Tadinya saya akan menulis tentang daftar toko kain offline di Jogja. Tapi toko kain di Jogja itu banyak sekali. Belum lagi yang ada di Pasar Beringharjo. Jadi lebih baik saya berbagi tentang tips membeli bahan kain di toko offline di Jogja saja.
Toko Zaara
Selama pandemi banyak teman-teman yang memutuskan membeli kain secara online. Namun, adakalanya yang dicari tidak ada, foto warna tidak memuaskan atau ingin meraba tekstur kain sehingga membuat teman-teman terpaksa pergi ke toko offline.
Biasanya saya hanya membeli kain di toko Liman dan Enam Sembilan untuk keperluan craft. Tapi belakangan saya butuh banyak kain jenis lain untuk membuat masker akibat pandemi sehingga saya luangkan waktu satu hari untuk jalan-jalan ke toko-toko kain. Bukan saya tidak percaya dengan toko online tapi saya perlu merasakan tekstur kain tersebut.
TOKO BAHAN KAIN TERBESAR DI JOGJA
Awalnya saya cari informasi di group-group crafter Jogja. Yang paling banyak direkomendasikan adalah Niagara di Jl Kusuma Negara. Niagara boleh dibilang toko kain terbesar dan murah, langganan para penjahit Jogja. Tokonya 2 lantai, stok kain banyak sekali dan pemiliknya ramah. Tapi disinilah saya kurang mendetilkan lagi, penjahit produk apa? Kain disini kebanyakan untuk baju. Lengkap bangetlah, dari seragam sampai untuk baju pesta.
PUSAT TOKO BAHAN KAIN DI JOGJA
Setelah jajan mie kepang di sebelahnya, saya pun menuju Jl Solo atau Urip Sumoharjo yang terkenal dengan jajaran toko tekstilnya. Saya langsung menuju Toko Wisata Kain Kiloan. Yak, namanya memang begitu. Saya sudah pernah kesini dan mendapatkan kain yang bagus-bagus. Sebenarnya saya kurang nyaman dengan sistem kiloan karena saya menghitung harga produk dengan menggunakan satuan sentimeter atau cm. Datang kesana ketika pandemi ternyata membuat saya tak nyaman lantaran tokonya tidak besar, sedangkan koleksinya sangat banyak. Memang kita diharuskan cuci tangan dulu tapi lorong yang sempit membuat susah menjaga jarak. Belum lagi tokonya tertutup karena ber-AC. Disini toyobo banyak, tapi saya hanya membeli satu warna dan batik meteran. Katun jepang ada, tapi saya tak yakin karena tipis. Sayang sekali pegawainya tidak hapal jenis kain, sehingga semua yang tanyakan disebut katun begitu saja. Padahal jenis katun sangat banyak. Oya, mereka punya akun instagram. Kalau tidak kepepet banget, saya sarankan beli online saja karena foto dan keterangannya cukup jelas dan bisa jaga jarak tentunya.
Kemudian saya menelusuri jalan tersebut dari ujung ke ujung. Selain jalan kaki, saya sempat memindahkan mobil dan baru tahu belakangan kalau tarif parkir resminya sekarang Rp 5.000,- beda dengan bagian Jogja lain yang masih Rp 3.000,-. Jadi saya kena Rp 8.000,- karena yang pertama tak resmi. Meski resmi, kalau karcisnya nggak diminta, nggak dikasihkan loh. Jadi jangan lupa minta karcis parkir untuk pendapatan daerah.
Hasil penelusuran tersebut hampir semuanya menjual kain untuk baju. Buat yang cari seragam bride's maid, wah disini cantik-cantik banget loh. Saya dulu pernah membantu kakak memborong brokat untuk pernikahan keponakan di salah dua toko tersebut. Capek tapi senang karena bagus-bagus. Masalahnya saya mencari kain untuk masker, pouch dan sprei. Ada satu toko sprei, toko Citra, koleksinya kekinian tapi motif remaja tidak ada. Kebanyakan motif family dan anak-anak.
Untungnya ketemu dengan toko Zaara. Tokonya terbuka dan agak lega, jadi mengurangi rasa khawatir tidak bisa jaga jarak. Ada pilihan motif katun jepang yang lumayan banyak, tapi bukan tokai senko ya. Enaknya disini ada tulisan kain apa saja, jadi kalau karyawan tidak hapal tidak masalah. Milih-milih warna toyobo juga lebih nyaman karena tidak ditumpuk-tumpuk seperti toko sebelumya. Disini saya juga beli sprei kotak abu-abu putih yang lagi tren.
TOKO KULAKAN BAHAN SPREI DI JOGJA
Terakhir, saya menuju ke utara Fakultas Teknik UGM. Di sebelah utaranya ada toko kecil yang terkenal di kalangan penjahit dan penjual sprei, yaitu toko Jaxine. Selain untuk kulakan sprei dan bed cover, mereka juga menjual bahan. Saya perlu katun cvc untuk membuat pouch. Enaknya disini, mbak-mbaknya sangat kooperatif, baik ketika hanya membeli sedikit bahan dan cara pembayarannya. Jaxine juga aktif di Shopee. Untuk yang sering beli disini dapat diskon meski beli sedikit.
Ada satu toko lagi di seturan yang direkomendasikan tapi setelah saya lihat fotonya, saya merasa insecure karena sangat ramai. Selain itu, saya juga tidak ke Pasar Beringharjo dengan alasan yang sama. Jadi begitulah petualangan saya seharian dari ke toko ke toko pada siang hari yang sangat panas sehingga saya tepar setelahnya. Dari petualangan itu, saya bisa menarik beberapa kesimpulan yang semoga bermanfaat untuk teman-teman.
TIPS MEMBELI BAHAN KAIN DI TOKO OFFLINE DI JOGJA
- Cari rekomendasi di group-group crafter atau penjahit. Melakukan pencarian melalui google juga bisa dilakukan tapi perhatikan tanggal tayang artikel tersebut karena kondisi toko bisa saja berubah. Tak jarang artikel-artikel yang tampil di pencarian merupakan copy paste dari artikel terdahulu sehingga isinya sama saja tapi tidak sesuai dengan keadaan terkini toko tersebut.
- Sesuaikan dengan kebutuhan, apakah kain tersebut untuk busana, sprei atau craft lainnya. Jenis, motif dan warna kain di dunia ini banyak sekali. Tak mungkin satu toko bisa menampung semuanya. Karena itu, mereka fokus di produk tertentu saja. Kalaupun ada yang campur, koleksinya tak banyak untuk masing-masing jenis. Jadi jika apa yang kita cari tidak ada, bukan berarti toko itu tak layak direkomendasikan, melainkan memang bukan tempat yang sesuai dengan kebutuhan kita. Contoh, jika di etalase yang dipajang adalah berbagai brokat, bisa dipastikan toko tersebut tidak menjual kanvas untuk tote bag.
- Jika sudah mengerti jenis kain yang dibutuhkan, pilihlah opsi beli online selama pandemi. Sudah banyak toko offline yang aktif di e-commerce dan media sosial. Beberapa toko yang tidak aktif secara online meski punya akun, ternyata setelah saya tanya, bisa kita telepon atau whatsapp untuk diminta mengirim menggunakan ojek online. Artinya, toko-toko sekarang banyak yang sangat fleksibel meski masih banyak juga yang konvensional. Sulit bagi toko untuk bersaing jika tidak fleksibel di masa pandemi seperti ini.
- Jangan memaksa berdesakan di toko karena murah harganya. Ini waktunya berinovasi habis-habisan. Jika tidak berhasil mendapatkan kain tersebut di toko offline yang tidak terlalu ramai dengan harga masuk akal, carilah di toko online meski harganya sedikit diatas. Carilah cara untuk mengefisiensikannya. Carilah pula di online shop dari kota lain. Jika di toko online dari kota lain juga tidak ada, bereksperimenlah dengan jenis kain lain. Prinsipnya, sayangi diri dan keluarga. Hindari tempat-tempat dimana kita tidak bisa menjaga jarak.
- Jika memungkinkan, telepon dulu saja toko tersebut untuk menanyakan jenis bahan yang diperlukan dibanding langsung datang. Memang tidak praktis dan boros, tapi itu mengurangi kemungkinan bertemu banyak orang. Lebih baik lagi jika ada whatsapp sehingga irit pulsa. Nomor telepon atau whatsapp bisa dicari di keterangan google map atau di instagram.
Saya paham, sebagai crafter kita dihadapkan antara pandemi dan harga jual produksi yang kompetitif. Apalagi setelah berbulan-bulan berlalu, tampaknya protokol kesehatan masyarakat makin longgar. Tapi jika harus memilih, pilihlah keselamatan diri dan keluarga dulu, insya Allah akan ada rejeki bagi makhlukNya yang tidak putus asa berusaha. Semangat!
2 Comments
Waktu jalan2 di jalan di sepanjang Malioboro bingung mau bli baju di mana. Saking banyaknya penjual. Akhirnya nemu tulisan ini sebagai bahan pertimbangan membeli kain untuk dipakai.
ReplyDeleteSemoga membantu ya mbak :)
DeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji