedulian Prudential dan Habitat karena saya sendiri belum pernah menjelajah sampai desa ini.
Di Bantul, Habitat For Humanity Indonesia memiliki tanggung jawab membangun 1.345 rumah. Sedangkan di Selopamioro sendiri, akan dibangun 263 rumah. Jumat, 26 April 2019 lalu, sekaligus merupakan serah terima 30 rumah yang sudah jadi di Selopamioro. Penyerahan kunci dilakukan langsung oleh Jen Reisch, President Director Prudential Indonesia, dan diterima oleh Bupati Bantul, Drs. H. Suharsono.
Saya rasa program CSR yang melibatkan karyawan sebagai volunteer seperti ini sangat baik. Para pimpinan dan karyawan akan memiliki motivasi tambahan dalam bekerja, tidak hanya untuk mencari nafkah tapi juga membantu orang lain dalam Community Investment untuk mendapatkan hunian yang lebih layak.
Sumber:
https://www.prudential.co.id/id
https://selopamioro.bantulkab.go.id/index.php/first/artikel/33
https://habitatindonesia.org/about-us/
Alam Selopamioro yang panas dan padas tapi indah. Di ujung jalan adalah Sungai Oya. |
SELOPAMIORO, POTENSI DAN TANTANGAN
Selopamioro adalah sebuah desa di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY. Seperti umumnya desa-desa kabupaten di DIY, Selopamioro dibagi menjadi beberapa dusun. Wilayah dusun sangat luas, lebih luas dari RW. Karena itu, wilayah desanyapun sangat luas, lebih luas dari desa-desa di perkotaan. Bentang alam Selopamioro didominasi persawahan dan perbukitan kapur. Ini merupakan tantangan alam tersendiri bagi warga maupun aparat desa untuk terhubungan satu dengan yang lainnya.
Pekerjaan utama masyarakat Selopamioro adalah peternak, berikutnya petani. Karena itu, warga Selopamioro sangat bergantung dengan alam untuk mendukung peternakan dan pertanian mereka. Meski berada diantara perbukitan kapur, sawah di daerah ini didukung oleh aliran Sungai Oya, sehingga tidak kekurangan air. Pemandangan sawah sangat menyegarkan mata itu mengurangi rasa gerah akibat cuaca panas.
Kebutuhan air yang sulit adalah untuk kebutuhan rumah tangga karena tidak banyak sumur yang dibuat disana. Yah, bayangin saja membuat sumur di daerah kapur tentu tak semudah di tanah biasa. Warga harus pandai memilih lokasi yang bisa digali dengan mudah.
Stretching dulu agar total membantu bedah rumah. |
Namun demikian, Sungai Oya juga menjadi sumber bencara beberapa kali. Ketika saya dalam perjalanan pulang pergi dari Selopamioro bersama rombongan blogger di acara PRUVolenteer, beberapa kali saya mengatakan ke teman disamping saya, "Coba lihat tebing sungainya! Sepertinya kok rapuh ya meski banyak pohon? Itu pasti gampang longsor. Semoga segera dibuat proyek penguatan tebing sungai."
Ketika membuat artikel ini dan mencari referensi tentang Selopamioro, benarlah bahwa daerah ini beberapa kali terkena bencana banjir dan longsor sungai. Yang terparah ketika terjadi siklon Cempaka sehingga Jogja diguyur hujan 3 hari tanpa henti, ternyata juga berdampak serius di Selopamioro. Jembatan Gantung yang sebelumnya menjadi ikon wisata desa ini dan ngetop di instagram hanyut terbawa banjir. Selain mematikan mata pencaharian banyak orang yang berdagang berkat kepopuleran jembatan ini, juga memutus jalan penghubung dari Desa Sriharjo. Banjir bandang terakhir terjadi pada pertengahan Maret lalu.
Meski memiliki banyak potensi, Desa Selopamioro masih memerlukan banyak sekali dukungan untuk menaikkan kesejahteraan masyarakatnya. Diantara kebutuhan dasar manusia, yaitu sandang, pangan dan papan, pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibilty) Prudential Indonesia memilih papan sebagai program utama Community Investment di Selopamioro sekaligus sebagai wadah untuk menggembleng calon-calon pemimpin masa depan mereka.
LEADERSHIP IMMERSION PROGRAMME
Leadersip Immersion Programme ini adalah program dari PRUuniversity untuk mengasah jiwa kepemimpinan karyawan. Jiwa kepemimpinan dibutuhkan untuk menumbuhkan profesionalitas dalam semua lini bisnis Prudential Indonesia. Program ini sudah berjalan 8 batch sejak September 2018 hingga April 2019. Tiap batch harus menjalani 3 sesi, yaitu:
- Mengasah perilaku dan kemampuan memimpin untuk mendorong inovasi dan perubahan dalam organisasi.
- Terjun langsung membangun rumah bagi warga untuk mempraktikkan kerjasama dengan rekan-rekan dari berbagai tingkatan dan departemen.
- Refleksi dan pembelajaran untuk memastikan karyawan Prudential Indonesia dari level manajer hingga direksi (PRUSinergy) mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dalam mengeksekusi strategi yang telah disepakat bersama.
Jadi, sesi yang saya ikuti beberapa hari lalu adalah sesi ke-2 berupa PRUVolunteer. Selama sesi tersebut, memang terlihat jelas mana peserta yang telah melalui sesi 1 dan mana yang langsung nyempil di sesi 2 seperti saya. Dari semangat, stamina, kerjasama, kepemimpinan, pembagian kerja dan eksekusi jauh berbeda. Setidaknya itu yang saya lihat dari kelompok 1.
Briefing dari tim Habitat cara membengkokkan besi kolom. |
Peserta yang telah melalui sesi 1 alias karyawan Prudential Indonesia memulai pekerjaan dengan sistematis. Pertama, mereka tentang apa saja yang harus dilakukan dan target. Kedua, mereka bertanya tentang beban pekerjaan. Ketiga, ketua kelompok membagi peserta berdasarkan target dan beban pekerjaan. Beban kerja disini adalah beban kerja membangun rumah. Jadi, meski di kantor jabatannya lebih tinggi, tapi di bedah rumah ini mereka tampak patuh dengan ketua kelompok ketika mendapat tugas membengkokkan besi.
Karena pembagian kerja yang baik, tugas kelompok bisa dijalankan dengan cepat. Bahkan mereka tetap semangat sampai selesai waktu yang telah ditetapkan, padahal cuaca DIY sedang dalam peringatan dini hawa panas sehingga hawanya memang benar-benar panas. Saya sendiri? Baru bantu-bantu sedikit banget sudah istirahat.
Peserta yang telah melalui sesi 1 bekerja rajin sesuai pembagian tugas, difoto oleh peserta yang tidak melalui sesi 1 yang sebentar-sebentar istirahat. |
COMMUNITY INVESTMENT #PRUVolunteer, #WeDoGood
Saya sudah beberapa kali meliput program CSR. Tapi kali ini beda. Prudential Indonesia tidak mau CSR menjadi bagian atau departemen tersendiri dari perusahaan, yang kinerjanya hanya dibaca oleh karyawan departeman lain melalui newsletter perusahaan. Mereka ingin agar program ini juga menjadi Community Investment dan karyawan terlibat langsung di tingkat paling mendasar. Pengalaman ini akan terpatri terus sehingga diharapkan mereka akan menjadi bagian dari tim kerja yang solid dan pengambil keputusan yang manusiawi.
Karena itu, program CSR Prudential Indonesia fokus pada Community Investment yang berarti kembali kepada masyarakat dimana Prudential beroperasi, dan lebih jauh lagi mendukung pemberdayaan masyarakat Indonesia agar semakin mandiri dan sejahtera. Fokus Community Prudential terdiri dari 4 pilar, yaitu Pendidikan, Filantropi, Kesehatan dan Keamanan, dan Pemberdayaan Indonesia Timur.
PRUVolunteer sepenuh hati membantu membangun rumah layak huni bagi warga Selopamioro. |
Kegiatan bedah rumah ini bekerjasama dengan Habitat For Humanity Indonesia. Habitat For Humanity Indonesia adalah lembaga nirlaba yang membantu pembangunan atau perbaikan rumah tinggal sehingga menjadi hunian yang layak, sederhana dan terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Rombongan volunteer dari karyawan Prudential Indonesia dan blogger Jogja disambut oleh tim Habitat dan Lurah Selopamioro, Himawan Sajadti. Meski blogger datang untuk meliput tapi senang rasanya dilibatkan dalam kelompok-kelompok, berbaur dengan karyawan Prudential Indonesia. Tim Habitat terlihat sangat menguasai seluk beluk Selopamioro. Maklumlah, ternyata mereka sudah lama sekali berada di kawasan ini untuk membangun rumah-rumah layak huni.
Kontur desa Selopamioro naik turun di perbukitan kapur yang terik. Meski demikian, pemandangan sawah dan sungai Oya membantu menyegarkan mata. Jalanan desa ini hanya cukup untuk satu mobil ukuran sedang. Tapi jangan khawatir bakal stress berpapasan seperti di kota karena lalu lintas desa ini hanya didominasi oleh kendaraan roda dua, baik yang bermotor maupun digenjot. Sebagai warga Jogja lama, saya terkesan dengan kepedulian Prudential dan Habitat karena saya sendiri belum pernah menjelajah sampai desa ini.
Atas, SEBELUM. Bawah, SESUDAH. Hanya sekitar 1,5 – 2 jam membantu, para PRUVolunteer memperoleh kemajuan yang mengesankan. |
Di Bantul, Habitat For Humanity Indonesia memiliki tanggung jawab membangun 1.345 rumah. Sedangkan di Selopamioro sendiri, akan dibangun 263 rumah. Jumat, 26 April 2019 lalu, sekaligus merupakan serah terima 30 rumah yang sudah jadi di Selopamioro. Penyerahan kunci dilakukan langsung oleh Jen Reisch, President Director Prudential Indonesia, dan diterima oleh Bupati Bantul, Drs. H. Suharsono.
Saya rasa program CSR yang melibatkan karyawan sebagai volunteer seperti ini sangat baik. Para pimpinan dan karyawan akan memiliki motivasi tambahan dalam bekerja, tidak hanya untuk mencari nafkah tapi juga membantu orang lain dalam Community Investment untuk mendapatkan hunian yang lebih layak.
Sumber:
https://www.prudential.co.id/id
https://selopamioro.bantulkab.go.id/index.php/first/artikel/33
https://habitatindonesia.org/about-us/
18 Comments
Jadi PruVolunteer emang berkesan banget. Banyak pengalaman yang didapat yaa.
ReplyDeleteIya mengesankan :)
DeleteBencana gempa jogja pas 2006 dulu kayaknya juga terdampak parah disini.Semoga semakin banyak kegiatan CSR seperti ini,selain membantu juga menambah kepekaan sosial
ReplyDeleteMestinya karena dekat sumber gempa.
DeleteGara-gara ikut tim Walling Mak Lus batal menunjukkan keahlian ngecat yang cukup membanggakan yak hihi
ReplyDeleteIya nih keahlian yg tersia-siakan :))
Deletewiih seru ya mba ikutan berepran langsung,,,begini
ReplyDeleteIya seru banget :)
DeleteItungannya cepet itu mba, team nemboknya mbak lusi...udah lumayan tinggi kok, meski cuma sekitar 2 jam an.
ReplyDeleteAku team nembok juga, tp ga ikut masang batako aku. Mending angkut2 sama potong besi. Takut ga lurus klo aku yang nempelin batako ke semen...soalnya nyadar.. aku tu nggaris pake pemggaris aja seringny melenceng
Nah sama, presisiku diragukan hehheee
DeleteYang aku salut level manajer nukangnya gesit2 e, gokil
ReplyDeletehooh santai wae ra kakean riwil :)
Delete2017 ikut droping bantuan mbak kesana, dulu lebih banyak yang runtuh. Syukurlah sudah dibangun
ReplyDeleteWaduh capek banget pasti ya? Itu pas Cempaka ya?
Deleteasyik mak lusiii... kayanya seru ya nembok. aku tim ngecat huahahaha
ReplyDeletepegel juga ngecat, nggak kebayang kalo harus potong kolom sama masang batako. mati aku kayanya wkwkwk
Laaah penginnya ngecat,aku dah mahir wkwkwkk
Deleteseru ya mbak melatih kepemimpinan dengan terjun langsung ke masyarakat, nggak cuma dari games-games outbound
ReplyDeleteSaya jadi bangga jadi klien nasabah pru. Program csr nya kereeen. Semoga lanjut ke kota kota lain
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji