Oh no! Saya dapat bintang 4 di Shopee untuk pertama kali! Bagaimana rasanya? Awalnya kecewa, tapi anehnya tidak lama dan malah bersyukur dengan pengalaman berharga ini. Mungkin yang agak nyesek karena penyebabnya produk sampingan dan pembeli saya beri bonus.
BERTAHAN DI BINTANG 5 SHOPEE
Sudah pernah beli produk beyouprojects di Shopee? Kalau belum, yuk cek toko onlinenya disana. Paling tidak follow dulu heheheee. Followersnya memang sedikit tapi insya Allah sudah cukup memberikan kesibukan dan rejeki.
Awalnya beyouprojects menjual produk craft atau kerajinan jahit buatan sendiri. Tapi karena kami juga menerima pesanan, maka pemenuhan stok di Shopee sangat lambat. Agar calon pembeli tidak kecele dan kecewa, kami mengisinya dengan alat dan bahan craft. Lumayan buat tambahan penghasilan kami dan menarik followers atau pengikut baru.
Insya Allah kami tidak menggunakan trik seperti pamer foto packaging kosong yang seolah-olah laris atau spam dan sebagainya. Biarlah kami melayani sebaik mungkin calon pembeli yang benar-benar tertarik dengan produk kami dengan indikator bertahan di bintang 5 sekian lama.
Produk sampingan berupa alat dan bahan tersebut kami beli secara grosir lalu dijual eceran. Tentu saja harganya sudah kami mark-up untuk mendapatkan keuntungan, tapi tidak banyak. Supaya tidak kewalahan karena tidak ada asisten, produk sampingan tersebut tetap punya hubungan dengan produk kami. Dengan kata lain, alat dan bahan craft tersebut juga kami pakai di produk-produk kerajinan buatan kami.
PECAHNYA BINTANG 4 SHOPEE
Beberapa waktu lalu kami mengirim kepala rit atau resleting kepada pembeli. Jumlahnya tidak banyak seharga sekitar 10 ribu rupiah. Tapi bagi kami, para crafter, item yang jumlahnya cuma satu biji pun bisa menggagalkan produk yang istimewa. Karena itu, kami memperlakukan pembelian tersebut dengan sebaik-baiknya. Tak lupa kami selipkan bonus pengikat kabel.
Saya akan cerita sedikit tentang pengikat kabel tersebut. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk tidak membuang kain sisa jahitan dengan mudahnya. Kami berusaha untuk memanfaatkan sampai sekecil-kecilnya. Selain bisa memaksimalkan penghasilan dari selembar kain, juga untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan. Namun, kadang produk perca tersebut kami bonuskan begitu saja jika stoknya cukup banyak. Salah satu produk yang dibuat dengan lembaran kain terkecil adalah pengikat kabel. Tutorialnya bisa teman-teman dapatkan di artikel ini >>> Tutorial Membuat Pengikat Kabel atau Cable Ties dari Kain Perca.
Kembali ke kepala rit, item tersebut saya beli di toko grosir langganan secara offline. Membeli secara online memang lebih praktis, terlebih di masa pandemi. Tapi waktu itu ada kebutuhan darurat, jadi sekalian saya membeli beberapa item yang nyaris habis. Sebenarnya, membeli langsung bisa lebih murah. Jadi ketika teman-teman membandingkan harga kami yang kadang bisa sama dengan harga grosir online, itu karena kulakan langsung. Tapi jika harga kami sedikit lebih tinggi, itu biasanya karena hasil kulakan online. Bukankah seharusnya kulakan offline kena parkir dan bensin? Memang benar, makanya harus sekalian belanja banyak untuk menutup biaya parkir.
Semuanya berjalan seperti biasa. Meskipun hujan, kami sama sekali tidak menunda pengiriman. Semua produk kami di Shopee terjamin ready stock sesuai dengan yang tertera di etalase. Sebelum makan siang, di hari yang sama dengan pembayaran, pesanan telah terkirim.
Tapi malang tak dapat ditolak. Semua yang terlihat sempurna itu tak menghasilkan timbal balik yang sama. Pembeli kecewa karena beliau mengharapkan warna putih tulang sesuai deskripsi, tetapi menurutnya item kami cukup diberi deskripsi putih saja. Perbedaan yang sungguh tipis. Tentu saja rasanya nyesek mengingat segala usaha mengejar pengiriman cepat tanpa memandang nominal paket tersebut. Sebagai seller, kami memohon maaf atas kekecewaan tersebut di kolom balasan komentar. Meski ada rasa sesak di dada, tapi itu harus diakui sebagai kegagalan memberikan pemahaman produk kepada pembeli.
PELAJARAN SEBAGAI SELLER DI SHOPEE
Berjualan di e-commerce seperti Shopee, salah satu penentu hubungan penjual dan pembeli adalah deskripsi. Deskripsi tersebut harus sesuai dengan foto. Deskripsi ini tidak harus panjang lebar, tapi pada poin terpentingnya bisa diterima oleh dua belah pihak. Di kasus kami, ketidaksepakatan itu ada di kata "tulang". Satu kata penting yang bisa menggugurkan deskripsi panjang lebar. Bagaimana ketidaksepakatan itu bisa terjadi?
Kami tidak sembarang menempelkan kata "tulang" di sana, melainkan hanya mengikuti deskripsi dari toko grosir langganan kami. Kesalahan kami adalah lupa untuk mengecek ulang apakah deskripsi tersebut sesuai dengan yang disebut di pasaran, utamanya oleh pembeli saya. Sayangnya, kata "tulang" itu sendiri sumir. Seberapa tulang, seberapa putih? Jadi, meski pada saat itu kami cek ulang, hasilnya juga belum tentu bisa memuaskan pelanggan. Tapi memang lebih aman jika cukup kami sebut putih saja. Entah itu putih yang bagaimana, pokoknya putih.
Saya dulu pernah bekerja di sebuah manufaktur dengan tanggung jawab memastikan semua item alat dan bahan yang akan diproses sesuai dengan spesifikasi, tanpa defect sama sekali karena produk kami sangat teknikal. Jika ada masalah bahan sedikit, kerugiannya bisa satu kontainer. Untuk menghindari itu, di manufaktur wajib ada nomor serial di tiap item. Sedangkan untuk alat dan bahan craft di pasaran tidak seperti itu.
Saya yakin, ketika kepala rit tersebut keluar dari pabrik, ada nomor serialnya. Namun karena tidak wajib dicantumkan seperti di manufaktur, nomor seri tersebut tidak diteruskan ke pasar. Di toko yang sama, saya pernah membeli kepala rit berwarna merah muda. Karena darurat, saya minta foto lebih dahulu agar tidak buang-buang waktu di jalan. Toko tersebut menyebut warna tersebut merah muda. Padahal menurut saya merah fanta. Apakah toko tersebut salah? Tidak, dong. Kan sama-sama merah muda. Hanya, semuda apa? Disini sebenarnya foto berperan menengahi. Tapi tak selalu bisa seperti itu. Di kasus warna putih, pengaruh cahaya foto bisa membuatnya tak sesuai seperti yang dibayangkan. Bahkan benang yang sampai toko masih ada nomor serinya di box, tidak pernah dicantumkan di kwitansi pembelian offline maupun di deskripsi pembelian online. Kita cuma bisa mengira-ira fotonya di pembelian online dan berharap fotonya natural.
Baca juga: Apa dan Bagaimana COD Dalam Jual Beli Online
CATATAN TENTANG CARA MEMBUAT DESKRIPSI DI SHOPEE
Ini bukan tips, saya lebih suka menyebutnya sebagai catatan karena saya sendiri belum menemukan solusi yang benar-benar manjur.
1. Tulis selengkap mungkin dan paling sesuai dengan foto. Boleh saja memberikan peringatan bahwa foto dipengaruhi cahaya, tapi celah terjadinya kekecewaan tetap akan lebar. Bagaimanapun ini adalah kelemahan berjualan online dibandingkan dengan offline.
2. Jika menjual item yang bukan produksi sendiri, terutama yang buatan pabrik, usahakan mencari nomor serialnya untuk dijadikan panduan bahkan pengecekan jika produsennya punya website.
3. Jika tidak ada nomor seri, maka deskripsi yang diberikan penjual berhenti pada saat kita membeli. Jangan ngotot menggunakan deskripsi yang sama dengan pembeli kita. Kita harus melakukan pengecekan lagi atau mencari nama yang biasa digunakan di pasar eceran atau retail.
4. Berjualan online adalah belajar terus-menerus. Jangan patah semangat jika mengalami kesulitan.
5. Jika produk sesuai dengan harapan pembeli, tak perlu memikirkan bonus.
Semoga Allah melancarkan usaha teman-teman dan melimpahkan rejeki barokah. Aamin.
0 Comments
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji